Oleh: Roma

Ketika percaya kepada Kristus, Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada kita. Kita akan memiliki hati seperti yang dinyatakan dalam 1 Korintus 5:17. Kita adalah ciptaan baru yang diberikan hidup yang baru oleh Tuhan. Dengan demikian, proses kita tidak hanya berhenti sampai pada taraf percaya, melainkan untuk terus bertumbuh semakin kuat dan semakin produktif dalam Tuhan. Bagaimana caranya?

Seperti nasihat Paulus kepada Timotius, anak didiknya, di mana dikatakan perlu latihan rohani untuk menjadi semakin saleh. Kita perlu melatih kerohanian kita supaya rohani kita tidak lemah, tetapi terus menjadi kuat dalam disiplin kerohanian setiap harinya.

Mari kita lihat hal ini dari dua macam tinjauan, yaitu secara etimologis dan teologis.

Secara etimologis, pembentukan disiplin rohani terdiri dari 3 kata. Mari kita uraikan satu per satu maksudnya. Pembentukan berarti memberi kepada sesuatu. Disiplin adalah bentuk ketaatan atau kepatuhan kepada suatu peraturan. Rohani di sini berhubungan dengan roh kepada Pencipta kita, yaitu Yesus Kristus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan rohani ini dapat bersifat aktif apabila kita taat kepada Tuhan dalam membangun kerohanian kita sehingga kita semakin bertumbuh dalam Kristus.

Selanjutnya, mari kita lihat tinjauannya secara teologis. Kata 'disiplin' dalam Perjanjian Lama sangat berbeda dengan Perjanjian Baru meskipun memiliki inti pengertian yang sama. Dalam Perjanjian Lama, ada kata menghajar, mendidik, bahkan menghukum untuk kebaikan. Itu dilakukan Tuhan untuk membentuk bangsa Israel. Mereka dibentuk sedemikian rupa supaya bangsa Israel taat kepada perintah Tuhan dan ini dilakukan terus-menerus oleh Tuhan dari satu generasi ke generasi selanjutnya secara turun-temurun. Ketika mereka taat kepada Tuhan, berkat turun atas mereka. Akan tetapi, jika tidak taat, Tuhan menjanjikan hukuman kepada mereka. Inilah bentuk latihan atau disiplin rohani yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama. Pada masa Perjanjian Baru, kata 'disiplin' berarti latihan, yang berakar dari kata "kimnasia", yang berarti 'diberikan latihan'. Jadi, disiplin di sini adalah bentuk latihan yang Tuhan berikan kepada umat manusia atau gereja saat itu agar mereka semakin takut kepada Tuhan.

Sebenarnya esensinya sama, latihan di sini bertujuan untuk membuat iman kita semakin kuat dalam mengikut Tuhan. Dalam Perjanjian Baru, bagian ini membutuhkan proses atau latihan, di mana hasilnya tidak bisa langsung jadi, tetapi membutuhkan proses terus-wmenerus selama kita hidup hingga akhirnya kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Untuk itu, diperlukan ketaatan kepada otoritas firman Tuhan melalui Roh Kudus. Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik dari sisi etimologis maupun teologis, pembentukan disiplin rohani dilakukan secara terus-menerus dengan penuh ketaatan terhadap perintah Tuhan. Dari sini, kita dapat memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan dan akhirnya menjadi semakin serupa dengan-Nya.

Namun, terkadang, orang bisa terjebak dalam rutinitas disiplin rohani. Mereka lupa atau tidak dapat membedakan antara rutinitas dan disiplin sehingga terjebak di dalamnya. Untuk itu, kita harus benar-benar berkomitmen untuk melakukan disiplin rohani yang sifatnya bukanlah rutinitas belaka.

Berdasarkan Alkitab, disiplin rohani memiliki arah serta aturan jelas yang ditetapkan kepada kita. Yang pertama, dimulai dari anugerah keselamatan. Keselamatan ini menjadi inti dari pembentukan disiplin rohani. Keselamatan yang kita terima adalah anugerah kasih karunia Tuhan saja, sehingga kita mendapatkan semua itu ketika kita percaya kepada peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus. Manusia tidak bisa mengusahakan keselamatannya sendiri, sebab itu merupakan anugerah yang diterima ketika kita percaya dan mengaku percaya di hadapan Tuhan. Saat itulah kita disebut sebagai manusia rohani, karena Tuhan memberikan hati yang baru.

Tidak ada orang yang langsung kudus sempurna setelah menjadi manusia yang baru, karena pengudusan merupakan sebuah proses. Proses di sini artinya berjalan perlahan-lahan, di mana selama proses itu kita harus mengalami Allah dan taat kepada perintah-Nya. Proses yang kita lalui itu akan menimbulkan suka dan duka, tetapi kita akan bertumbuh melaluinya.

Sarana pertama untuk menjalani disiplin rohani adalah kedewasaan, inilah yang dirindukan setiap orang, yaitu menjadi dewasa secara rohani. Kita akan melihat pada 4 sarana yang kita pakai. Yang pertama, yaitu Alkitab. Ini merupakan sarana prasarana yang pertama dan utama agar kita bisa bertumbuh dalam Tuhan. Melalui Alkitab, kita bisa mengetahui kehendak Tuhan, dan melalui Alkitab kita akan diberi kerinduan untuk menjadi taat. Namun, jika kita mengabaikan Alkitab, kita akan mengabaikan kebaikan Tuhan. Janganlah kita sampai mengabaikan Alkitab dan mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan, tetapi kita justru mengabaikan firman-Nya.

Yang kedua adalah Roh kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tritunggal Allah yang ketiga, yang menolong dan menyertai kita setiap saat, serta membimbing kita untuk bertumbuh dalam kebenaran-Nya yang sejati. Ketika Roh Kudus berdiam di hati kita, seperti dinyatakan dalam surat Efesus oleh Paulus, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus.

Yang ketiga adalah gereja. Gereja di sini sering dikaitkan Paulus sebagai Tubuh Kristus. Kita adalah bangunan yang didirikan menjadi satu dengan Kristus sebagai pusat dalam kehidupan kita. Kita adalah bangunan dalam bait Allah, sehingga kita harus melakukan pekerjaan yang menjadi bagian kita selama memiliki kesempatan sebagai tubuh Kristus yang bertumbuh dalam iman.

Yang terakhir adalah keluarga. Ini adalah sarana yang paling penting, sebab melalui keluargalah, kita mengenal Kristus serta keselamatan yang dari Tuhan melalui pengajaran yang kita terima sejak kecil. Dengan demikian, keluarga menjadi sarana yang melaluinya kita bertumbuh dan menjadi teladan sesuai dengan proses yang kita alami masing-masing.

Itulah 4 sarana yang bisa kita gunakan untuk menjalankan disiplin rohani.

Selanjutnya, kita belajar tentang firman Tuhan, atau yang dikenal dengan Bible Intake. Selain makanan jasmani, kita juga memerlukan makanan rohani yang sehat dan bergizi, yang berguna bagi pertumbuhan rohani kita. Belajar firman Tuhan menjadi asupan rohani terpenting yang kita butuhkan. Bible intake sendiri adalah proses untuk memasukkan Alkitab dalam kehidupan kita setiap hari. Dari sanalah, kita mendapatkan enengi dan gizi rohani bermutu, yang membuat kita bertumbuh secara perlahan-lahan.

Ada 3 hal mendasar dalam kegiatan Bible Intake ini. Yang pertama adalah berinteraksi dengan Tuhan, atau bisa disebut sebagai berkomunikasi dengan firman Tuhan. Membaca firman Tuhan ini merupakan wajib hukumnya bagi kita semua, karena dengan membaca firman-Nya, kita bisa mengetahui maksud dan kehendak Allah. Sering kali, kita lalai dalam melakukan ini, entah dengan alasan kesibukan atau yang lainnya. Akan tetapi, Tuhan Yesus sendiri saat sedang mengajar sering kali mengutip dari firman Tuhan. Dari sana, kita tahu kita bahwa Dia pun membaca firman Tuhan, yang dalam konteks saat itu adalah membaca Perjanjian Lama. Jadi, membaca firman Tuhan adalah perlu untuk membangun interaksi sedemikian rupa setiap hari dengan Tuhan sehingga kita semakin mengenal dan memahami prinsip-prinsip firman Allah.

Yang kedua adalah mendengar firman Tuhan. Tuhan mengatakan di dalam Lukas bahwa setiap orang yang mendengarkan firman Tuhan disebut sebagai orang yang berbahagia. Sebab, membaca firman Tuhan berarti dibekali dengan firman-Nya. Kata "shema" atau "dengar" dalam bahasa Ibrani itu artinya bukan hanya sekedar mendengar, melainkan juga melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan kita. Bukankah Tuhan memberi kita telinga untuk mendengar agar kita semakin mengetahui maksud Tuhan dan melakukannya?

Yang ketiga adalah menghafal firman. Hal ini tentu sudah diajarkan kepada kita pada saat kita mengikuti kelas Sekolah Minggu, di mana para guru sekolah minggu biasanya memberikan kita ayat-ayat hafalan yang dapat kita ingat sampai hari ini. Menghafal ini menjadi salah satu metode untuk semakin mengingat firman Tuhan, sehingga itu akan mengakar dalam kehidupan kita. Ketika kita mengingat dan menyimpan ayat-ayat firman Tuhan dalam pikiran dan hati kita, maka ketika melangkah kita semakin bijak karena telah meresapi firman Tuhan yang dikatakan.

Selain berinteraksi dengan firman Tuhan kita juga dapat belajar firman Tuhan dengan cara merenungkan dan menggali firman. Kegiatan merenungkan ini seperti yang disebutkan dalam Mazmur 1, di mana merenungkan firman siang dan malam bisa disebut sebagai proses memfokuskan diri kita untuk memikirkan apa yang firman Tuhan katakan. Dengan demikian, melalui perenungan itu kita dapat mengaplikasikan firman setiap hari. Di sini, diperlukan hati yang jernih dan bersih sehingga apa yang kita renungkan itu masuk ke dalam hati kita dan berdampak pada kerohanian kita yang semakin dikuatkan.

Selanjutnya, menggali dan mempelajari firman Tuhan. Ini adalah tahap lanjutan setelah kita merenungkan firman. Di dalam kegiatan ini, dibutuhkan alat yang akan menjadi metode kita agar semakin memahami sekaligus dapat menafsirkan maksud dan konteks ayat. Ini penting, sebab konteks Alkitab pada saat itu terjadi dan ditulis sangat jauh berbeda dengan masa sekarang. Oleh sebab itu, ketika kita belajar untuk menafsirkan firman Tuhan, kita harus mempelajari latar belakangnya terlebih dahulu untuk dapat menangkap maksud penulis saat menuliskannya. Tersedia begitu banyak alat yang disediakan untuk mempelajari kebenaran firman Tuhan. YLSA sendiri memiliki alat bantu digital yang sangat kaya yang dapat membantu kita untuk mempelajari dan menggali firman Tuhan lebih dalam. Kita dapat mencari alat bantu studi Alkitab ini melalui situs Alkitab SABDA, situs BaDeNo, publikasi PA21, Alkipedia, Kamus, tafsiran, dsb. Itu semua menjadi alat referensi yang berguna untuk kita mempelajari firman Tuhan.

Setelah kita berinteraksi dengan firman Tuhan, tahapan terakhir yang perlu kita lakukan adalah aplikasi. Aplikasi ini adalah tahap yang cukup sulit bagi kita karena menjadi bukti respons kita terhadap firman yang harus dilakukan. Sebab, dalam berinteraksi dengan firman, kita bukan hanya diajar mendengar, membaca, dan merenungkan firman itu saja, tetapi juga untuk melakukan apa yang sudah kita peroleh dalam kehidupan kita setiap hari. Firman Allah harus diaplikasikan setiap hari. Untuk menolong kita, terdapat beberapa pertanyaan yang bisa membantu kita saat berinteraksi firman Tuhan, yaitu dengan contoh. Misalnya, dengan memberikan pertanyaan: apakah ada contoh yang bisa kita teladani setelah membaca kitab Timotius? Atau, apakah ada dosa yang harus kita akui setelah membaca dan mempelajari firman Tuhan? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bisa membantu kita mengaplikasikan firman Tuhan.

Pada sisi lain, sering kali terdapat kendala yang kita hadapi setiap hari untuk dapat mengaplikasikan firman. Kendala pertama yang kita hadapi untuk dapat mengaplikasikan firman adalah saat kita salah menafsirkan firman. Saat itu terjadi, maka aplikasi kita menjadi tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya dikehendaki firman. Kendala kedua adalah sifat kita yang kadang suka menunda untuk melakukan firman. Ini adalah alasan klasik yang sering terjadi dari dahulu sampai sekarang. Menunda adalah hal yang sering dilakukan dengan alasan kesibukan dan sebagainya, sehingga membuat kita lupa atau sulit untuk mengaplikasikan firman. Kendala yang ketiga adalah reaksi emosi, di mana terkadang kita menginginkan hasil yang cepat, instan, dan tidak sabar. Buah roh mengatakan kita harus sabar dan tidak bertumpu pada kekuatan kita sendiri, sebab kita tidak akan mampu melakukannya sendiri dan membutuhkan pertolongan Tuhan. Kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus untuk menjalankan firman Tuhan.

Selain mempelajari firman Tuhan, terdapat pula disiplin rohani yang lain untuk membuat iman kita bertumbuh, yaitu berdoa, menyendiri bersama Tuhan, berpuasa, dan membuat jurnal rohani setiap hari. Mari kita pelajari hal-hal tersebut satu persatu.

Berdoa. Itu adalah gaya hidup orang percaya atau sering juga disebut napas hidup orang percaya. Doa adalah perintah Tuhan, di mana Dia memberikan perintah kita untuk senantiasa berdoa. Dalam 1 Timotius dinyatakan bahwa doa harus bersifat dua arah. Doa tidak boleh bersifat satu arah, karena itu merupakan jalur komunikasi kita dengan Tuhan. Kegiatan berdoa juga harus diimbangi dengan membaca firman Tuhan, sehingga keduanya menjadi satu rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan.

Paling tidak, ada 3 alasan mengapa kita harus berdoa.

Yang pertama adalah untuk taat terhadap perintah Tuhan. Yang kedua, Tuhan Yesus sendiri memberikan contoh saat melakukan pelayanan-Nya di dunia, di mana Ia sering berdoa pada saat hari masih pagi dan ketika murid-murid-Nya masih tertidur ke tempat yang tersembunyi. Kristus berdoa, maka kita pun harus berdoa. Yang terakhir adalah Kristus mengajarkan kita untuk berdoa, sehingga kita pun harus mempraktikkannya sendiri. Namun, bagaimana caranya? Tuhan sudah memberikan waktu selama 24 jam, sehingga kita harus dapat menyediakan waktu dan cara untuk berdoa, baik dengan merenungkannya, mengimbanginya dengan firman Tuhan, atau berdoa dengan orang lain untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Cara lain yang dapat kita lakukan untuk bisa berdoa adalah dengan membaca, menggali, atau mencari artikel sebanyak mungkin tentang doa. Dengan begitu, kita bisa menambah referensi kita tentang cara untuk berdoa.  

Berdoa adalah membangun relasi dengan Tuhan. Ketika kita berdoa, kita tidak hanya meminta. Kita juga perlu menyediakan ruang bagi Tuhan untuk berbicara. Oleh karena itu, membina komunikasi dengan Tuhan adalah perlu, sehingga kita tidak berdoa seperti orang munafik. Dengan demikian, pintu-pintu yang tertutup bisa dibuka dengan berdoa bagi orang lain dengan tiada jemu.

Selain berdoa secara pribadi, kita juga dituntut untuk menjadi pendoa syafaat. Berdoa syafaat artinya kita berdoa bagi kepentingan orang lain, bukan kepentingan diri sendiri. Dalam doa syafaat, kita berfungsi sebagai perantara dari keluh kesah orang lain kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, ada satu tokoh yang sangat terkenal bernama Nehemia. Dia adalah pendoa syafaat bagi bangsanya. Dia berdoa syafaat bagi bangsanya, bukan hanya pemimpin rombongannya yang saat itu keluar dari pembuangan. Ketika dia ingin berdoa bagi bangsanya, dia akan melihat dahulu situasi bangsanya, lalu bergumul tentang bangsanya yang berdosa. Di sini, Nehemia memiliki konsep yang benar terhadap bangsanya. Itulah sebabnya, Nehemia tidak langsung gegabah untuk melihat bangsanya bertemu dengan Raja, melainkan dia gumulkan dalam doa dahulu sebelum bertemu dengan raja.

Hal yang lain adalah menyendiri bersama Tuhan. Kegiatan ini melatih kita untuk memiliki relasi dengan Tuhan. Tuhan sudah mengajarkan kita untuk berdiam diri bersama Tuhan. Ada begitu banyak ayat yang disediakan tentang berdiam diri di hadapan Tuhan ini. Berdiam diri di hadapan Tuhan tidak berarti tidak berbicara atau tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, dalam berdiam diri di hadapan Tuhan, kita bisa melakukannya dengan membaca, membuat catatan, mendengarkan pujian, dan lain sebagainya. Berdiam diri di hadapan Tuhan artinya mengambil waktu khusus sendiri bersama Tuhan.

Selain itu, kita juga bisa melakukan retret pribadi, di mana kita mengambil waktu untuk berhenti sejenak dan memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Dengan begitu, kita bisa menikmati Tuhan sepenuhnya. Retret ini adalah bentuk disiplin rohani yang akan menyegarkan kembali iman kita, sehingga kita akan memiliki relasi dengan Tuhan yang lebih erat lagi.

Selain retreat pribadi, kita juga diajarkan untuk berpuasa. Berpuasa di sini bukan hanya tidak makan dan minum, melainkan mendisiplinkan diri untuk menyangkali diri kita secara suka rela. Di sini, disiplin rohani diterapkan pada tubuh jasmani kita agar kita dapat selalu berfokus pada Tuhan. Saat kita menyangkal diri, maka kita bisa diingatkan tentang berbagai hal melalui puasa yang dilakukan, misalnya dalam hal ketakutan dan kekhawatiran. Puasa juga harus diimbangi dengan doa, puji-pujian, dan penyembahan. Untuk jenisnya, maka puasa dibedakan menjadi bermacam-macam, baik puasa pribadi, jemaat, nasional, dsb..

Yang terakhir adalah membuat jurnal pribadi. Selain berpuasa, berdoa, melakukan retret, kita juga dibekali dengan jurnal rohani. Jurnal rohani adalah semacam diary atau catatan yang kita lakukan secara teratur tentang hal-hal yang dilakukan oleh Tuhan setiap hari. Catatlah hal-hal yang kita alami bersama Tuhan setiap hari. Kegiatan ini akan sangat menolong kita untuk melihat perjalanan hidup kita bersama dengan Tuhan, sebab sering kali kita melupakan apa yang telah Tuhan perbuat dalam hidup kita. Dengan memiliki jurnal rohani semacam ini, kita dapat mengevaluasi diri dengan kembali melihat apa yang Tuhan perbuat dan ajarkan hari ini sekaligus apa-apa yang sudah kita lakukan dan alami hari itu. Dari sana, kita bisa berefleksi, bertobat, memohon pengampunan, bersyukur, dan ini semua akan menjadi rekaman catatan kehidupan rohani yang dapat selalu menjadi berkat setiap waktu.

Terdapat disiplin rohani yang membuat kita semakin bertumbuh dan semakin berbuah. Mari kita lihat satu persatu.

Yang pertama beribadah dan bersekutu. Dalam kitab Ibrani, penulisnya jelas sekali mengatakan agar kita jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah seperti yang dilakukan beberapa orang. Kita juga dituntut untuk beribadah dan bersekutu dengan Tuhan dengan cara menyembah Dia bersama-sama dengan umat Tuhan lainnya, di mana titik fokus sentralnya adalah Kristus sendiri. Untuk itulah, ibadah ini tidak hanya dilakukan sekali seumur hidup, melainkan membutuhkan komitmen setiap saat untuk menyembah Tuhan, baik dalam ibadah maupun persekutuan komunal.

Selanjutnya, melayani. Melayani adalah salah satu bentuk disiplin rohani saat kita meneladani Kristus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan melayani. Jadi, melayani bersifat memberi diri demi kepentingan yang lain, bukan bagi diri sendiri. Sangat penting bagi setiap orang percaya untuk melayani agar kita dapat semakin berbuah. Selain itu, untuk melayani dibutuhkan persiapan matang, bukan hanya setelah percaya lalu langsung diperhadapkan dengan pelayanan langsung. Pelayanan membutuhkan persiapan dan kesiapan. Untuk melayani, pertama-tama kita perlu lahir baru terlebih dahulu. Setelah itu, Tuhan akan memberikan karunia rohani yang akan menolong kita untuk menjadi semakin efektif dalam melayani-Nya. Minimal, setiap orang percaya akan diberikan satu karunia agar dirinya dapat dipakai bagi pekerjaan Tuhan. Di sinilah, perlunya kita menyadari karunia atau talenta apa yang kita miliki sehingga itu dapat digunakan untuk melayani Tuhan dalam bidang dan panggilan yang sesuai.

Berikutnya, tugas untuk mengabarkan Injil yang merupakan perintah dari Amanat Agung Tuhan Yesus. Meski ini sering kali sulit dilakukan oleh setiap orang percaya, tetapi ini adalah hal yang wajib dilakukan, dan bukannya suatu pilihan. Mengabarkan Injil adalah kewajiban orang percaya yang sudah mengaku percaya di hadapan Tuhan. Sebagai orang percaya, kita yang mengaku sebagai murid Kristus diajak untuk melakukan pekabaran Injil. Ini tidak bisa dilakukan sendiri, sebab ini adalah tindakan proaktif dari Roh Kudus yang menuntun. Saat kita mengabarkan Injil kepada seseorang, Kristus dan Roh Kuduslah yang bekerja untuk membuat orang menjadi percaya dan bertobat. Itu terjadi hanya karena kuasa Roh Kudus, bukan karena kemampuan atau kecakapan kita sendiri.

Beberapa hal yang harus kita ketahui untuk menginjili orang lain adalah bahwa ini merupakan karya Roh Kudus, bukan karya manusia. Lalu, dalam konteks ini, Yesus mengatakan untuk memulainya dari Yerusalem, Samaria, sampai ke ujung bumi. Ini artinya, kita dapat melakukan penginjilan mulai dari tempat kita berada, dan tidak perlu harus pergi ke suku tertentu dan menjadi misionaris di sana. Mulailah dari dari lingkungan terdekat, di mana masih ada banyak orang yang belum mengenal dan membutuhkan Kristus. Itulah ladang yang Tuhan sediakan bagi kita. Yang terakhir adalah meminta pertolongan Tuhan, karena kita tidak bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri ketika mengabarkan Injil bagi orang lain.

Bagian terakhir dari disiplin rohani adalah penatalayanan. Dalam konteks ini, artinya Tuhan berikan bagi kita pertanggungjawaban yang besar supaya kita melakukan kepentingan Tuhan, bukan kepentingan diri kita sendiri. Ada 4 hal yang bisa kita lakukan untuk melakukan kepentingan Tuhan ini, yaitu dengan waktu, uang, talenta, dan juga dengan tubuh kita. Sering kali, orang menyia-nyiakan waktunya, sehingga waktu 24 jam dari Tuhan pun tidak cukup karena dibuang untuk hal-hal yang kurang baik dan tidak benar, hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Saat kita tidak menghargai waktu, sebenarnya kita tidak menghargai Tuhan, sebab Tuhan sendiri berkata, "... gunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat." Kita bertanggung jawab untuk waktu yang kita sediakan bagi Tuhan, baik dalam hal penggunaan gawai, internet, hobi, pekerjaan atau waktu-waktu istirahat yang berlebihan. Semua itu adalah hal-hal yang dapat mengganggu kita untuk dapat bertanggung jawab dengan waktu yang diberikan bagi kita.

Yang kedua dalam hal uang. Sering sekali orang terjatuh dalam bagian ini. Uang yang berkuasa, dan bukan kita yang berkuasa atas uang. Bukan kita yang mengelola uang, tetapi uang yang mengatur kita. Sesungguhnya semua yang harta yang Tuhan berikan itu adalah milik-Nya, bukan milik kita. Kita hanya dipakai untuk mengelola uang yang Tuhan berikan untuk kita pergunakan dengan bertanggung jawab, baik bagi diri sendiri, bagi pekerjaan Tuhan, maupun bagi sesama.

Yang ketiga, bertanggung jawab dengan talenta dan karunia yang telah Tuhan berikan. Talenta yang Tuhan berikan kepada kita harus kita pertanggungjawabkan penggunaannya, sebab jika kita tidak bertanggung jawab akan hal itu, firman Tuhan katakan bahwa Tuhan akan mengambil semua itu. Firman Tuhan menyatakan bahwa jika kita setia dengan perkara kecil, maka Tuhan akan percayakan juga kepada kita perkara yang lebih besar.

Selanjutnya, bertanggung jawab dengan tubuh kita sendiri. Kita harus bertanggung jawab dengan tubuh kita sendiri yang sudah dicemari dengan dosa saat kita sudah percaya kepada Kristus. Kita bukan lagi hamba dosa, melainkan sudah menjadi hamba kebenaran. Oleh sebab itu, kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang kudus. Dalam Roma dikatakan "... sebagai persembahan yang hidup, yang berkenan kepada Tuhan." Sebagai bagian ibadah yang sejati, kita harus melatih tubuh kita dan menguasai tubuh kita untuk dapat melakukan pekerjaan Tuhan.

Kita sudah melihat macam-macam disiplin rohani, dan sekarang kita akan belajar bahwa ketika kita melakukan disiplin rohani, maka kedewasaan rohani menjadi tahapan yang seharusnya kita raih. Akan tetapi, kadang kala saat kita masuk ke dalam tahapan ini, ada tantangan dengan adanya penyakit rohani. Mari kita pelajari tentang penyakit rohani dan tes rohani.

Yang pertama-tama kedewasaan rohani. Tuhan merindukan kita yang sudah percaya untuk mempunyai kedewasaan rohani, sebagaimana orang tua duniawi juga menginginkan hal yang sama ketika anak-anaknya sudah beranjak besar. Tuhan juga ingin agar anaknya yang sudah percaya kepada-Nya menjadi dewasa secara rohani, yaitu semakin serupa dengan Kristus dan semakin mau memuridkan orang lain. Kapan kita bisa disebut sebagai orang yang dewasa secara rohani? Paulus menyatakan bahwa kita bisa disebut sebagai orang yang dewasa secara rohani saat kita selalu berlari-lari mengejar tujuan kita untuk menjadi sama seperti Kristus dan untuk mengejar apa yang Tuhan mau. Itulah tujuan ketika hidup kita menjadi dewasa di dalam Kristus.

Seperti apa ciri-ciri dari orang yang dewasa secara rohani? Hal itu bisa dilihat dari bagaimana seseorang mencintai firman Tuhan, selalu memberikan kesempatan untuk menyenangkan Allah dengan mengejar kesucian hidupnya, dan selalu taat untuk melakukan kehendak Allah. Dalam proses mencapai dan di dalam kedewasaan rohani, ada juga tantangan yang harus kita hadapi, yaitu penyakit rohani. Ini adalah hal yang lumrah dalam kehidupan kita menuju kedewasaan rohani. Namun, itu dapat menjadi masalah jika kita biarkan hal itu bercokol semakin lama, karena itu bisa menjadi momok. Untuk itu, kita perlu sehat secara rohani, bukannya sakit secara rohani.

Ada dua macam penyakit rohani, yaitu kejenuhan, atau yang bisa disebut sebagai spiritual burnout. Dalam bahasa Inggris, kejenuhan rohani ini berarti terbakar habis, yang berarti bahwa kehidupan seseorang berada di titik paling rendah karena merasa lelah dalam hal emosi kerohaniannya. Hal ini tidak bisa diobati, dan bahkan dapat membuat seseorang menjadi sulit tidur. Burnout ini membuat seseorang semakin kehilangan gairah, semakin mundur dalam kehidupan kerohanian, dan semakin menjauh dari pelayanan.

Apa penyebabnya? Penyebabnya ada banyak, karena mungkin tekanannya terlalu besar dan masalahnya terlalu banyak, dan terkadang menyebabkan mental dan emosi menjadi down atau terpukul. Akan tetapi, hal ini adalah hal yang lumrah, sebab bahkan tokoh Alkitab seperti Musa dan Elia juga mengalami kejenuhan secara rohani ketika mereka menghadapi masalah dan bahaya. Oleh sebab itu, kita harus dapat mengatasi kejenuhan rohani ketika kita diperhadapkan dengan hal itu. Jangan kita lari dari hal ini, sebab masalah ini harus dihadapi. Kita bisa minta ampun dan memohon pertolongan kepada Tuhan supaya kita disegarkan kembali oleh Tuhan. Seperti disiplin rohani, retreat pribadi menjadi salah satu disiplin yang bisa kita pakai kita untuk menghadapi kejenuhan rohani.

Yang kedua adalah kekeringan rohani atau dehidrasi rohani, yaitu saat kekuatan rohani kita yang berasal dari firman Tuhan semakin lemah karena kita kehabisan energi, sehingga membuat kita merasa hampa atau kosong serta sulit merasakan sukacita dan kasih Tuhan yang dahsyat dalam kehidupan kita. Kadang kejadian ini sangat sulit dikenali, sebab orang bisa menyembunyikan kondisinya dan masih aktif dalam pelayanan meski mengalami masalah kekeringan rohani. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus dan tidak disadari atau diselesaikan, yang bersangkutan akan jatuh ke dalam lubang masalah kerohanian yang lebih dalam.

Lalu, bagaimana cara untuk mengenali dan mengatasi kekeringan rohani?

Pertama, adalah dengan tidak berlarut-larut berada dalam kondisi kekeringan rohani ini dengan cepat-cepat mencari pertolongan pertama pada Tuhan sendiri. Mohonlah kepada Tuhan untuk membantu agar kita dapat mengatasi masalah kekeringan rohani ini. Selain itu, kita juga perlu melakukan tes rohani, untuk melihat seberapa baik kerohanian kita atau berada dalam tahap apa kondisi kerohanian kita saat ini. Ada satu buku yang bagus dari Donald S. Whitney berisi 10 tes rohani yang bisa kita pakai untuk melihat seberapa jauh kondisi kesehatan rohani kita. Tes rohani ini sangat penting karena ini menjadi salah satu upaya pencegahan atau bahkan untuk cepat-cepat merespons jika kita mengetahui sedari dini bahwa kondisi kerohanian kita sedang dalam keadaan tidak prima. Untuk itu, silakan lakukan tes kerohanian secara berkala, dan teruslah mengandalkan kekuatan Tuhan, bukan kekuatan kita sendiri.

Yang terakhir adalah kita membutuhkan partner rohani. Untuk mengalami pertumbuhan dan kedewasaan rohani, kita membutuhkan rekan seiman. Memiliki rekan rohani yang sama-sama bertumbuh dalam Tuhan menjadi salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan kedewasaan rohani kita. Jika kita belum memilikinya, mintalah kepada Tuhan agar kita memiliki rekan yang sama-sama berjuang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Partner rohani ini sangat membantu untuk mengingatkan, menegur, dan  menopang kita dalam kelemahan sehingga kita dapat cepat mengoreksi diri dan kembali kepada jalan Tuhan yang benar saat kita lemah atau jatuh.