Materi ini bukan ditujukan bagi kaum remaja dan pemuda, melainkan untuk para pembina remaja dan pemuda, atau bagi mereka yang peduli kepada kaum remaja dan pemuda. Jika kita peduli pada kaum remaja pemuda, berarti kita harus peduli juga pada remaja di SMA dan pemuda di gereja. Sebab, remaja dan pemuda adalah bagian dari gereja yang perlu dibantu untuk memahami isi Alkitab agar mereka dapat semakin bertumbuh di dalam Kristus. Lalu, bagaimana cara agar kita dapat membantu remaja dan pemuda untuk memahami isi Alkitab?

Pertama, kita perlu memotivasi remaja dan pemuda untuk membaca Alkitab dan menikmati pesan kuncinya. Tidak mungkin orang menikmati pesan yang ada kalau mereka tidak dapat membaca pesan itu dengan baik. Sayangnya, banyak sekali remaja hanya menikmati kemasan-kemasan yang berupa renungan, tetapi mereka jarang diberanikan atau dilatih untuk membaca Alkitab lalu menikmatinya sendiri. Sebab, membaca Alkitab sendiri itu sebenarnya harus menjadi aktivitas yang dikembangkan pada remaja. Remaja sedang bertumbuh wilayah kognitifnya, sehingga keingintahuannya untuk memahami harus kita tingkatkan.

Yang kedua adalah karena Alkitab adalah firman Allah. Kata firman Allah dalam 2 Timotius 3:16, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah  memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." Dalam hal ini, termasuk untuk mengajar para remaja pemuda di dalam kebenaran.

Yang ketiga, dalam Mazmur 119:9 dikatakan, "Dengan apakah seorang muda menjaga kelakukannya bersih? Dengan menjaganya sesuai firman." Firman Tuhan berperan untuk mengarahkan hidup dan kehendak kita, seperti dinyatakan dalam Mazmur 119:105, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

Yang keempat, usia remaja itu adalah fase ketika seseorang sedang bergumul dengan identitas dirinya. Identitas remaja ini dibentuk dengan aspek kognitif, sehingga tidak heran jika remaja itu tengah membentuk diri dengan menunjukkan kreativitas dan logikanya, kemampuan berargumentasinya, meneliti sesuatu, dan kemudian menyampaikan apa yang ditelitinya itu. Sebab, memang itu proses pembentukan identitas dirinya dalam upaya untuk mendapat pengakuan dari komunitasnya. Penting bagi kita untuk dapat membuat mereka mengungkapkan ide-idenya. Dari Alkitab, kita juga bisa melihat contoh tentang remaja atau pemuda yang bergumul dan mengalami kemenangan, salah satunya adalah Yusuf.

Yusuf adalah anak muda yang luar biasa. Dia mampu menolak godaan dari istri Potifar, dan dengan tegas dia mengatakan bahwa itu adalah perbuatan dosa di hadapan Allah. Dia juga mengatakan bahwa bagaimana mungkin dia bisa menyentuh istri Potifar, yang adalah istri tuannya. Itu adalah sikap yang luar biasa. Kesadaran dirinya sangat tinggi, dan pastilah ia dapatkan dari pengajaran yang kuat dari ayahnya. Cerita Yusuf ini menjadi salah satu cerita yang sangat baik bagi remaja dan pemuda.

Tokoh muda dalam Alkitab lain yang bisa menjadi contoh adalah Daniel. Daniel ini berketetapan hati tidak menajiskan diri dalam budaya bangsa yang tidak sesuai dengan kepercayaannya. Bersama dengan tiga orang temannya, mereka adalah orang-orang pilihan yang cerdas dan sangat taat kepada Tuhan, meski di tengah ancaman terhadap hidup mereka.  Kecerdasan Daniel dan rekan-rekannya ini bisa dibaca dalam seluruh kitab Daniel.

Lalu, ada tokoh pasangan muda, yaitu Yusuf dan Maria. Kita bisa melihat bagaimana Yusuf dan Maria menjaga kesucian mereka sebagai pasangan, pada sikap Maria dalam menerima kehendak Tuhan pada dirinya, serta pada bagaimana Yusuf yang tetap bertanggung jawab mengambil Maria menjadi istrinya. Mereka adalah pasangan yang patut menjadi teladan bagi kaum remaja dan pemuda pada segala zaman.

Yang kelima, pesan Tuhan Yesus bagi pertumbuhan iman. Mari kita melihat pada Markus 4 dan Lukas 8 yang berisi tentang perumpamaan seorang penabur. Mari kita pikirkan bagaimana ketika para pemuda, remaja, orang tua, bahkan lansia mendengarkan firman, firman yang mereka peroleh itu tidak dirampas oleh Iblis. Sebab, musuh pertama agar firman itu dapat bertumbuh adalah iblis. Semua teori pendidikan untuk mengajar kreatif di PAK, seperti teori afektif, teori kognitif, teori fisikomotorik, teori rekonstruksi tidak akan mampu untuk mengatasi tipuan iblis. Satu-satunya yang mampu adalah jika mereka giat berdoa. Seperti kata Rasul Petrus dalam 1 Petrus 5:8, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Iblis itu selalu mengaum-ngaum, tetapi ia dapat lawanlah ia dengan iman. Jadi, kalau kaum remaja kita ajak untuk memahami firman Tuhan, mereka bisa belajar untuk membedakan yang baik dan tidak baik. Jika kemudian remaja menjadi murtad, berarti mereka tidak memahami firman. Berapa banyak sekarang jumlah remaja yang meninggalkan imannya di berbagai tempat? Mengapa demikian? Mungkin karena tidak diajari untuk melakukan firman. Tidak ada teladan yang mereka lihat memiliki passion untuk Alkitab.

Dalam Titus 2:6-7 kita dapat melihat pesan rasul Paulus kepada Titus, "Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu," Jika kita menjadi pembina remaja, maka jadikanlah diri kita sebagai teladan. Sebab, kaum remaja dan pemuda membutuhkan figur teladan, yang cinta firman dan cinta Alkitab. Sangat ideal jika kaum remaja dan pemuda tumbuh dalam komunitas di mana orangtuanya cinta Alkitab, pendetanya cinta Alkitab, dan guru agamanya cinta Alkitab. Tidak mengajak anak cinta Alkitab, juga merupakan kesalahan guru jemaat di gereja maupun sekolah, karena mereka tidak memotivasi anggota jemaat dan anak didiknya untuk cinta Alkitab. Tidak heran jika begitu banyak remaja dan pemuda yang  meragukan imannya, selain karena faktor pengaruh tekanan sebagaimana benih yang jatuh di semak duri, dan tidak tahan penderitaan sehingga meninggalkan Tuhan. Alasan lain generasi muda tidak tahan mengatasi godaan karena mereka mendapat begitu banyak kemudahan pada era digital dan teknologi seperti saat ini. Gadget membuat banyak anak muda terjatuh dalam pornografi. Selain itu, banyak orang juga kurang memberi hatinya untuk membaca Alkitab. Padahal, katakanlah hanya dengan tiga setengah pasal per hari, kita bisa selesai membaca kitab Kejadian sampai Wahyu dalam waktu satu tahun. Apalagi sekarang sudah ada Alkitab audio, yang bisa menolong kita dalam tempo 30 menit untuk mengakses Alkitab sembari kita juga dapat membuat catatan dari firman Tuhan yang kita dengar. Jadi, pesan Tuhan Yesus di dalam perumpamaan tentang penabur dapat membuat kita menolong remaja, pemuda, jemaat dewasa, bahkan lansia agar mereka dapat bertumbuh dan berbuah. Tidak masalah jika buahnya tidak 100%, tetapi 10 persen, 20 persen, atau 50 persen.

Dalam 2 Petrus 1:21 dikatakan bahwa Alkitab itu adalah firman Allah, dan semua penulisnya dipimpin oleh Roh Kudus saat menuliskan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Roh Kudus membuat tulisan itu sedemikian rupa sehingga akhirnya kita memiliki Alkitab yang terdiri dari 66 kitab, 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru. Kemudian, kita dapat melihat bahwa firman Allah menuntun kita untuk cermat, sekaligus menuntun hati, jiwa, serta akal budi kita. Setiap bangun pagi, seharusnya kita memiliki kemauan untuk membaca firman agar kita semakin bertumbuh.

Tulisan di Alkitab itu terdiri dari beragam jenis, sehingga cara kita membaca tiap kitab juga harus berbeda. Mazmur akan dibaca secara berbeda dengan Roma, Timotius, dsb. Sebab, Mazmur adalah kitab puisi, sementara Roma dan Timotius adalah surat-surat Paulus yang ditulis dengan maksud dan gaya penulisan yang jauh berbeda. Selain itu, masih ada lagi jenis tulisan yang bersifat sejarah, nubuat, narasi, dsb, yang masing-masing memiliki ciri khas dan tujuan. Jadi, penting bagi remaja untuk memahami genre tulisan  Alkitab atau memperlakukan Alkitab sebagai karya sastra yang luar biasa dari Tuhan, agar mereka dapat memahami tujuan dari setiap tulisan atau karya sastra dalam Alkitab. Agar mereka memahami kitab Wahyu, misalnya, kita bisa memakai pendekatan yang sturkturalis, bukan alegoris, supaya mereka bisa melihat benang merahnya dalam kitab itu.

Membaca Alkitab bisa dilakukan berulang kali. Selain berfungsi agar kita bisa sungguh-sungguh memahami apa isi dari teks firman yang kita baca, membaca Alkitab berulang kali juga membuat kita mendapatkan hal-hal yang baru, yang sebelumnya belum kita dapatkan ketika membacanya. Jadi, membaca Alkitab itu sangat diperlukan oleh para remaja dan pemuda.

Salah satu cara yang menolong remaja untuk bertumbuh adalah dengan mendorong mereka untuk bertanya-tanya. Dalam sebuah buku, Oletta Wald -- meski tidak bergelar S.Th atau M.Th. -- dengan praktis mampu memberikan ide kepada kita bagaimana cara memperlakukan Alkitab sebagai sebuah tulisan yang sangat kaya, tetapi dengan mengajukan pertanyaan What, Who, Why, How, baik di dalam kelompok maupun secara pribadi. Saat remaja diajak untuk membaca Alkitab, mari mengajak diri mereka untuk membiasakan diri bertanya-tanya tentang apa yang sedang dibacanya: tentang apakah ini, bagaimana ini terjadi, tentang siapakah ini, dsb. Dengan begitu, kita bisa mengajak mereka untuk berpikir.

Sebagai contoh, saat membaca Lukas 5:1-11, kita dapat mengajak remaja untuk membahas apa, siapa, dan peristiwa apa yang terjadi dalam perikop tersebut. Di dalamnya, kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus datang ke tempat orang bekerja. Ia datang ke tempat mereka yang baru saja mengalami krisis. Sebab, malam itu Petrus dan kawan-kawan tidak berhasil menangkap apa-apa. Dan, peristiwa ini bukan terjadi pada sore hari, melainkan pada pagi hari di mana orang sibuk bekerja dan tengah memulai hari untuk bekerja. Saat itulah Yesus datang menyapa mereka. Kemudian, kita bisa mengajukan pertanyaan. Apakah ada krisis dalam peristiwa itu? Ya, Petrus mengalami krisis. Apakah ada ada mukjizat sesudahnya? Ya, terjadi mukjizat. Apakah ada keterpesonaan? Ya, Petrus terpesona. Apakah ada penolakan? Tidak ada penolakan. Memang, Petrus mengatakan agar Yesus pergi daripadanya, sebab dia orang yang berdosa. Lalu, kita melihat bagaimana cerita ini disampaikan. Kita bisa melihat strukturnya bahwa Tuhan Yesus memberikan perhatian kepada orang banyak. Para remaja bisa kita tolong memahami kalau Tuhan memberikan perhatian kepada Simon dan kawan-kawan. Lalu. pada akhir cerita itu, yaitu pada ayat 11, kita bisa membuat remaja terpesona. Bagaimana Tuhan memberi perhatian kepada orang banyak, kepada Simon dan kawan-kawan, dan secara spesifik kemudian kepada Simon secara pribadi. Pada akhir cerita, Simon Petrus meninggalkan segala sesuatunya dan mengikut Tuhan.

Jika kita membawa remaja dengan cara seperti itu, mereka akan tertarik. Kita lihat dalam ilustrasi, bagaimana Petrus menjadi sungkan di hadapan Tuhan karena ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang berdosa. Namun, akhirnya dia dapat melihat Kristus sebagai Manusia yang kudus, Manusia yang tahu posisi ikan di laut, yang tadinya merupakan seorang tukang kayu dari Nazaret, sebab selama ini Petrus hanya tahu bahwa Tuhan Yesus adalah seorang tukang kayu dari Nazaret. Namun, hari itu, dia melihat Tuhan Yesus sebagai Tuhan. Dia yang kudus seperti melihat diri Petrus apa adanya. Namun, Yesus berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."

Lalu, bagaimana menolong remaja dan pemuda agar mereka dapat memaknai pesan dari Alkitab? Nah, pendekatan di atas disebut pendekatan naratif, yaitu saat kita menggali teks untuk menolong remaja pemuda. Ada banyak sekali cerita dalam Alkitab, khususnya dalam kitab Kejadian, yang dapat gali dengan melakukan pendekatan naratif yang sangat menarik. Pendekatan lainnya adalah dengan pendekatan biografis. Mengapa? Sebab, remaja pemuda mencari idola, dan banyak tokoh di Alkitab yang bisa dijadikan sebagai idola oleh para remaja. Oleh karena itu, kita membutuhkan pendekatan biografis dalam memahami Alkitab dengan cara membuat relasi atau connection pada tokoh itu.

Remaja haus akan idola. Dan, sebagai orang Asia, kita juga senang menghubungkan diri dengan tokoh Alkitab yang kita sukai. Ini cara berpikir yang unik sebagai orang Asia, yang berbeda jauh dengan orang Barat. Orang Asia cenderung menyukai Biografi seorang tokoh, sehingga tak heran jika banyak jemaat Indonesia yang mengidolakan hamba Tuhan. Kita menggemari tokoh, dan di Alkitab banyak sekali tokoh yang mempesona. Dengan mempelajari tokoh, mendapatkan referensi yang ada tentang tokoh terkait, menyusun kerangka kronologi, mengemukan kerangka pikiran, kita dapat mengajak remaja untuk memahami Alkitab.

Sebagai contoh, kita lihat tokoh Ester dalam perjanjian Lama. Remaja putri dan putra perlu sekali menggali kitab Ester ini. Dari tokoh ini kita bisa mengajarkan remaja tentang bagaimana menjaga kesucian hidup dan kerohanian, membangun hubungan dengan Allah, untuk bijak berelasi dengan keluarga dan bangsa, untuk tidak kehilangan perasaan cinta kepada asal-usulnya walaupun dia sudah menjai permaisuri istana Raja Artahsasta, untuk berani menghadapai resiko, serta berkorban. Bukanlah luar biasa jika kaum remaja dan para pemuda pemudi memiliki keberanian, menjaga kesucian hidup, mengandalkan Tuhan, memiliki relasi dengan-Nya dengan segala keadaan, memiliki iman yang teguh meski dalam tekanan dan kemustahilan, dan percaya kepada intervevensi Allah. Dan, itu semua dapat remaja dan pemuda pelajari dari Kitab Ester.

Barangkali kisah Ester bisa dibandingkan dengan kisah Maria yang memberikan hidupnya untuk Tuhan meski masih sangat belia. Ketika Maria mendengar Gabriel mengatakan bahwa bayi yang dikandungnya adalah Juru Selamat, anak Allah yang Maha Tinggi, yang akan menyelamatkan manusia dari dosa, Maria langsung berkata, "Jadilah padaku seperti yang engkau kehendaki." Demikian pula dengan Ester. Ketika mendengar pergumulan yang disampaikan oleh Mordekhai, ia menyampaikan pergumulan itu kepada raja dan membuat bangsanya terhindar dari pembantaian yang direncanakan oleh Haman.

Selain itu, masih ada banyak tokoh perempuan dalam Perjanjian Baru. Ada Maria ibu Yesus, ada Maria Magdalena, ada juga Maria dan Martha, yang masing-masing memiliki kisah yang berbeda, serta dapat menjadi teladan karakter bagi remaja yang tengah mencari jati diri. Maria Magdalena sendiri adalah tokoh yang luar biasa untuk dipelajari oleh remaja putra dan putri.

Mari kita terus menjadi teladan bagi para remaja dan pemuda. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencintai Alkitab, memiliki waktu bersaat teduh, menggali Alkitab sendiri dengan berbagai alat studi Alkitab. Mari kita memperlakukan Alkitab sebagai literatur yang dibuat dan dipimpin Allah, yang menuntun para pengarang untuk menuliskan firman Allah. Alkitab adalah firman Allah, sekaligus juga litreratur yang memiliki keindahan.

C.S.Lewis, seorang penulis serta apologet besar dari Inggris pernah menulis buku berjudul "Reading Psalms". Dalam bukunya, dia mengatakan bahwa jika ada seseorang yang bisa membaca Mazmur dengan indah, maka dia akan menemukan kekayaan dalam setiap pasal. Remaja juga perlu belajar lebih banyak tentang Mazmur, baik Mazmur Daud, Mazmur Asaf, dsb, agar mereka bisa membuat lagu-lagu rohani yang membangun.

Jadi, berbahagialah mereka yang haus dan lapar akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.