Kita akan belajar tentang misi Allah. Di dalam kelas misi, ada satu pertanyaan yang sangat penting, "Pada ayat mana sebenarnya Tuhan memanggil manusia untuk bermisi? Pada saat apa sebenarnya Tuhan memulai misi-Nya?". Sulit sekali bagi setiap orang untuk betul-betul dengan jelas menyampaikan jawaban atas pertanyaan ini. Ada yang mengatakan dari Matius 28, ada yang mengatakan Kisah Rasul 1:8. Lalu, ada juga yang mengatakan Kejadian 12 saat Tuhan memanggil Abraham. Akan tetapi, kalau kita teliti betul-betul maka kita dapat melihat dengan sangat jelas bahwa misi Allah itu sesungguhnya dimulai sejak Kejdian 1. Pada saat itulah dikatakan, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Dan, pada saat Dia memulai ciptaan-Nya, saat itulah misi Allah dimulai. Sebab, sebelum penciptaan dunia dan segala isinya, Allah Tritunggal sudah merencanakan misi itu.
Jika kita mau melihat sejenak, maka kita bisa melihat dalam kitab Efesus 1:9--10 yang menyatakan, "Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula dikatakan." Kata "dari semula", sama dengan ayat 4 dan ayat 5, before creation. Hal itu telah ditetapkan di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi. Jadi, itu merupakan master plan of God. Itu sudah menjadi master plan dalam misi Allah sebelum dunia diciptakan bahwa semua akan dibawa kepada Kristus Yesus yang akan menjadi Kepala atas segala sesuatu. Setelah Allah Tri Tunggal merancang misi-Nya maka dimulailah misi itu melalui penciptaan yang kita ketahui melalui Kejadian 1:1. Christover Right, seorang teolog pengganti dari John Stot, teolog terkenal dari Inggris, mengatakan bahwa pada waktu ia meneliti dan menelusuri, akhirnya dia memahami benar bahwa sebenarnya Allah memulai misi dalam masa Dia menciptakan. Dan, kitab PB dan PL menjadi catatan dari misi Allah yang dituliskan untuk dimengerti oleh manusia. Maka, Alkitab itu sesungguhnya menjadi kitab yang memuat perjalanan misi Allah. Itulah sebabnya, untuk memahami misi Allah dengan baik kita perlu sekali memahami yang namanya metanarasi Alkitab. Meta itu adalah sesuatu yang besar, jadi karya besar Allah yang dirancang oleh Allah yang dipaparkan lewat firman Allah. Apa yang sebenarnya ingin Allah kerjakan dalam misi-Nya di tengah-tengah dunia ini.
Kalau kita melihat dari pada metanarasi daripada misi Allah maka kita akan memperhatikan ada 4 story yang jelas, yang bisa kita perhatikan di dalam bagian ini.
1. Creation.
Jadi, di dalam kisah Tuhan, Dia melakukan penciptaan seperti yang dirancang sebelum dunia dijadikan, yaitu menciptakan langit bumi, terang dan gelap, lalu dipisahkan, dan selanjutnya sampai kepada yang terakhir, yaitu manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Jadi, kita perlu betul-betul melihat diri kita sebagai seorang yang melakukan misi Allah. Kita harus melihat kepada permulaan Perancang dari misi agar kita dapat melakukan misi Allah di gereja dan di mana pun, dan melakukannya sesuai dengan apa yang Allah rancang. Jangan sampai kita melakukan berbagai hal dalam misi yang kita kerjakan, tetapi ternyata itu bukan rancangan Allah. Sebab, sebenarnya misi tidak pernah dimulai dari hati manusia, tetapi misi dimulai dari hati Allah yang mengasihi ciptaan-Nya, mengasihi seluruh dunia ini.
Dimulai dengan yang pertama, yaitu creation (penciptaan), yaitu saat Allah menciptakan segala sesuatu. Semua ini di dalam anugerah Tuhan. Semua ini dibuat oleh Tuhan. Kalau kita perhatikan, dalam Kejadian 1:31 dikatakan, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam." Jadi, Allah menciptakan semua dari mulai langit, bumi, dan segala sesuatu sampai kepada manusia. Lalu, dikatakan ada evaluasi, bahwa semua itu sungguh amat baik, atau kita juga bisa sebut bahwa semua itu dilakukan dengan menciptakan Shallom (sejahtera). Semua berada di dalam tatanannya, segala sesuatu berjalan di dalam tatanan alam yang Tuhan ciptakan.
2. Kejatuhan, di mana shallom dirusak oleh dosa.
3. Penebusan, yaitu pembaruan shallom dilakukan melalui salib Kristus.
4. Penyempurnaan, yaitu kembali hidup dalam shallom untuk Allah.
Kita akan membahas ini secara satu-persatu.
Kita melihat tentang penciptaan. Apa yang kita lihat dan perhatikan di sini bahwa Allah Tritunggal yang berelasi satu dengan yang lainnya secara erat. Di dalam kekekalan-Nya itu, Ia menciptakan dunia dengan pola yang dinyatakan dalam Kej.1 dan Kej.2. Dalam Kejadian 1, digambarkan keseluruhan penciptaan. Akan tetapi, dalam Kejadian 2, Allah digambarkan dengan secara detail menciptakan manusia dan sebagainya. Jadi, manusia sebenarnya diciptakan, atau bahkan seluruhnya itu diciptakan di dalam suatu relasi sama seperti Bapa berelasi dengan Anak dan Anak berelasi dengan Roh Kudus. Allah Tritunggal sejak kekekalan berelasi satu dengan yang lain, sehingga sebenarnya waktu Allah menciptakan seluruh dunia ini, itu diciptakan di dalam relasi. Kita melihat gambaran bahwa Allah menciptakan manusia berelasi dengan Allah. Jadi, manusia diciptakan untuk memiliki suatu persekutuan dengan Allah kita. Kita lihat bagaimana Adam dan Hawa tiap-tiap hari bertemu Allah, berbincang-bincang dan bersekutu bersama-sama. Inilah hakikat hidup manusia, yaitu diciptakan untuk berelasi dan untuk memuliakan Allah.
Yang kedua, manusia tidak hanya diciptakan untuk berelasi dengan Allah semata, melainkan diciptakan juga untuk berelasi dengan dirinya sendiri, agar dia mengenali dirinya dengan benar dan dengan baik. Lalu, Allah menciptakan manusia itu agar mereka berelasi dengan sesamanya, baik pria maupun wanita.
Dan, yang terakhir kita melihat bahwa Allah menciptakan manusia juga untuk berelasi dengan seluruh ciptaan. Relasi ini adalah bagian dari pembangunan kehidupan, di mana justru berfungsi supaya seluruh ciptaan mengalami suatu shallom atau di dalam tatanan Allah. Di dalam tatanan tersebut terjadi relasi yang saling membutuhkan, kita membutuhkan ciptaan, ciptaan juga membutuhkan kita. Kita akan melihat lebih jauh bagaimana sebenarnya manusia itu diciptakan oleh Allah secara menarik sekali, yaitu diciptakan segambar dengan Allah.
Peristiwa Allah ini, misi Allah ini, dimulai dari penciptaan Kejadian 1, dan bukan dimulai dari kejatuhan. Banyak orang sering mengganggap bahwa misi Allah dimulai pada waktu manusia jatuh dalam dosa, dan setelahnya Allah baru melakukan misi-Nya. Muncullah peryataan bahwa Kristus hadir untuk menebus dosa. Tidak demikian. Misi Allah dimulai semenjak dari penciptaan. Kalau kita tidak mulai dari penciptaan, kita tidak akan pernah dapat memahami konsep Allah yang pertama, apa yang Dia ciptakan, shallom yang Dia jadikan, relasi yang Dia bangun di dalam kehidupan manusia dan segala ciptaan-Nya. Akan tetapi, misi Allah diakhiri juga nanti dengan ciptaan baru. Dalam Wahyu 21:1-2, dikatakan akan terjadi langit baru dan bumi baru.
Jad, kita dapat melihat bahwa misi Allah dimulai dengan penciptaan dan diakhiri dengan ciptaan baru itu. Kita perhatikan bahwa pada mulanya Allah menciptakan. Pada saat Dia menciptakan, Dia tidak meninggalkan ciptaan-Nya, seperti yang dinyatakan kaum Deisme. Seperti seorang pembuat jam, setelah membuat jam maka masing-masing jam itu ada di tangan kita, dan kita tidak memerlukan lagi kehadiran pembuatnya. Alkitab tidak mengatakan demikian. Justru Alkitab menjelaskan bahwa pada waktu Allah menciptakan, Allah juga yang peduli memelihara seluruh ciptaan-Nya. Kalau kita perhatikan pada ayat 26--28 dalam Kejadian 1, dikatakan, "Berfirmanlah Allah, baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara, dan atas ternak dan atas seluruh bumi, dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya. Menurut gambar Allah diciptakannya dia laki-laki dan perempuan, diciptakannya mereka. Allah memberkati mereka. Lalu Allah berfirman kepada mereka, 'beranak cuculah, bertambah banyaklah penuhilah bumi dan taklukanlah itu. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara atas segala binatang yang merayap di bumi.'"
Jadi, kalau kita memperhatikan baik-baik, dikatakan dengan sangat jelas bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah. Lalu, manusia juga diberi misi oleh Allah, dengan diberikan kuasa. Dikatakan kepada manusia, "taklukanlah dan berkuasalah." Akan tetapi, tujuannya bukanlah untuk memperbudak ciptaan, melainkan memelihara ciptaan-Nya. Inilah mandat atau perintah misi Allah yang pertama bagi manusia. Sebelum manusia jatuh di dalam dosa, Allah sudah mempunyai panggilan jelas pada semua umat manusia semenjak semula, yaitu untuk memelihara dunia ini. Kalau kita lihat di dalam Kejadian 2:15, maka dikatakan bahwa Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lagi-lagi, kita perhatikan di sini bahwa sebenarnya ditempatkan bukan hanya untuk tinggal, tetapi bahwa manusia punya panggilan yang sangat jelas, yaitu untuk betul-betul melakukan pemeliharaan atas ciptaan.
Inilah yang perlu kita betul-betul kita pahami agar kita mengerti apa sesungguhnya misi Allah. Sehingga dari awal pun, kita dapat melihat bahwa Allah tidak hanya mengajak kita untuk memperhatikan umat manusia saja, tetapi seluruh ciptaan. Sebab, kita juga memiliki ketergantungan kepada ciptaan Allah yang lain, sehingga kita diberikan otoritas besar oleh Allah untuk berkuasa dan memeliharanya. Maka, pada waktu manusia diciptakan segambar dengan Allah itu dimaksudkan agar manusia berkarya sama seperti Allah, yaitu Allah yang berkarya, Allah yang mencipta, dan Allah yang memelihara ciptaan. Dan, pada waktu Allah memelihara ciptaan itulah manusia diangkat dan dijadikan segambar dengan Allah untuk melakukan hal yang sama,yakni memelihara segala ciptaan Allah di tengah dunia ini.
Di dalam Allah itu terdapat pula identitas diri kita. Sehingga ketika bekerja, kita bukan mencari identitas atau kelayakan, tetapi karena Dia sudah memberi kita identitas yang segambar dengan Allah itu. Itulah identitas kita, itulah harga diri yang paling mulia dari seluruh ciptaan. Maka, dengan harga diri atau identitas yang jelas inilah kita dipakai untuk memelihara seluruh ciptaan. Jadi, adalah salah untuk mengatakan bahwa bekerja itu adalah kutukan karena dosa. Banyak orang berkata, "Karena Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, kita jadi harus bekerja berat sekali." Tidak. Salah kalau kita berkata bahwa bekerja itu adalah akibat dari kutukan. Sebaliknya, dari awal manusia memang diciptakan untuk bekerja. Ini pernyataan yang sangat tepat, sebab jika manusia menganggur, dia justru akan menjadi ngawur, tidak bersukacita, tidak punya identitas, bahkan cenderung membuat kejahatan-kejahatan yang luar biasa. Pada dasarnya natur manusia adalah untuk bekerja, sehingga tidak ada tempat untuk pengangguran. Dan, Tuhan juga berkata, "kalau tidak bekerja jangan makan." Itu tertulis dalam kitab Titus. Itu sebabnya, kita harus melihat di dalam konsep ini, bahwa bekerja itu hal yang sacred, kudus. Bekerja itu sesuatu yang terhormat, yang suci, dan tidak berbeda dalam hal rohani maupun sekuler.
Kadang-kadang, kita melihat bahwa manusia cenderung menjadi lebih rohani di dalam gereja daripada di luar gereja. Namun, seharusnya, baik bekerja di kantor, dalam pelayanan, bahkan dalam rumah tangga sekalipun, itu adalah sesuatu yang sacred atau kudus, yang Allah panggil kita ke dalamnya untuk berkarya dan bekerja sebaik mungkin. Itu sebabnya, Tuhan berkata, "lakukanlah apa pun juga yang kamu perbuat dengan segenap hatimu seperti kepada Tuhan, itulah yang berkenan kepada Tuhan." Jadi, sebagai orang percaya, tidak ada masalah suci tidak suci di mana pun kita ditempatkan, kecuali kita bekerja dalam wilayah yang tidak baik dan tidak bermoral. Pekerjaan-pekerjaan dalam wilayah-wilayah seperti itu adalah tidak sehat untuk dikerjakan. Jadi, mari kita melihat di dalam konteks ini.
Untuk bekerja itulah manusia kemudian diperlengkapi dengan berbagai hal oleh Allah, yaitu akal budi, moral, hati, karunia, kemampuan, yaitu skill, dan talenta. Ada yang bekerja sebagai akuntan, pemusik, penulis, seniman, dsb. Semua profesi itu adalah profesi di mana manusia diajak untuk berkarya bersama dengan Allah dan memelihara ciptaan Allah agar tetap harmonis dan sesuai dengan tatanannya. Jadi, manusia diciptakan untuk menjadi penatalayan, untuk memelihara agar segala sesuatu bisa berjalan sesuai tatanan yang diciptakan oleh Allah.
Sayangnya, relasi yang harmonis tadi dirusak oleh karena manusia, karena Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Mereka memberontak kepada Allah, mereka ingin menjadi sama seperti Allah. Dan, hubungan yang dirusak itu menjadi satu ketakutan. Mari kita bayangkan. Sebelum jatuh ke dalam dosa, mereka begitu harmonis dengan Allah. Namun, begitu mereka jatuh dalam dosa, mereka menjadi ketakutan, mereka cemas, dan mereka takut akan mati saat Allah mencari mereka. Sebab, memang yang suci tidak dapat bertemu dengan yang tidak suci. Hubungan menjadi rusak bukan hanya kepada Allah, tetapi juga dengan diri sendiri. Maka, tak heran jika banyak sekali pribadi yang tidak memahami nilai hidupnya. Dia selalu mencari nilai hidupnya, value hidupnya, integritas hidupnya di dalam berbagai hal. Mereka kemudian menggantungkan keberadaan eksistensi dirinya pada uang, nama, posisi, pekerjaan, dsb. Padahal sebenarnya Allah sudah memberikan nilai pada diri manusia, tetapi dosa menyebabkan hubungan manusia dengan diri sendiri menjadi rusak. Karena itu manusia sering menjadi sombong atau minder.
Akan tetapi, kita juga melihat bahwa dosa bukan hanya merusak hubungan dengan Allah, dengan diri sendiri, tetapi juga dengan sesama. Oleh karena itu, jika Adam sebelumnya berkata "Ini dia tulang daripada tulangku," mengenai Hawa, tetapi setelah jatuh dalam dosa, Adam berkata, "Wanita yang Engkau berikan itu, Tuhan." Mereka bertengkar untuk saling menyalahkan. Jadi, di dalam taman Eden manusia sudah mulai mencari kambing hitam karena dosa yang mereka lakukan.
Yang terakhir, terputusnya hubungan manusia dengan ciptaan. Manusia bukan lagi merawat ciptaan, melainkan manusia mengeksploitasi, merampas segala yang ada dalam ciptaan untuk kepentingan sendiri akibat ketamakannya. Bencana alam, selain karena faktor alam, juga terjadi karena manusia tidak lagi memelihara seluruh ciptaan yang Tuhan percayakan. Dosalah yang menyebabkan sistem-sistem yang dibangun oleh Allah menjadi rusak. Dan, iblis melakukan itu dalam berbagai sisi. Dari sini, maka kita bisa melihat bahwa cara kita untuk merenungkan dosa bukan hanya dari sisi akibatnya, yaitu neraka. Dosa itu begitu mengerikan, sebab itu merusak seluruh hubungan. Dosa itu merusak tatanan seisi dunia ini, dosa itu membuat seluruh ciptaan, termasuk manusia di dalamnya, tidak lagi mengalami shallom dari Tuhan.
Yang terjadi selanjutnya maka adalah kemiskinan dalam keintiman rohani dengan Allah, penyangkalan keberadaan Allah, tidak tunduk pada otoritas Allah, materialisme, dan penyembah roh-roh lain dan illah-illah palsu. Lalu, manusia itu menjadi miskin dengan dirinya sendiri. Berlagak seperti Allah padahal sesungguhnya minder luar biasa. Begitu juga manusia bukannya mengasihi sesamanya, tetapi malah merusak sesamanya. Berapa banyak sudah manusia yang merusak sesamanya. Kita dengar ini terjadi di seluruh dunia, di setiap negara tentang terjadinya kasus-kasus pelecehan, pembunuhan, rasisme, dsbnya. Manusia lebih suka menghancurkan orang lain dan mengeksploitasi berbagai ciptaan Allah lainnya.
Dari sini sangat jelas terlihat bahwa dosa membuat shallom tidak terwujud karena manusia memberontak terhadap Allah. Bukan hanya nanti, saat kita bicara tentang penghakiman dan neraka, tetapi justru sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia tidak lagi memiliki shallom. Karena itulah, tidak ada lagi kebahagiaan yang kekal dan terjadi banyak ketidakpuasan dalam hidup di dunia ini maupun dalam hidup manusia. Sehingga sebenarnya kalau manusia ingin kembali kepada Allah, kita tidak hanya perlu berpikir tentang surga atau langit dan bumi yang baru yang akan terjadi nanti. Namun, sejak sekarang sebenarnya shalom itu harus dikembalikan, supaya dalam hidup di dunia ini kita bisa betul-betul mengalami damai sejahtera bersama Tuhan dan segala ciptaan-Nya. Namun, tentu harus diingat bahwa Kristus tetap menopang semua firman-Nya yang penuh dengan kepuasan. Dalam Ibrani 1 kita melihat bahwa yang menciptakan dunia ini adalah Allah Tritunggal dan Kristus tetap menopang. Jadi, sekalipun ada dosa yang merusak, tetapi Kristus dengan kuasa-Nya mampu untuk terus menopang segala sesuatu yang ada di dalam Dia dan segala ciptaan tetap memiliki kebaikan yang tertanan di dalamnya.
Akibat dosa mengakibatkan kerusakan pada seluruh ciptaan. Mari kita lihat ayatnya secara khusus dalam kitab Roma. Di dalam kitab Roma 8:19-23, kita melihat, "Sebab, semua ciptaan dengan rindu menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Sebab, semua ciptaan menjadi sasaran kesia-siaan, bukan karena diingininya, tetapi karena Dia yang menaklukkannya, dengan pengharapan, supaya ciptaan itu sendiri akan dibebaskan dari ikatan kebinasaan kepada kemerdekaan mulia dari anak-anak Allah. Sebab, kita tahu bahwa seluruh ciptaan sama-sama mengeluh dalam kesakitan bersalin sampai sekarang ini. Bukan hanya itu, kita pun yang memiliki buah sulung Roh mengeluh dalam hati, sementara menantikan dengan penuh harap pengangkatan sebagai anak, yaitu penebusan tubuh kita." Jadi, kita melihat dalam bagian ini, bukan hanya kita yang mengeluh oleh karena dosa, karena ketidakadaan shallom, tetapi juga makhluk dan ciptaan lainnya sama-sama mengeluh seperti wanita yang akan bersalin.
Saya belum pernah melahirkan, tetapi banyak ibu-ibu pasti sudah pernah melahirkan dan pasti merasakan betapa sakit prosesnya. Itulah yang dialami akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa. Namun, puji nama Tuhan ada pernyataan ini, "Allah membenci dosa, tetapi mengasihi orang-orang berdosa." Maka, Yohanes 3:16 menjadi berlaku, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Jadi, kita perhatikan bahwa sekalipun manusia sudah diusir dari hadapan Allah dalam konteks diusir dari taman Eden, tetapi Allah tetap memelihara hidup manusia. Dan, sejak itu juga Allah sendiri yang mengasihi manusia dalam berbagai cara. Sekalipun manusia sudah berupaya untuk menghancurkan misi Allah, menggagalkan misi Allah, tetapi Allah tidak akan pernah gagal. Dia melanjutkan misi-Nya.
Itu sebabnya, Tuhan memunculkan air bah untuk menenggelamkan segala sesuatu dan hanya meninggalkan Nuh dengan keluarganya, yang disebut dereneim, atau yang tertinggal/ tersisa. Dari sanalah kemudian muncul Abraham, dan dari Abraham muncul kejadian 12. Kata Allah kepada Abraham yang dipilih-Nya, "Kamu akan diberkati, kamu akan menjadi bangsa yang besar, kamu akan menjadi mashyur." Dalam janji-Nya itu, Allah kemudian juga mengatakan, "Melalui keturunanmulah seluruh bangsa di dunia ini akan diberkati. Jadi kita lihat bahwa Allah sejak zaman Perjanjian Lama tetap terus melanjutkan apa yang sudah dihancurkan manusia. Ia bekerja, memperbaiki, memperbaharui lewat Abraham dan keturunannya. melalui Kerajaan Israel dan orang-orang Yahudi. Sampai akhirnya lahirlah dari keturunan Israel itu Yesus Kristus, yaitu Mesias, Anak Allah yang hidup.
Berulang-ulang dalam kitab PL tercatat bahwa Iblis ingin menghancurkan orang Israel dalam berbagai cara. Dalam kisah perbudakan di Mesir, termasuk kisah yang terjadi dalam kitab Ester menunjukkan peristiwa yang ingin membasmi orang Yahudi. Akan tetapi, Allah menjaga mereka, sebab sebenarnya melalui berbagai peristiwa itu iblis ingin supaya rencana Allah tidak terjadi, yaitu munculnya Yesus Kristus dari benih keturunan Israel. Allah memelihara bangsa Israel secara luar biasa, dan pada Matius, di sana dikatakan, "Inilah silsilah daripada Yesus Kristus," karena inilah yang dijanjikan di dalam misi Allah. Inilah yang akan menjadi pribadi yang dipanggil oleh Allah untuk memperbarui, untuk mendatangkan kembali shallom Allah.
Mari kita memperhatikan baik-baik di dalam Lukas 4 yang sangat jelas menyatakan tentang Kristus Yesus. Di dalam Lukas ayat 18--19 dikatakan, "Roh Tuhan ada padaku oleh sebab Ia telah mengurapi aku." Kata "mengurapi" itu adalah Mesias yang diurapi. Untuk apa? Untuk menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan pada orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitahukan tahun rahmat Tuhan telah datang. Dan, pada ayat 21 dikatakan, "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mau mendengarnya." Sebenarnya, ayat ini diambil dari nubuat Yesaya, yaitu dalam Yesaya 61. Jadi, 700 tahun sebelum Mesias hadir, Yesaya sudah menyampaikan bahwa akan lahir Mesias. Dan, pada waktu Yesus membaca ayat itu, kembali Ia mengatakan bahwa Dia yang diurapi itu sudah datang dan kedatangan-Nya, Dia berkata, "Bertobatlah, sebab kerajaan Allah sudah dekat." Bukan dekat dalam arti belum lagi hadir, tetapi kata itu dalam bahasa aslinya adalah "the kingdom of God has come but not yet." Sudah datang, tetapi sedang menuju kepada kesempurnaannya. Jadi, melalui kedatangan Kristus terjadilah kedatangan kerajaan Allah ke dalam dunia. Melalui kehadiran-Nya, Kristus memanifestasikan kuasa surgawi, di mana yang sakit disembuhkan -- baik secara fisik maupun rohani --, yang buta akan melihat, yang kusta disembuhkan, yang tuli menjadi mendengar, yang dirasuk setan dibebaskan, yang kelaparan diberi makan, yang mengalami berbagai pergumulan politik, sosial akan mendapat jawaban. Kehadiran Kristus membebaskan manusia dari semua tekanan dan perbudakan, di mana untuk itu Yesus Kristus harus mati di atas kayu salib untuk membebaskan manusia dari seluruh hukuman Allah dan mengembalikan manusia serta seluruh ciptaan ke dalam relasi mereka dengan Tuhan.
Dalam Kolose 1:20, Paulus berkata, "Dan oleh Dialah, oleh Kristuslah, Bapa atau Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya." Nah, kadang-kadang orang tidak memperhatikan kalimat ini, banyak teolog mengangkat isu ini, termasuk John Stoot, Christopher Wright, dan teolog lainnya berkata bahwa, "Melalui Kristus, Bapa memperdamaikan, bukan hanya manusia dengan diri-Nya, tetapi segala sesuatu yang ada di bumi maupun yang ada di surga dengan diri-Nya. Ia mengadakan pendamaian oleh darah Kristus." Jadi, dari sini kita bisa memahami konsentrasi misi Allah tidak hanya tertuju kepada manusia, tetapi secara menyeluruh, secara holistik kepada keseluruhan ciptaan. Dosa memang diperbuat manusia, tetapi dosa berdampak besar dengan merusak segala ciptaan. Akan tetapi, kematian dan kebangkitan Kristus memperdamaikan manusia dan segala ciptaan, baik di surga maupun di bumi, melalui apa yang dikerjakan oleh Kristus di kayu salib. Jadi, penebusan Allah, di dalam salib Kristus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya meletakkan segala sesuatu pada hubungan yang benar pada seluruh ciptaan.
Itu sebabnya, di dalam misi ada 5 tanda yang harus kita perhatikan. Yang pertama, untuk membawa semua ke dalam ketuhanan Kristus adalah dengan membawa manusia berdosa mengalami pembaharuan. Yang kedua, kita perlu melakukan penginjilan (evangelism). Yang kedua, setelah menjadi percaya, mereka kemudian harus bertumbuh dan menjadi kokoh di dalam iman, agar semakin dewasa secara rohani dan makin menyerupai Kristus. Yang ketiga, mengajarkan kebenaran atau teaching di dalam gereja untuk mengajar dan memuridkan. Pengajaran ini berguna agar gereja tidak melahirkan orang Kristen asal-asalan, tidak melahirkan orang Kristen kanak-kanak, yang selalu hanya maunya diberkati, diberkati, diberkati sampai mati diberkati. Bukan itu tujuan Allah menciptakan lalu menyelamatkan manusia. Ia ingin agar manusia dibina, dibangun iman percayanya untuk menjadi makin dewasa, makin menyerupai Kristus. Dan, akhirnya kita diajak untuk bisa bekerja sama dengan Allah dalam melakukan misi Allah. Jadi, kalau sampai sekarang banyak orang Kristen tidak mau melayani, tidak mau bermisi, mereka harus bertanya, apakah saya sudah menjadi orang Kristen yang benar? Sebab, kalau kita menanam, kalau benih sudah ditabur lalu mati, itu artinya dia tidak akan berkembang, apalagi berbuah. Demikian juga manusia, kalau rohaninya tidak berkembang dia menjadi orang yang tidak bisa berbuat apa-apa, lumpuh, hanya memikirkan diri sendiri terus -- memperkaya diri, memperindah diri, memperhebat diri --, semua untuk diri. Akan tetapi, jika manusia diajar dengan Alkitab kebenaran secara terus menerus, maka kita dapat bertumbuh menjadi orang Kristen yang kuat, dewasa, dan mampu bekerja bersama dengan Allah di dalam misi-Nya.
Manusia di dalam konteksnya juga menjalankan compassion, memedulikan sesama kita, memedulikan mereka yang miskin, baik mereka yang miskin secara jasmani, rohani, sosial, politik, maupun pendidikan. Karena itu, tugas kita bukan sampai pada evangelism atau penginjilan saja. Sebab, orang yang kelaparan tidak hanya cukup diinjili, tetapi kita juga harus memberi dia makan. Itu juga menjadi tugas panggilan kita dalam konteks bermisi dengan Allah, yaitu memelihara seluruh kehidupan sesama manusia di dunia. Oleh sebab itu, gereja dan orang percaya juga perlu bergerak dalam isu pendidikan, keadilan, sosial, ekonomi, dsb, sebab tentu saja kita tidak bisa menutup mata terhadap berbagai persoalan yang terjadi di dunia, di dalam komunitas kita, di tempat kita hidup dan berada. Kita tidak bisa tinggal diam melihat kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan, kejahatan, atau kemerosotan yang terjadi. Ada mandat budaya yang Tuhan berikan dalam Kejadian 1, pada bagaimana kita dipanggil untuk membawa seluruh bangsa di dunia untuk menjadi murid Kristus. Di sinilah kemudian terkandung hukum yang terutama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap kekuatan, segenap akal budi, serta keseluruhan hidup kita. Dan, untuk mengasihi sesama manusia.
Sesungguhnya pada waktu Israel diberkati Tuhan tujuannya bukan hanya supaya orang Israel berkelimpahan berkat untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk menyalurkannya juga kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Orang-orang yang miskin, orang-orang yang dalam berbagai hal mengalami pergumulan besar dan penindasan. Tak heran jika dalam Alkitab kita melihat orang-orang seperti Yusuf muncul untuk menyediakan sistem ekonomi yang baik, yang menyediakan cara agar makanan bisa dipersiapkan sebelum 7 tahun masa kelaparan. Lalu, Tuhan memunculkan seorang seperti Ester yang membebaskan orang Israel dari kematian, Daniel sebagai pegawai negeri di kerajaan Babel bagi orang Israel. Jadi, melalui tokoh-tokoh itu kita bisa juga menarik kesimp[ulan, bahwa baik hamba Tuhan, para profesional Kristen, ibu rumah tangga, maupun berbagai pribadi dan profesi memiliki peranan dalam menjalankan misi Allah.
Yang terakhir, creation. Creation, dalam hal ini lingkungan, juga sungguh-sungguh perlu dipelihara. Di dalam hal ini, negara kita diberi anugerah luar biasa dengan kekayaan dan sumber daya alam yang melimpah, yang tidak dimiliki oleh banyak negara. Mari kita menggunakan seluruh kepandaian, ilmu, talenta, dan keterampilan kita untuk memajukan Indonesia dan memuliakan Tuhan.
Lalu, mari kita lihat bagaimana hubungan antara gereja dengan masyarakat serta dengan ciptaan yang lain. Melalui situasi pandemi ini, gereja harus menjadi pihak yang bukan hanya membangun kehidupan, tetapi juga untuk melayani masyarakat dan ciptaan yang lain. Dalam hal ini, dalam gambaran yang besar, kita bisa melakukan perubahan melalui hubungan dan relasi baik yang kita kerjakan. Bersama-sama dengan Kristus, kita juga dapat merestorasi semua yang dirusak untuk diperbaiki. Akan tetapi, kita tidak bisa bekerja sendirian. Kita harus berkolaborasi dengan tubuh Kristus yang lain dalam visi yang berfokus bagi kerajaan Allah. Kita perlu membangun integritas hidup kita, yaitu dalam hal kejujuran, kerendahan hati, kasih, ketekunan, kesabaran, sebab itu menjadi modal yang penting dalam melakukan restorasi. Kita perlu juga bersandar kepada Allah karena hanya Allahlah yang dapat memberikan kuasa. Dan, kita juga perlu belajar untuk berani membayar harga. Dalam masa pandemi luar biasa, Martin Luther tidak berlari dari kotanya, melainkan bersama keluarganya justru merawat orang-orang yang terkena dampak dari pandemi. Rumahnya dijadikan tempat perawatan, dan di sana dia mendoakan, membagikan Injil, serta merawat kesakitan mereka. Kemungkinan besar dia bisa mengalami kematian akibat pilihan tersebut, tetapi kematian tidak lagi menjadi ancaman. Sebab, kematian di dalam Kristus itu menjadi istirahat yang akan membawa kita ke dalam kehidupan kekal ke depan. Namun, tentu kita juga mesti menjadi bijaksana dalam bertindak. KIta tidak boleh sembarangan, meski di lain pihak kita juga dituntut untuk peduli kepada yang lain, dan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri.
Terakhir, consummation (penyempurnaan), yaitu saat apa yang Allah kerjakan melalui Kristus dan turunnya Roh Kudus memberdayakan gereja untuk bekerja bersama-sama dengan Allah dalam melakukan restorasi. Memang, kita melihat bahwa terkadang apa yang kita kerjakan itu tidak sempurna. Namun, ingatlah bahwa Allah yang akan menyempurnakan keseluruhannya. Paulus berkata, "Aku menanam, Apolos menyiram, tapi Allahlah yang memberi pertumbuhan." Ia yang memulai, Ia yang meneruskan, dan Ia juga yang akan menyelesaikannya.
Pada akhirnya, kita akan melihat langit yang baru dan bumi yang baru. Itulah sebenarnya misi Allah. Dan, dari sanalah misi Allah berakhir.