Pernahkah terpikir di benak Anda, sejauh mana firman Tuhan dapat dibaca dan dimengerti oleh seluruh penduduk di negeri yang kaya akan bahasa ini? Dari sekian banyak suku bangsa dan bahasa itu, sudahkan mereka terjamah oleh kebenaran firman-Nya dengan bahasa yang dapat mereka mengerti?

Data yang diperoleh dari Wycliffe Global Alliance menyebutkan bahwa terdapat 719 bahasa bahasa suku di Indonesia. Dari sekian banyak bahasa itu, sekitar 140 bahasa suku sudah bisa membaca terjemahan Alkitab di Perjanjian Baru. Kurang lebih, sudah tersedia 30 Alkitab yang lengkap, yaitu Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB), yang sudah dikerjakan. Saat ini, yang masih dalam proses pengerjaan adalah 100 bahasa. Dari hasil survei, kurang lebih 295 bahasa yang masih membutuhkan terjemahan Alkitab. Lantas, siapakah orang-orang bekerja secara luar biasa untuk mengerjakan proyek penerjamahan Alkitab tersebut?

Lembaga Karunia Bakti Budaya atau Kartidaya adalah perpanjangan tangan gereja Indonesia dalam mentransformasi hidup masyarakat oleh firman Tuhan, dengan cara memberdayakan masyarakat Indonesia untuk menerjemahkan firman Tuhan ke dalam bahasa yang paling dimengerti, serta membangun orang percaya yang misioner dalam rangka Amanat Agung. Bersyukur, pelayanan ini telah mencapai usia pelayanan 30 tahun yang sudah dilalui, tepatnya pada bulan November 2019 lalu.

Apa itu Kartidaya?

Lembaga Karunia Bakti Budaya atau lebih dikenal sebagai Kartidaya ini merupakan sebuah lembaga pelayanan yang terbeban untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa suku-suku di Indonesia. Bayangkan saja, dari sekitar 700 bahasa suku di Indonesia, banyak di antara penutur bahasa-bahasa tersebut yang belum dapat mendengar kebenaran firman Tuhan dalam bahasa mereka. Dari situlah, pelayanan Karunia Bakti Budaya yang berisi orang-orang yang telah mengalami kasih karunia Allah kemudian dipanggil untuk melayani dan membaktikan diri kepada Allah dengan menerjemahkan firman Tuhan ke dalam berbagai bahasa suku di seluruh Indonesia.

Beberapa bidang pelayanan Kartidaya

1. Penerjemahan seluruh atau bagian-bagian Alkitab ke dalam bahasa-bahasa suku di Indonesia. Hasil penerjemahan ini disediakan baik di dalam bentuk audio maupun tertulis.
   
2. Pembuatan cerita Alkitab lisan yang dikenal dengan istilah One Story. Cerita Alkitab lisan ini merupakan satu rangkaian cerita, antara 20-30 cerita, dalam satu rangkaian cerita Alkitab secara lisan dan kronologis, dari kitab Kejadian hingga Wahyu.
   
3. Penyulihan suara (dubbing) film perjalanan Tuhan Yesus, berdasarkan kitab Lukas dan Markus, melalui kerja sama dengan beberapa mitra yang ada di Indonesia atau pun luar negeri.
   
4. Pembelajaran etnomusikologi, yaitu menggali budaya musik setempat dan menciptakan lagu-lagu tradisional Kristiani bersama gereja-gereja lokal.
   
5. Pengembangan penggunaan Alkitab. Dalam hal ini, Kartidaya mengembangkan suatu sistem, baik itu melalui media audio, visual, maupun tulisan ke dalam bahasa daerah. Beberapa hal yang dikerjakan seperti film Tuhan Yesus, kelompok baca gali Alkitab, drama, lomba baca indah Alkitab, dan lain-lain. Kartidaya terus menyesuaikan dan mendampingi gereja lokal untuk melakukan pelayanan ini.
   
6. Pembinaan misiologi. Tujuan misiologi ini adalah untuk menggairahkan gereja agar menjadi gereja-gereja yang misioner. Kartidaya dipanggil sebagai perpanjangan tangan bagi gereja-gereja yang memiliki kerinduan dalam pelayanan lintas budaya. Dengan demikian, Kartidaya sangat sadar pentingnya gereja lokal terlibat bersama-sama dalam penjangkauan suku-suku melalui penerjemahan firman Allah ini.
   
7. Pengadaan kemitraan. Dalam rangka kemitraan, Kartidaya melatih dan mengawasi tenaga, sedangkan gereja mengutus dan mendukung tenaga yang telah dilatih oleh Kartidaya untuk melayani di tengah-tengah suku-suku yang membutuhkan kehadiran firman Tuhan ke dalam bahasa mereka.

Beberapa pilar yang mendasari pelayanan Kartidaya

1. Transformasi. Masyarakat dapat mengalami transformasi melalui kehadiran Tuhan di dalam bahasa suku mereka.

2. Kepemilikan lokal. Membangun hubungan dan sinergi dengan gereja lokal sehingga kegiatan yang dilakukan ini bukan menjadi milik Kartidaya, tetapi milik bersama. Inilah tanggung jawab bersama dalam menjalankan atau menggapai visi misi Allah lewat program penerjemahan ini.

3. Pengembangan kapasitas. Saudara-saudara yang terlibat di dalam Kartidaya diharapkan dapat memgembangkan kapasitas, baik dalam menerjemahkan, pertumbuhan kerohaniannya, maupun seluruh aspek kehidupannya, sehingga pelayanan ini dapat berjalan dengan baik.

4. Pelayanan berkelanjutan. Kartidaya berharap sesudah selesai mendampingi gereja lokal di dalam melakukan penerjemahan ini, gereja lokal dapat melanjutkan hal-hal yang telah ditanamkan sehingga pelayanan melalui budaya dan bahasa ini dapat terus dikembangkan di tempat-tempat pelayanan gereja lokal.

Melalui pelayanan lintas budaya dan bahasa ini, kiranya firman Tuhan dapat diberitakan, masyarakat setempat dapat ditransformasi kehidupannya, dan "Shalom" dari Tuhan boleh terjadi di tengah-tengah setiap suku bangsa.

Program-program saat ini dan rencana pelayanan ke depan

Kartidaya saat ini melayani di beberapa provinsi. Di antaranya adalah di Jakarta yang merupakan kantor administrasi pusat, kemudian di pulau Nias, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua.

Pada tahun 2020, Kartidaya sudah menyelesaikan sekitar 65 bahasa suku yang ada di Indonesia, yang terbagi dalam beberapa gugus. Ada satu gugus bernama gugus Baserana, yaitu gugus yang mengerjakan Perjanjian Baru (PB) dan ditambah lima kitab Perjanjian Lama (PL). Gugus Gkupa, yaitu mengerjakan kitab Lukas dan Mazmur. Gugus Robeno mengerjakan Lukas. Serta, One Story yang dikerjakan oleh gugus Robeno 1, gugus Kempa, dan gugus Pusaka. Sementara itu,  film dikerjakan oleh gugus Baserana, gugus Luwuk Banggai, dan gugus Gkupa.

Dari gugus-gugus tersebut, Kartidaya sudah menghasilkan lima bahasa untuk PB dan PL. Untuk kitab Lukas, sudah dikerjakan 25 bahasa. Sementara itu, kitab Mazmur terdapat tiga bahasa. Rangkaian cerita-cerita dari Alkitab terdapat 26 bahasa. Kemudian, untuk film Yesus sudah dikerjakan di 25 bahasa.

Program yang masih berjalan sampai saat ini, yaitu gugus Arul sedang mengerjakan di Kalimantan Utara yang diikuti lima bahasa suku. Gugus Simar di Sulawesi Tengah dikerjakan untuk tujuh bahasa suku. Program mandiri bahasa Tado di Sulawesi Tengah, bahasa Moma di Sulawesi tengah, bahasa Kalumpang di Sulawesi Barat, bahasa Harum di Jawa, kemudian bahasa Yamdena di Maluku.

Rencana Kartidaya pada tahun 2021 adalah memulai beberapa bahasa baru yang akan dikerjakan. Saat ini, Kartidaya sudah melakukan beberapa komunikasi dengan mitra, baik itu gereja maupun mitra-mitra misi di tengah-tengah bahasa tersebut. Di antaranya:

• Wilayah timur, Kartidaya berkoordinasi dengan gereja GIDI untuk sekitar enam bahasa untuk program pastori dan lima bahasa untuk menerjemahkan Terjemahan Baru. Kemudian, dengan gereja GKI tanah Papua, Kartidaya sudah melakukan komunikasi untuk sekitar lima bahasa yang akan dikerjakan bersama.

• Gereja protestan Maluku terdapat empat bahasa yang sedang dikomunikasikan.

• Wilayah tengah, Kartidaya melakukan komunikasi dengan GKST, GPIB, GMIM, dan Bala Keselamatan.

Jadi, untuk tahun 2021 ada sekitar tujuh bahasa yang akan dikerjakan dan saat ini Kartidaya sedang melakukan komunikasi awal dengan beberapa mitra yayasan dan gereja lokal yang ada di Sumatera Selatan dan Kalimatan Timur.  

Mengapa pelayanan ini ada?

Pelayanan Kartidaya dimulai pada tahun 1989 ketika sekitar 30 tokoh gereja dan pendidik berkumpul di Bogor. Salah satu tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah seorang pendiri lembaga Wycliffe, Camron Thanson. Saat itu, ia membagikan sebuah kesaksian mengenai panggilan yang Tuhan nyatakan kepadanya. Pada waktu itu, ia adalah seorang pemuda berusia sekitar 22 tahun dan terpanggil untuk pergi ke Guatemala. Karena ia tahu bahwa bahasa nasional Guatemala adalah bahasa Spanyol, ia pun membawa sejumlah besar Alkitab dalam bahasa Spanyol dengan maksud didistribusikan kepada orang-orang Indian di sana. Suatu kali, ketika ia sedang mengunjungi satu suku dan bercerita mengenai Tuhan kepada mereka, seorang kepala suku datang dan mendekatinya lalu berkata, "Kalau Allah mengasihi kami sebagaimana yang Bapak katakan, mengapa Ia tidak berbicara kepada kami dalam bahasa kami? Berarti Allah yang Bapak sampaikan itu bukanlah Allah yang pandai dan tidak mengasihi kami karena Ia tidak bisa berbahasa kami." Sebab, hingga hingga saat itu belum ada firman Tuhan dalam bahasa Kacikel. Kata-kata kepala suku itu menantang Camron sehingga ia memutuskan untuk menerjemahkan firman Tuhan kedalam bahasa Kacikel. Selama pelayanannya mempelajari bahasa Kacikel dan menerjemahkan firman ke dalam bahasa tersebut, orang-orang Kacikel mulai mengenal Tuhan. Dari situ lah, ia mendirikan sebuah organisasi yang kita kenal dengan Wycliffe

Pengalaman Camron Thanson itu menantang kami yang sedang berkumpul bersama waktu itu. Kami mulai memikirkan bahwa di Indonesia ada begitu banyak bahasa dan suku. Berapa banyak yang belum mendengar firman Tuhan karena keterbatasan bahasa? Selain itu, ada juga banyak pemuda-pemudi di Indonesia yang dapat melakukan penerjemahan Alkitab dan gereja-gereja Indonesia yang akan turut dalam pelayanan ini, jika saja mereka mengetahuinya. Namun, selama ini mereka belum mengetahui adanya pelayanan dalam bidang kebahasaan ini.

Bagaimana pelayanan ini dikerjakan?

Selama tahun-tahun pertama, pengurus Kartidaya bersama-sama berbagi beban dengan gereja-gereja, STT-STT, serta persekutuan-persekutuan dan mulai memperkenalkan pelayanan ini. Satu per satu, ada orang-orang yang Tuhan panggil untuk ambil bagian dalam pelayanan kebahasaan ini. Yayasan ini mulai memberikan pelatihan kepada mereka dan menjalin kerja sama dengan gereja-gereja agar bersedia mengutus dan mendukung tenaga-tenaga ini. Demikianlah, dari tahun ke tahun, pelayanan ini terus bertumbuh dan sekarang Kartidaya telah melayani berbagai bahasa, termasuk di Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Tuhan memakai pelayanan ini sampai sekarang. Sungguh bersyukur, sudah banyak suku yang sekarang mendapat kesempatan membaca firman Tuhan, bahkan melihat film mengenai Yesus karena sudah ada dalam bahasa mereka. Tuhanlah yang bekerja di dalam hal ini dan Tuhan juga yang telah memberikan kesempatan kepada Kartidaya untuk bekerja sama dengan gereja-gereja dan tenaga-tenaga yang Tuhan panggil untuk melayani bersama.

Visi Kartidaya adalah untuk melakukan Amanat Agung melalui bidang bahasa dan budaya. Selain itu, untuk mau terus bertumbuh dan memandang kepada Yesus Kristus dalam melakukan Amanat Agung ini, juga menjadi visi yang ingin terus dihidupi.

Bagaimana menghadapi tantangan pelayanan?

Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh pelayanan ini. Ibu Nitya, seorang pekerja-Nya di lembaga Kartidaya yang telah melayani-Nya selama lebih dari 30 tahun, menjadikan tantangan sebagai kesempatan untuk melihat Tuhan menolong pelayanan beliau. Ketika mulai berputus asa tentang siapa yang akan Tuhan panggil untuk melayani bersama, Tuhan pun mulai memperkenalkan kepada orang-orang tertentu dan menunjukkan, "Ini lah orang yang Kupanggil, persiapkan mereka." Ketika berpikir pihak atau gereja mana yang akan mendukung mereka, setelah menghubungi beberapa gereja, mereka pun bersedia mendukungnya. Jadi, setiap kali ada tantangan, semakin terlihat cara Tuhan membuka jalan. Jika melihat ke belakang, telah ada begitu banyak tenaga Kartidaya yang bersedia diutus dan hidup mereka didukung oleh gereja atau pun pribadi-pribadi untuk melayani suku-suku ini. Tuhan juga terus menolong dan memampukan mereka sehingga firman Tuhan dapat terus diberitakan di mana pun Tuhan tempatkan mereka.

Pesan bagi para pemuda milenial agar bisa melayani di era digital saat ini.

Pelayanan para pemuda sesungguhnya telah meningkat pesat dalam 40 tahun terakhir. Waktu itu, belum ada komputer sehingga ketika terjadi kesalahan dalam menerjemahkan, kadang harus diketik ulang karena masih menggunakan mesin ketik. Belum ada teknologi virtual Zoom Meeting seperti sekarang ini. Jadi, ketika ditempatkan di satu daerah, pelayan-Nya benar-benar harus sendiri dan hanya bisa melakukan komunikasi melalui radio yang disebut "SSB" atau single side band.  Dengan banyaknya kemajuan saat ini, Tuhan telah mempersiapkan pemuda-pemudi milenial dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi. Dengan demikian, melalui kemajuan teknologi kita dapat mempercepat proses penerjemahan. Kini, proses tersebut tidak mengharuskan pengetikan ulang. Selain itu, pembuatan kamus juga lebih mudah. Dahulu, pelayanan ini harus memakai kartu-kartu kecil untuk membuat kamus, sekarang dengan komputer semua menjadi lebih cepat. Adik-adik milenial tentunya sudah Tuhan persiapkan juga untuk suatu pelayanan yang sesuai dengan keadaan masa kini yang dapat digunakan untuk pekerjaan Tuhan. Sekarang, banyak suku yang lebih mudah untuk dijangkau, transportasi dan komunikasi lebih mudah, tetapi kemudahan ini tidaklah menjadi alasan untuk tidak melayani mereka yang membutuhkan pelayanan. Masih banyak orang di desa-desa, pegunungan, dan  pulau-pulau yang mempunyai kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan akan firman Tuhan. Banyak yang  masih hidup dalam kegelapan. Bagaimana kita membawa terang kepada mereka sehingga mereka boleh berpindah dari kehidupan kegelapan untuk masuk ke dalam kerajaan terang Yesus Kristus? Inilah yang harus kita gumuli. Bagaimana kita menggunakan segala fasilitas dan talenta yang Tuhan berikan untuk digunakan dalam kerajaan Tuhan ini?

Bagaimana agar dapat terlibat dalam pelayanan ini?

Bagi rekan-rekan yang terbeban dan terpanggil di dalam pelayanan misi melalui penerjemahan ini, Kartidaya akan melakukan pelatihan. Beberapa pelatihan yang Kartidaya lakukan adalah PPLB (Pengenalan Pelayanan Lintas Budaya). Kemudian, Pre-Field yang berkaitan dengan teknik-teknik penerjemahan. Lalu, praktik lapangan. Dan, pelatihan etnografi. Selain itu, tenaga-tenaga yang sudah dilatih akan dikembangkan kapasitasnya untuk menjadi fasilitator dan konsultan, hingga nanti ada pimpinan gugus juga. Jadi, terdapat level-level untuk pembagian penugasan dalam tugas pelayanan ini.

Yayasan Kartidaya beralamat di P.O Box 7140 JKB-TU, Jakarta 11071, Indonesia. Atau surat juga dapat langsung dikirim kepada Jl. Patra Raya nomor 1T, Kepa Duri 11510, Jakarta Barat, Indonesia. Kartidaya juga menyediakan buletin Kartidaya dan jika Saudara membutuhkan informasi mengenai tautan buletin, Saudara dapat menghubungi Yayasan Lembaga SABDA.