Saya senang sekali diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman dan sedikit pengetahuan tentang cara membuat vlog, di mana sekarang ini sedang menjadi trending topic. Pada masa era disrupsi ini, banyak sekali orang yang mulai membuat vlog. Para artis yang tadinya hidup di layar kaca televisi, banyak yang banting setir menjadi vlogger. Vlog yang tadinya dipandang sebelah mata sekarang menjadi populer. Kita akan belajar bagaimana caranya membuat vlog supaya menarik dan tampak profesional.

Apa itu vlog? Banyak orang mungkin belum tahu vlog. Jadi, vlog itu merupakan adaptasi dari blog. Kalau zaman dulu, era tahun 2000-an ada yang namanya blog. Blog adalah singkatan dari web blog atau catatan harian berupa tulisan yang juga dari blog. Kemudian, dari blog diadaptasi menjadi vlog. Vlog itu kepanjangan dari video log. Sederhananya, vlog log itu catatan harian yang diunggah dalam format video.

Apa itu video? Video itu merupakan gabungan dari kata visual plus audio. Jadi, ada dua unsur utama di video, yaitu visual dan audio. Kalau visual saja itu belum disebut video atau audio saja juga belum disebut video, karena tidak ada gambarnya. Video itu terdiri dari dua unsur, yaitu visual dengan audio. Jadi, ada gambar yang bergerak, walaupun bisa juga kadang gambar yang mati diberi suara, tetapi lebih baik lagi kalau gambar itu dibuat animasi. Ada banyak aplikasi yang dapat menganimasi gambar-gambar media.

Apa kelebihan video? Mengapa kita sekarang perlu memanfaatkan video? Apakah ini sarana untuk ladang pelayanan yang baru? Apa sih yang pertama-tama perlu kita ketahui?

Kelebihan Video:

1. Video itu dapat menyentuh perasaan
 
   Kalau kita sekadar bercerita bahwa ada kejadian nenek-nenek sakit, kemudian jatuh di alun-alun dan kemudian dia mengerang-erang. Kejadian itu kalau diceritakan secara lisan tentu hanya bisa kita bayangkan. Namun, kalau pada saat kejadian itu kita kebetulan lewat, kemudian merekamnya dengan video,  saya yakin 100% video itu akan langsung viral, menjadi trending topic, dan langsung disebarkan oleh banyak orang karena orang tersentuh. Ada gerakan, ekspresi, ada suara, yang kemudian membuat orang dapat melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan. Itulah kelebihan video yang pertama.

2. Video itu mudah dicerna

   Orang yang tidak bisa membaca sekali pun bisa tahu makna dari apa yang kita sampaikan. Tidak dibutuhkan kemampuan khusus untuk membaca. Jadi, kalau kita bisa membuat video yang visual, kemudian disebarkan dan dilihat oleh orang-orang yang tidak berpendidikan. Dengan melihat videonya saja orang bisa mengetahui apa yang kita sampaikan. Pesan yang kita ingin mereka ketahui. Bayangkan, kalau kita hanya menulis, barangkali penontonnya (audiens) terbatas, hanya orang-orang yang bersekolah. Dengan video, orang yang berbeda bahasa pun bisa menangkap kesan kita. Mereka mungkin tidak mengetahui bahasanya, tetapi dari ekspresi,gerak, kata-kata nonverbal, mereka bisa menebak-nebak kira-kira apa maksud dari pesan video itu.
   
   Sebagai contoh, kartun Marsha and The Bear yang berasal dari Rusia. Meski kartun itu berbahasa Rusia, tetapi  anak-anak bisa tahu dan memahami jalan ceritanya meski tidak ada subtitlenya. Karena video itu universal, semua orang bisa memahami. Jika saya bertanya kepada beberapa orang di sini, "Hari Minggu kemarin, khotbahnya tentang apa?" Kalau tidak memutar ulang video onlinenya, sudah lupa. Akan tetapi, kalau mereka lupa, kemudian mereka putar ulang link siarannya di YouTube, mereka akan langsung ingat kembali isi khotbahnya. Jadi, video dapat diputar atau diulang, karena didokumentasikan. Video itu ada dalam bentuk format digital sehingga bisa mendokumentasikan peristiwa, kemudian cepat dan berpotensi viral. Di Klaten, ada vlog yang namanya Mbak Minto. Videonya menjadi viral karena dia membuat kampanye secara sederhana. Namun, karena bisa disebarkan dengan cepat dan orang senang, videonya menjadi viral.

Kekurangan atau Kelemahan Video

Selain kelebihan video tadi, juga ada kekurangan video. Dari kekurangannya, kita jadi tahu bahwa kita tidak bisa mendewakan salah satunya.

1. Video itu membutuhkan perangkat

   Kita tidak bisa membuat video tanpa perangkat, dan kadang perangkat itu pun mahal. Mahal itu relatif, dan ada yang bisa terjangkau juga. Namun, yang pasti, kita tidak bisa membuat video tanpa menggunakan perangkat.

2. Video itu membutuhkan keterampilan khusus

   Orang yang mau mengoperasikan video paling tidak harus mau mencoba coba dulu. Tidak bisa begitu dibuka, langsung bisa tahu. Jadi, kita harus memiliki keterampilan khusus dalam membuat video. Kita tidak boleh kapok mencoba, jika pada awalnya tidak bisa untuk kemudian langsung menyerah.

3. Video membutuhkan bandwitch

   Jika kita mau mengunggah video, itu membutuhkan bandwidth -- bahasa awamnya kuota. Dan, bandwith untuk mengirim video itu lebih besar dibanding saat kita hanya membagikan foto atau kata-kata dan teks. Bandwith yang lebih banyak itu berarti juga lebih boros. Kalau ada yang fakir kuota, mungkin akan berpikir juga, "Waduh nanti pulsa saya habis karena menggunakan video." Banyak orang yang kemudian urung. Sama seperti gereja yang mau mengadakan konferensi dengan menggunakan zoom. Saya katakan bahwa kuotanya itu lebih banyak 2 kali lipat daripada YouTube. Lebih baik pakai YouTube saja.

4. Membutuhkan waktu dan tenaga

     Pembuatan video juga membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Kalau foto, jepret, bisa langsung diunggah. Akan tetapi, kalau membuat video, kita harus memberi title, judul, kemudian menyisir bagian-bagian yang tidak bagus, memotong-motong, memberi sound effect, memberi musik, dan sebagainya. Baru setelah itu, kita bisa mengunggah video. Jadi, untuk video dibutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak.

5. Komunikasinya searah

   Komunikasi yang dijalin dalam video masih satu arah. Video tidak bisa segera memberikan tanggapan segera. Ketika kita mengunggah satu video di YouTube, orang yang memberikan tanggapan tidak bisa langsung memberi tanggapan kepada pengunggahnya. Mereka hanya bisa menunggu memberi komentar, lalu menunggu komentarnya itu ditanggapi oleh si pembuat video.

Sekarang, ada trivianya supaya kita lebih paham.

Tahukah Anda, bahwa hampir 80% lalu lintas data di internet tahun 2019 itu berupa video? Jadi, 80% kredit yang ada di dunia Internet itu sekarang formatnya adalah video, dan video memudahkan kita untuk mencangkok lebih luas. Kemudian, ketika kita dikenal, kita dapat memengaruhi orang banyak. Jadi, itu bukan supaya sekadar meraih popularitas. Akan tetapi, dengan kita dikenal, kita bisa memengaruhi orang banyak dan bisa menyampaikan pesan. Kalau kita mau menginjili berarti pesan-pesan Injil itu bisa kita sampaikan dengan lebih baik karena kita sudah dikenal. Nah, karena kita selesai belajar, kemudian kita bisa memperkuat pesan.

Yang menarik itu kalau kita mengajar. Oleh karena saya guru Sekolah Minggu, saya paham bahwa dengan kata-kata atau berbicara secara lisan itu diingat orang yang mendengarkan hanya sekitar 20% saja. Sementara itu, kalau informasi yang kita sampaikan dalam bentuk gambar (gambar mati),yang diingat hanya 70%. Kalau digabung antara suara dengan visual, informasi yang diingat 70%. Bayangkan betapa powerfull-nya video kita. 70% yang masih diingat audiens kita.

Sekarang, apa yang perlu kita ketahui supaya kita bisa membuat video yang profesional?

Jadi, ada yang namanya alat perekam untuk membuat video. Meski video sekarang semakin canggih, tetapi kecanggihan video itu tidak bisa dikalahkan oleh penggunanya. Adalah penting untuk menghasilkan video yang baik. Orang yang mau mengoperasikan video sebaiknya menguasai elemen-elemen video ini supaya dia bisa menggunakan video dengan maksimal dan optimal.

Elemen-elemen dalam mengoperasikan video

1. Pencahayaan

   Yang pertama dan  yang penting dalam merekam atau mendapat gambar adalah pencahayaan. Yang kedua adalah komposisi, yang ketiga angle, kemudian momentum, dan terakhir suara.

 Kalau tidak ada pencahayaan, video tidak bisa dibuat. Jadi, tetap harus ada cahaya, baik itu cahaya alami matahari, bulan, bintang, maupun cahaya buatan dari lampu. Cahaya ketika video itu direkam, dapat menciptakan atmosfer yang khusus. Jadi, kita bisa menciptakan suasana yang syahdu. Atau, kita bisa menciptakan suasana yang menarik, dan sebagainya. Kemudian, kita bisa juga membuat suasana lebih menarik lagi dengan berbagai macam pencahayaan. Akan tetapi, yang penting bagi para pemula adalah hindari backlighting, kecuali kita sengaja membuat video untuk dengan maksud-maksud tertentu. Kita perlu menghindari backlighting atau suara dari belakang, cara membuat gambar atau orang yang menjadi subjek. Video akan menjadi gelap, menjadi siluet.


2. Komposisi

   Komposisi-komposisi ini tidak bisa dikoreksi. Jika komposisi sudah salah, maka tidak akan bisa diubah lagi. Teknik ini perlu kita kuasai untuk bisa membuat komposisi yang baik, sehingga video kita akan menjadi menarik. Komposisi adalah penempatan berbagai benda yang terekam dalam bingkai video supaya artistik. Bagaimana caranya? Nah, kita mengatur benda-benda supaya menjadi menarik. Di dalam fotografi atau videografi atau dalam komposisi, hal itu dikenal dengan Rule of Third. Kita membagi diri kita menjadi 3 bagian tiga; bagian kita menempatkan objek itu pada pertemuan garis-garis. Nah, lalu itu menjadi titik pertemuan objek yang diletakkan pada titik. Itu menjadi menarik, termasuk juga Horizon atau Cakrawala. Itu jangan diletakkan di tengah-tengah layar, tempatkan di salah satu garis horizontal. Salah satu diletakkan di situ sehingga gambar kita atau video kita menjadi baik.

   Leading lines. Itu adalah garis imajiner yang mengarahkan mata ke subjek utama, seperti gambar ini. Ada garis imajiner yang mengarahkan mata kita menuju ke ibu yang pakai payung. Ini garis komando namanya.

   Lalu, ada yang namanya Golden Shape. Itu membagi video menjadi garis nyata dan garis maya. Intinya ada dua bagian yang gelap sama yang terang sehingga itu menjadi pengarah mata supaya mata kita menuju ke objek utama yang akan kita tampilkan.

   Ada Golden Triangle. Pilih salah satu saja, tidak harus semuanya. Golden Triangle membagi layar, pertama-tama garis ditarik secara diagonal dari kiri bawah ke kanan atas, kemudian dibagi lagi 90°. Tempatkan objek utama atau point of Interest di titik utama tersebut, maka itu akan menjadi menarik posisinya.

   Lalu, ada Framing. Seolah-olah ada frame. Kita menggunakan latar depan untuk menutup bingkai, menjadi bingkai bagi objek utama. Lalu, ada fill the frame, yaitu penuhi layar HP kita. HP kita itu layarnya kecil sehingga perlu sekali memenuhi layar kita dengan objek yang akan kita tampilkan.

   Lawannya ada Negative Space. Sekali-kali, perlu ada bidang kosong di layar kita supaya ada kesempatan untuk bernapas. Mata itu membutuhkan ruang untuk bernapas. Jadi, berikan bidang kosong yang cukup bagi mata, agar mata kita bisa "bernapas".

   Rule of Odds. Aturannya kalau menempatkan benda-benda itu harus ganjil, jangan genap. Jadi: 3, 5, 7, 9 dan sebagainya. Jangan genap seperti 2 4 6 8. Ketika memotret benda, usahakan jumlah bendanya ganjil.

   Lalu, simetris. Kita cari benda-benda yang bisa membagi video kita itu menjadi dua bagian yang sama persis. Ada pula pola. Pola itu gambar-gambar yang memiliki aturan-aturan tertentu, membentuk keteraturan, kemudian di tengah pola itu ada sesuatu yang aneh. Misalnya, kita memiliki gambar, di tengah-tengahnya ada kata-kata, maka kata-kata itu akan menjadi pusat.

3. Angle

   Perlu juga memperhatikan sudut pandang. Sudut pandang ini tidak bisa dikoreksi dengan aplikasi apa pun, dengan program apa pun. Jadi, videografer perlu menguasai sudut pandang (angle). Angle pertama itu adalah Eye Level Angle. Level itu setara dengan mata manusia, kameranya setara dengan mata manusia. Itu paling sering terjadi dan ini tidak menarik kalau kita menggunakan level ini. Sudut pandang setara itu objeknya yang harus menarik.

   Namun, kalau kita menggunakan Bird Eye Angle, seperti burung yang lihat ke bawah, maka pemandangan yang tadinya biasa-biasa saja itu menjadi luar biasa karena tidak pernah dilihat, karena jarang ada orang melihat dari sudut pandang mata burung ini. Banyak fotografer mengambil objek dengan level yang setara, tetapi ada fotografer yang naik ke atas kemudian mengambil gambar dari atas. Nah, itu menciptakan kesan dramatis karena yang lain cuma menghasilkan gambar yang eye level. Sementara, kita bisa menghasilkan video yang yang langka, karena kita mengambilnya dari atas.

   Sudut pandang biasa di piramid. Banyak foto seperti ini sudah tidak menarik lagi. Akan tetapi, coba kalau ada orang mengambil gambar dari atas seperti dari pesawat atau drone. Ini menjadi dramatis kesannya, karena ada kesan seperti burung atau seperti Tuhan yang melihat ke bawah. Seperti contoh foto patung Pancoran di Jakarta. Orang yang setiap hari biasa melewatinya tidak akan tertarik dengan video kita. Namun, kalau kita mengambilnya dari atas, seperti sudut pengambilan burung, maka akan jadi menarik karena orang jarang sekali melihat wajah-wajah Tugu Patung Pancoran.

   Apa kebalikannya? Itu adalah Low Level Angle. Kalau tadi dari atas, maka yang ini dari bawah. Dari bawah dengan jongkok, duduk, atau berbaring. Yang terakhir ini, yang ekstrem adalah Worm Eye Angle atau sudut pandang cacing. Kita seolah-olah ada di dalam tanah, melihat ke atas seperti cacing yang melihat dunia di sekitarnya.

4. Momentum

   Ini juga tidak bisa dikoreksi dengan aplikasi apa pun. Momentum itu kemampuan menekan dan merekam kejadian pada waktu yang tepat. Kita bisa langsung tahu nanti kira-kira orang ini bakal melompat, atau orang ini bakal terjatuh, atau orang ini bakal tertawa menangis. Kita harus bisa menerkanya agar kita dapat mengambil gambar dengan momentum yang tepat dan akhirnya menghasilkan gambar yang menarik. Jadi, itu membutuhkan konsentrasi tinggi dan kepekaan untuk memutuskan, kapan akan mengambil gambar dan kapan tidak akan mengambilnya. Sebab, biasanya baterai dan memori kita terbatas untuk bisa mengambil gambar secara full. Oleh sebab itu, maka kita harus cari momentum-momentum yang tepat. Kita pelajari keadaannya, situasinya, kemudian setelah itu kita ambil gambar sesuai dengan momentum yang paling dramatis.

5. Suara
   
   Suara juga bagian yang penting karena suara bisa menciptakan kesan. Suara itu bisa suara alami atau buatan. Suara secara alami (ambiens) dapat juga memperkuat suasana, asal jangan terlalu gaduh. Misalnya kita sedang vlogging di pasar, suasana riuh di pasar penting untuk menciptakan atau mendukung suasananya. Coba kalau vlogging di pasar, lalu dalam gambar tidak ada suara sama sekali, maka menjadi video yang dingin sebab suara yang menghantar itu ambiens. Kemudian, juga bisa voice over, yaitu kita memberi suara setelah kita mengedit. Kemudian, background musik adalah musik sebagai suara latar gambar. Banyak video sekarang juga pakai sound effect. Ada banyak macam sound effect, misalnya suara ditampar, tertawa, bayi menangis, dsb.

   Jika sedang wawancara, mendekatlah ke sumber suara. Kemudian, gunakan mic eksternal jika kita menggunakan HP. Namanya audio Splitter -- karena HP tidak bisa langsung dipeluk dengan mic; harus menggunakan perangkat tersendiri, yang namanya audio Splitter. Audio Splitter ini relatif murah harganya, tidak sampai Rp. 20.000. Kita pasang jek stereo, yang aplikasinya juga tidak sembarang. Untuk aplikasi kamera, kita bisa menggunakan aplikasi di playstore yang bisa diinstal dengan gratis, lalu pada bagian settingnya selalu diganti dengan use external mic. Nah, dengan begitu, kita bisa menarik kabel kemudian memakai clip on di leher kita sehingga suara kita menjadi lebih jelas. Kalau suara tidak terganggu oleh kegaduhan di sekitar kita, maka pesan yang kita sampaikan akan terdengar dengan jelas.