Hal pertama yang harus kita mengerti bahwa penulis Perjanjian Baru mengasumsikan pembacanya (terutama gereja mula-mula yang berasal dari kalangan Yahudi) mengerti dan familiar terhadap Perjanjian Lama. Hal tersebut dapat kita lihat dari banyaknya kisah-kisah dan penjelasan yang diacu dari Perjanjian Lama. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa kita tidak mungkin mengerti Perjanjian Baru dengan baik jika tidak mengerti Perjanjian Lama. Contohnya ketika Yohanes Pembaptis pertama kali melihat Tuhan Yesus, ia berkata "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29). Jikalau kita tidak mengerti Perjanjian Lama, kita tidak mungkin mengerti mengapa Yohanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai Anak Domba Allah.
Ada lima cara yang digunakan para ahli untuk memahami Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam kelima cara ini, bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lainnya. Tetapi kita dapat menggunakan kelimanya agar kita dapat melihat secara keseluruhan hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
1. Kristologi.
Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru berbicara tentang Kristus. Tuhan Yesus sendiri dalam Lukas 24:44 mengatakan "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Untuk mengerti yang Yesus katakan kita harus mengerti pembagian kitab Ibrani. Pembagian Alkitab kita mengikuti Septuaginta, padahal Septuaginta merupakan teks Alkitab dan beberapa teks terkait dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan tidak mengikuti pembagian kitab Ibrani. Dalam pembagian kitab Ibrani, Alkitab hanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(a) Torah yang terdiri dari kitab Kejadian sampai kitab Ulangan.
(b) Nevi'im yang terdiri kitab nabi-nabi awal seperti Yosua, Samuel, Raja-Raja (sering kita golongkan sebagai kitab sejarah, tetapi di dalam pembagian kitab Ibrani termasuk dalam kitab nabi-nabi awal). Lalu ada kitab nabi-nabi kemudian seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan kitab 12 nabi (Hosea sampai Maleakhi).
(c) Ketuvim, yaitu kitab tulisan-tulisan lain seperti Mazmur, Amsal, Ayub, Pengkhotbah, Ratapan, Ester, Ruth, dan Tawarikh.
Baik Torah maupun Nevi'im bercerita tentang Tuhan Yesus. Sehingga pada dasarnya Perjanjian Lama juga bercerita tentang Tuhan Yesus.
2. Sejarah Keselamatan.
Begitu manusia jatuh dalam dosa, Tuhan bersabda kepada ular yang adalah perwakilan iblis dalam Kejadian 3:15, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Ayat ini sangat penting dalam rangka kita mengerti sejarah keselamatan. Tuhan perlu mengadakan permusuhan antara manusia dan iblis karena setelah semua manusia jatuh dalam dosa, semua manusia menjadi kawan iblis. Permusuhan antar keturunan yang dimaksud adalah keturunan yang rohani. Secara fisik, seluruh keturunan manusia berasal dari Adam dan Hawa. Tetapi secara rohani sebagian keturunan perempuan menjadi keturunan ular. Selanjutnya kita ketahui bahwa Kain yang menjadi keturunan ular, dan harusnya Habel yang digantikan Set menjadi keturunan perempuan. Itulah mengapa Kain membunuh Habel, karena walaupun secara fisik mereka adalah saudara kandung, tetapi secara rohani mereka adalah musuh. Kemudian frase "keturunannya akan meremukkan kepalamu dan kau akan meremukkan tumitnya" mengacu pada Mesias yaitu Yesus. Sejarah keselamatan adalah untuk menggenapi ayat ini.
Dapat kita lihat sepanjang sejarah bahwa iblis selalu berusaha membunuh keturunan laki-laki Israel yang telah dinubuatkan untuk menghancurkannya. Hal ini dapat terlihat pada zaman Musa dan Yesus lahir. Sehingga antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita dapat melihat suatu sejarah keselamatan yang berkesinambungan.
3. Tipologi.
Tipologi berasal dari kata "tipo" yang berarti pola. Tipologi menekankan pada tokoh, kejadian, dan persitiwa yang ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
(a) Contoh tipologi tokoh adalah Musa sebagai mediator, begitu pula Yesus. Lalu Daud sebagai raja, sebagaimana Yesus adalah raja. Salomo sebagai yang berhikmat dan Yesus yang lebih berhikmat. Harun sebagai imam, dan Yesus sebagai Imam Besar. Dari sini kita dapat melihat pola bahwa tokoh-tokoh penting dalam Perjanjian Lama adalah tipologi atau bayang-bayang Yesus.
(b) Contoh tipologi benda adalah manna yang merujuk kepada roti hidup, sebagaimana roti hidup yang Yesus beri. Kemudian batu karang yang mengeluarkan air, merujuk kepada Yesus yang memberi air hidup. Lalu kemah suci merujuk langsung pada inkarnasi Kristus, seperti yang tertulis dalam Yohanes 1:14, "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." Kata diam dalam bahasa harafiahnya adalah berkemah. Jadi Firman itu telah datang dan berkemah di antara kita. Jadi jika kita mengerti tujuan dari kemah suci seperti yang tertera dalam Keluaran 25:8, "Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka." Jadi fungsi kemah suci adalah tempat Tuhan berdiam dan berkemah di tengah-tengah bangsa Israel.
(c) Contoh tipologi peristiwa adalah ketika Tuhan menyelamatkan umat Israel dari perbudakan bangsa Mesir melalui Musa, di mana hal ini merujuk kepada Tuhan yang menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan dosa melalui Yesus. Contoh lainnya adalah ular tembaga yang ditinggikan. kita tahu ular tembaga, kali ini mereka bahkan menentang Allah, Allah bahkan membiarkan ular itu datang kepada mereka. Kalau kita melihat Tuhan itu, sering melambangkan kepada Mesir. Mahkota Firaun itu biasanya melambangkan ular di mahkota tersebut. Jdi Tuhan membiarkan mereka secara ironis dipatuk, akhirnya mereka takut dan berseru kepada Tuhan dan Tuhan menyelamatkan mereka dengan mendirikan ular tembaga, sehingga mereka yang dipatuk ular dan mereka yang melihat ular tembaga mereka akan sembuh. Yohanes dengan jelas mengatakan bahwa ular yang ditinggikan adalah bayang-bayang yang menunjukkan bahwa Yesus akan ditinggikan. Yohanes 3:14, Dan sama seperti Musa meninggalkan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia akan ditinggikan. Sehingga ini contoh tipologi peristiwa. Kita melihat berikutnya Elisa memberi makan 100 orang, kita bisa lihat dalam 2 Raja-Raja 4: 42-44 menunjuk kepada Yesus yang memberi makan kepada 5000 laki-laki dan peristiwa Tuhan Yesus memberi makan kepada 4000 orang. Yang sangat menarik adalah Yunus 3 hari 3 malam di perut ikan menunjuk kepada Yesus 3 hari 3 malam di perut bumi. Matius 12:40, karena itu kita melihat bahwa tokoh, benda maupun peristiwa bisa menunjuk kepada Yesus maupun peristiwa lain di Perjanjian Baru.
4. Janji dan Penggenapan. Alkitab disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, karena cara Tuhan berelasi dengan umat-Nya adalah melalui perjanjian. Beberapa perjanjian yang Tuhan berikan seperti perjanjian kerja dengan Adam pada permulaan zaman, tetapi Adam kemudian jatuh ke dalam dosa. Kemudian Tuhan membuat perjanjian anugerah yaitu penebusan manusia yang terdiri dari enam tahap.
(a) Perjanjian Allah dengan Adam dalam Kejadian 3.
(b) Perjanjian Allah dengan Nuh bersifat universal. Perjanjian Allah dengan Adam dan Nuh mewakili umat manusia, tetapi melalui Nuh, Allah juga memperhitungkan binatang-binatang.
(c) Perjanjian Allah dengan Abraham, yang dikhususkan untuk bangsa Israel atau umat Allah.
(d) Perjanjian Allah dengan Musa di mana Tuhan kemudian memberikan hukum-hukum untuk ditaati kepada umat-Nya.
(e) Perjanjian kerajaan kepada Daud dan keturunannya. Penekanannya adalah Daud dan keturunannya akan selalu menjadi raja atau keturunan Daud akan duduk di takhta pemerintahan Daud.
(f) Dan tentu saja Perjanjian Baru yang penggenapannya melalui Yesus. Peneguhan. Hal ini tertulis dalam Lukas 22:19-20, "Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.' Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: 'Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.'"
Dalam Perjanjian Baru, Yesus menggenapi seluruh Perjanjian Lama.
Darah binatang yang digunakan sebagai korban penghapus dosa diganti dengan darah Yesus. Adam adalah manusia pertama yang gagal taat, sementara Yesus adalah Manusia pertama yang taat sepenuhnya. Kedua peristiwa itu terjadi di Taman Eden dan Taman Getsemani. Jika Adam dan Hawa jatuh ke dalam godaan iblis, Yesus berhasil mengalahkan godaan-godaan tersebut.
Lalu Perjanjian antara Allah dan Abraham, digenapi oleh Yesus. Banyak dari kita berpikir bahwa banyak perjanjian Tuhan dengan Abraham tidak ada kaitannya dengan kita sebagai orang percaya. Hal tersebut tidaklah benar, kita mewarisinya di dalam Kristus, seperti tertulis dalam Galatia 3:16 "Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan 'kepada keturunan-keturunannya' seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: 'dan kepada keturunanmu', yaitu Kristus." Dari ayat ini jelas bahwa yang dimaksud adalah keturunan Abraham dalam bentuk tunggal, bukan jamak. Pada ayat 29 dikatakan, "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." Oleh karena itu, janji Allah kepada Abraham hanya menjadi milik kita jika kita menjadi milik Kristus, di mana Yesus menggenapi taurat dalam ketaatannya seperti yang dikatakan-Nya dalam Matius 5:17, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."
Para ahli mengutarakan bagaimana Tuhan Yesus menunjukkan penggenapannya dalam tiga aspek, sebagai berikut:
- Pertama, nubuat-nubuat yang ada di Perjanjian Lama digenapi dalam Yesus.
- Kedua, Dia menjalankan taurat dan menaati keseluruhan hukum Taurat.
- Ketiga, Yesus mengembalikan arti Taurat yang sebenarnya, yang sudah banyak diselewengkan seperti dalam konteks Matius 5.
Jadi Yesus tidak menentang Taurat dan Perjanjian Lama, karena Perjanjian Lama diberikan oleh Allah kepada manusia. Akan tetapi, Tuhan Yesus menentang tafsiran-tafsiran yang salah pada zamannya.
5. Continuity dan Discontinuity (berkesinambungan dan ketidaksinambungan). Banyak kesinambungan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Berkesinambungan yang dimaksud adalah Allah kita adalah Allah yang suka bekerja dengan pola yang sama. Tetapi terdapat pula perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang berarti adanya ketidaksinambungan.
Mari kita lihat contoh continuity yang relevan. Gereja adalah satu kesatuan umat Allah yang diselamatkan berdasarkan anugerah Allah dalam Yesus Kristus. Dalam Roma 11:17-18 tentang bagaimana orang Yahudi yang tidak mau menerima Injil adalah seumpama cabang-cabang yang dipatahkan. Sedangkan orang non-Yahudi yang percaya menjadi cabang-cabang yang dicangkokkan kepada pohon zaitun tersebut (Cultivated Olive Tree: Pohon Zaitun yang dirawat Tuhan). Begitu pula orang-orang dalam Perjanjian Lama yang percaya kepada kepada Allah dan Mesias tentu saja mereka juga adalah umat Allah. Umat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama diselamatkan melalui iman kepada Kristus. Jadi jangan kita berpikir bahwa orang Perjanjian Lama tidak diselamatkan oleh Kristus, melainkan mereka diselamatkan oleh Kristus melalui iman. Memang sepertinya dosa mereka diampuni setelah mereka menyerahkan kurban kepada Tuhan, tetapi dalam Ibrani 10:1 tertulis, "Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu..., hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya." Dan dalam Ibrani 10:4 juga tertulis, "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa." Jadi, mengapa ketika mereka mempersembahkan dosa mereka diampuni? Hal itu adalah karena darah-darah binatang itu menunjuk kepada Kristus. Jadi kita semua memiliki perjanjian yang sama yang digenapi di dalam Kristus yang berarti juga mewarisi perjanjian Allah dalam Abraham.
Kemudian kita melihat discontinuity, yaitu hal-hal tidak lagi menjadi relevan dari Perjanjian Lama setelah pengorbanan Kristus bagi kita. Di Perjanjian Lama umat Allah hanya terdiri dari satu bangsa, karena itu orang-orang yang mau menjadi umat-Nya harus menjadi Israel. Mereka perlu disunat untuk menjadi bangsa Israel. Dalam Keluaran 12:48, tentang Paskah yang pertama, "Tetapi apabila seorang asing telah menetap padamu dan mau merayakan Paskah bagi TUHAN, maka setiap laki-laki yang bersama-sama dengan dia, wajiblah disunat; barulah ia boleh mendekat untuk merayakannya; ia akan dianggap sebagai orang asli. Tetapi tidak seorang pun yang tidak bersunat boleh memakannya." Tetapi saat ini, sunat jasmani tidak diperlukan lagi karena umat Allah telah menjadi satu, yaitu gereja-Nya. Selain itu, kita tidak lagi membedakan makanan haram dan tidak haram. Karena makanan yang haram dan tidak haram itu menekankan bahwa umat Israel adalah umat yang kudus, sedangkan bangsa-bangsa yang lain adalah bangsa yang najis di hadapan Tuhan. Hal ini juga diperkuat oleh bukti ketika Allah mengarahkan Petrus ke rumah Cornelius yang adalah non Yahudi. Hukum yang melambangkan tembok pemisah sudah dihancurkan oleh pengorbanan Yesus di salib. Puji Tuhan!
Kemudian contoh continuity dan discontinuity dalam pembagian hukum atau Taurat. Dalam Perjanjian Lama, hukum dibagi menjadi tiga:
- Hukum Moral. Setelah karya Yesus di salib, hukum moral masih berlaku.
- Hukum Ibadah. Hukum ini tidak lagi berlaku karena telah diperbarui oleh Kristus. Misalnya korban-korban penebusan dosa.
- Hukum Negara. Hukum ini hanya berlaku dalam Israel Teokrasi, dan tidak berlaku pada saat mereka di bawah pemerintahan Romawi. Itulah mengapa para ahli Taurat tidak dapat menghukum Kristus dan mereka harus membawa-Nya ke hadapan Pontius Pilatus. Hukum negara Israel hanya berlaku untuk Israel masa Perjanjian Lama. Pada prinsipnya, ada hukum yang tetap berlaku, dan ada yang tidak berlaku lagi setelah karya penebusan Kristus.
Hal lain yang juga berubah adalah kenyataan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Jadi ketika masa Perjanjian Lama, bangsa Israel berpengharapan pada Mesias yang suatu hari akan datang, maka pada Perjanjian Baru, mereka yang percaya tahu bahwa Yesus-lah Mesias tersebut. Mereka tidak lagi berdoa agar Mesias segera datang. Tujuan Yohanes menuliskan injil tercatat dalam Yohanes 20:30-31, "Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya."
Kesimpulannya, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa Perjanjian Lama tidak mungkin kita mengerti Perjanjian Baru dengan mendalam dan penuh. Baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbicara tentang Kristus dan digenapi oleh Kristus. Oleh karena itu, Perjanjian Lama juga merupakan fondasi untuk mengerti dan memahami Perjanjian Baru.