Dalam artikel ini, ada dua bagian penting yang perlu saya bahas. Yang pertama adalah tentang hakikat gereja, dan yang kedua adalah tentang gereja masa depan. Topik tentang gereja masa depan sendiri ada hubungannya dengan yang dibahas oleh Ody di sini.
Saat ini, gereja-gereja di beberapa kota sudah ada lampu hijau untuk memulai kembali kebaktian offline. Di awal pandemi, kita tergopoh-gopoh untuk melakukan ibadah online, tapi sekarang kita tergopoh-gopoh untuk kembali ke mode offline. SABDA sudah mencoba untuk menolong memberi wawasan kepada gereja-gereja yang saat ini sedang bingung, bagaimana kalau sudah bisa online, apa yang akan terjadi dan bagaimana bisa mempersiapkan untuk gereja masa depan.
Yang saya tahu, tidak mungkin kita bisa kembali seperti dulu, tidak bisa kembali ke normal yang lama. Sekarang kita akan memasuki new normal. Karena itu, kita perlu mempersiapkan gereja masa depan. Ini bukan tentang mempersiapkan gereja untuk minggu depan, tapi masa depan. Gereja masih harus banyak bergumul untuk membentuk pelayanan gereja di masa yang akan datang, tapi jangan tunggu lama-lama. Mari kita cepat-cepat menyiapkan diri, sehingga kesempatan, momentum yang Tuhan beri bagi kita ini bisa kita gunakan dengan sebaik mungkin.
Karena itu, kita akan membahas lebih dulu tentang hakikat gereja. Saya menyampaikan hal ini bukan untuk menggurui atau untuk memberikan definisi hakikat gereja versi saya sendiri, tetapi agar kita memiliki pendapat yang sama mengenai hal tersebut karena ini adalah sesuatu yang saya pikir sangat penting. Perlu diingat, ini bukan definisi yang baku, tapi ini adalah definisi yang rata-rata kita bisa kita akui bersama.
Ada banyak lagi poin-poin yang sebenarnya bisa disampaikan, tetapi untuk kebutuhan kita saat ini, mari kita sepakati beberapa poin berikut ini terlebih dahulu:
1. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya yang dikuduskan Allah dalam Roh kebenaran dan dibangun di atas pengajaran para rasul.
Dengan demikian, orang-orang yang berkumpul bersama-sama di sebuah gereja tapi kalau bukan orang percaya, ini tidak bisa disebut sebagai gereja. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya, yaitu orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Allah dalam Roh dan kebenaran. Dan, persekutuan orang-orang percaya ini dibangun di atas pengajaran para rasul sehingga kita ada karena kita dibentuk oleh Kristus dengan pengajaran yang diberikan oleh Dia kepada para rasul, dan kita mengikuti itu. Sedangkan, Kristus sendiri adalah kepala dari orang-orang percaya ini. Kepala dari gereja adalah Kristus. Pertanyaannya, untuk apa gereja ada? Gereja ada untuk orang-orang percaya bersekutu dan bertumbuh dalam ibadah kepada Allah Tritunggal.
Jadi, gereja adalah organisme yang hidup, yang bertumbuh, bukan organisasi yang mati atau institusi duniawi, tetapi organisasi rohani yang dipimpin oleh Allah, yang ditumbuhkan juga oleh Allah. Nah, selain bertumbuh di dalam ibadah kepada Allah, kita juga menjalankan panggilan. Jadi, kita tidak hanya dikumpulkan oleh Tuhan di dalam satu gereja, suaatu kumpulan orang-orang percaya, tetapi kita juga dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Untuk apa? Untuk menjalankan apa yang Dia inginkan, terkhusus adalah untuk menjalankan misi bagi dunia. Jadi, gereja didirikan oleh Allah sendiri dan Kristus sebagai kepalanya, dan kita sudah dikuduskan artinya dikeluarkan dari lingkungan yang tidak suci, kemudian dikuduskan oleh Allah. Dan kita terus menerus diberikan pengajaran oleh Allah, supaya kita bertumbuh baik dalam ibadah, baik dalam pelayanan kita kepada Allah.
Alkitab berbicara begitu banyak tentang gereja, saya akan berikan beberapa supaya kita semua dapat memelajari tentang hakikat gereja. Hakikat gereja ini tidak berubah-ubah, dari ketika Tuhan menciptakan gereja sampai sekarang tetap sama. Jadi, ini bukan definisi yang dibuat setelah masa pandemi, sebaliknya definisi ini sudah ada dari dulu sehingga kita semua bisa mengacu kepada definisi ini sekalipun dalam kondisi pandemi dan lain-lain.
Saya ingin memberi satu abreviasi dari apa yang akan kita bicarakan ini dalam empat huruf yang saya harap bisa menolong kita untuk mengingatnya dengan baik. Jika gereja kita sesuai dengan apa yang dikatakan oleh firman Tuhan, gereja kita adalah gereja yang Alkitabiah.
Berikut ini adalah empat huruf yang masing-masing mewakili sebuah penekanan dari sebuah gereja:
W.I.F.E.
Abreviasi ini bukan berasal dari saya. Saya hanya menemukannya, dan abreviasi ini sudah dipakai puluhan, bahkan mungkin, ratusan tahun dan sudah dibahas dalam banyak buku, baik buku-buku lama maupun buku-buku baru. Jadi, abreviasi ini dipakai terus-menerus. Saya bahkan tidak tahu siapa yang pertama kali menciptakan abreviasi ini, tapi ini sudah sering dipakai oleh banyak gereja. Nah, W.I.F.E. ini apa? WIFE ini adalah singkatan, yang selain itu dalam bahasa Inggris berarti "istri".
W = Word and Worship (Firman dan ibadah).
Gereja dipanggil untuk menjalankan firman dan ibadah untuk jemaatnya bisa bertumbuh.
I = Instruction (Pengajaran)
Gereja juga dipanggil untuk memberikan pengajaran, mengajar jemaat tentang prinsip-prinsip hidup kristen yang sesuai dengan firman Tuhan. Jadi, gereja tidak hanya menjalankan ibadah, tetapi gereja juga bertugas atau diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk memberikan pengajaran.
F = Fellowship (Persekutuan)
Orang-orang yang bersekutu dalam gereja ini melakukan persekutuan bersama, saling menolong, saling membantu, saling mendorong, saling menasehati, menegur dan lain-lain untuk bisa terus bertumbuh. Kita bertumbuh di dalam persekutuan orang-orang beriman, bukan berdiri sendiri atau hidup sendiri. Saya kira, di dalam Alkitab tidak pernah didorong orang untuk hidup soliter, tetapi mendorong kita untuk hidup di dalam komunitas, di dalam persekutuan. Itulah hakikat dari gereja, orang percaya yang hidup bersama.
E = Evangelism (Penginjilan)
Gereja juga dipanggil bukan hanya untuk menikmati persekutuan satu dengan yang lain, tetapi persekutuan itu mendorong orang-orang yang ada dalam gereja itu untuk keluar dan melakukan penginjilan, menjangkau jiwa. Tujuan misi utama gereja ada untuk Tuhan dan untuk persekutuan orang-orang percaya, juga untuk menjalankan misi Tuhan untuk menjangkau dunia.
Pasti masih ada hal-hal lain yang kita bisa tambahkan, tetapi paling tidak, secara inti ini adalah empat hal yang Tuhan panggil bagi gereja.
Nah, di atas tadi saya katakan bahwa dalam bahasa Inggris, WIFE (wife) juga berarti "istri", karena gereja itu sendiri adalah mempelai Kristus. Dan, ini adalah harapan Kristus bagi mempelai-Nya: untuk menjalankan apa yang Dia inginkan.
Mari berhenti sejenak. Jika Anda adalah seorang hamba Tuhan yang ikut ambil bagian di dalam banyak pelayanan, melayani di dalam banyak persekutuan sebagai pendeta, majelis, atau aktivis, apakah gereja Anda sudah menjadi gereja yang Alkitabiah -- yang menjalankan empat hal ini? Apakah gereja Anda sudah menjalankan ibadah yang benar? Apakah sudah memberi pengajaran yang benar kepada jemaat? Apakah sudah melakukan persekutuan di antara jemaat sehingga memperkaya kehidupan Kristen mereka? Dan, apakah sudah melayani keluar dan melakukan penginjilan? Saya kira, masing-masing kita akan melihat bahwa kebanyakan dari gereja-gereja mungkin tidak melaksanakan semuanya atau mungkin melaksanakan semuanya, tetapi tidak secara seimbang (dengan menekankan salah satu tetapi kurang menekankan yang lainnya).
Apapun keadaan gereja kita, kita tahu bahwa Tuhan menuntut gereja untuk menjalankan keempat hal di atas secara seimbang dan sesuai dengan cara yang Ia ajarkan. Apakah setelah merenungkan ini Anda melihat gereja Anda bisa menjalankan empat hal ini? Saya harap jawabannya adalah "Ya".
Sekarang mari kita melihat ke masa depan. Jika sebelumnya kita membahas tentang hakikat gereja; yang artinya ada pandemi atau tidak, tetap harus menjalankan semua panggilan gereja itu. Kalau sebelum masa pandemi panggilan ii tidak dijalankan, atau hanya satu atau dua hal yang ditekankan, atau tidak dijalankan, maka sepertinya saat ini kita diingatkan oleh Tuhan.
Mari kita melihat kembali panggilan gereja. Saya kira Tuhan punya rencana bagi gereja di dalam pandemi ini. Karena itu mari kita mengevaluasi diri, dan ketika gereja melihat ke masa depan maka gereja akan melihat dengan komplet keseluruhan tugas yang Tuhan berikan kepada panggilan Tuhan yang semula.
Itu sebabnya, judul artikel ini adalah "Ibadah online, tidak cukup!" Mengapa? Karena setelah masa pandemi, lebih-lebih setelah masa pandemi, gereja hanya menjalankan ibadah saja, sedangkan pengajaran kurang, fellowship hampir tidak bisa, kalau pun dilakukan mungkin tidak penuh, tidak maksimal, ataupun bisa dilakukan, tetapi dengan online yang tidak digarap dengan resmi, tidak digarap dengan baik. Belum lagi penginjilan, itu menjadi pertanyaan yang lebih besar lagi.
Pertanyaannya, apakah ketika pandemi gereja dipaksa menjadi online, dan kalau nanti pandemi selesai akan kembali lagi ke offline? Saya harap tidak begitu karena bukan hanya gereja, tetapi sekolah, pemerintah, pelayanan sosial, organisasi-organisasi yang lain termasuk gereja mulai melihat bahwa ada hal yang positif dari online yang kita bisa lakukan untuk meng-enhance, untuk memajukan pelayanan dengan lebih cepat, atau pekerjaan atau perusahaan kita masing-masing.
Saya kira perusahaan yang dulunya offline dan ketika pandemi lalu pindah ke online, ketika pandemi sudah akan dibuka lagi, kegiatan akan dibuka lagi, mereka tetap akan melaksanakan online. Karena, mereka melihat ada keuntungan-keuntungan di situ. Apakah gereja akan seperti itu? Saya harap kita sama-sama mengakui bahwa pelayanan online bisa dipakai untuk mendukung pelayanan offline. Sebaliknya, pelayanan offline bisa dipakai untuk mendukung pelayanan online. Jadi, dua-duanya akan berjalan bersama-sama.
Mungkin masih banyak pertimbangan, bagaimana caranya bisa menjalankan kedua-duanya? Saya akan memberikan beberapa hal yang saya harap bisa menjadi masukan bagi Anda yang sedang mempergumulkan hal ini:
O+O
Selama pandemi ini, beberapa orang sudah mulai mempopulerkan tentang "O2O" atau "O to O" (Offline to Online). Gereja dipaksa untuk online selama masa pandemi. Nah, bagaimana setelah masa pandemi ini berakhir? Apakah yang sekarang sudah online akan kembali ke offline lagi? Ataukah ada pilihan lain? Apakah "O to O" yang terbalik, online to offline? Kita semua mengakui kita tidak akan melakukan itu lagi, itu karena, ada banyak keuntungan yang Tuhan bukakan selama masa pandemi ini untuk menjalankan pelayanan secara online.
Jadi, saya ingin memberikan alternatif bagi "O2O" yaitu "O+O" atau Online + Offline (online dan offline). Nah, kedua jalur ini akan menjadi keniscayaan pada masa depan nanti. Saat gereja diperbolehkan untuk kembali mengadakan ibadah offline, jangan terkejut jika jemaat yang datang tidak akan sebanyak dulu. Kemungkinan hanya akan ada 50% jemaat yang kembali karena banyak yang masih takut, masih ragu-ragu, dan banyak yang tidak suka pergi ke gereja secara offline. Namun, ada alasan lainnya yang sangat mengagetkan kita; kaum muda sekarang ini sudah nyaman beribadah secara online. Mereka tidak mau kembali ke offline. Pertanyaan terbesarnya adalah: apakah gereja akan meninggalkan orang-orang yang sudah nyaman dengan gaya hidup online ini? Ini menjadi pertanyaan bagi kita semua. Karena itu, empat parameter gereja yang Alkitabiah, yang tadi sudah kita sebutkan bersama-sama, akan kita lihat kembali untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan yang bisa kita lakukan di masa yang akan datang.
Mari kita bedah satu-persatu.
Word and Worship (Firman dan ibadah)
Saya kira kita semua sudah tahu bahwa pada masa pandemi ini gereja melakukan ibadah online menggunakan jalur streaming seperti Zoom untuk ibadah secara live, atau merekam ibadah sehingga jemaat masih bisa mengikuti ibadah di rumah. Selama ibadah online, jemaat bisa mendengarkan khotbah, bahkan masih bisa mengangkat pujian bersama-sama juga karena liturgi ibadah masih tetap sama. Masih ada liturgos yang memimpin kita di dalam pujian sehingga masih melakukan doa dan penyembahan. Nah, yang masih bolong mungkin adalah pelayanan sakramen, walaupun ada beberapa gereja yang sudah memercayakan kepada jemaat untuk melakukan sakramen di rumah, tapi saya kira arus gereja utama masih belum melakukannya karena alasan teologis dan lain-lain. Pemberian persembahan juga sudah bisa menggunakan jalur online dengan men-scan QR code. Ini sudah dijalankan dengan cukup baik.
Gereja tidak tidak terlalu bermasalah untuk menjalankan fungsi atau panggilan penyembahan ini, tapi seperti judul artikel ini, ibadah online saja tidak cukup karena itu baru satu dari empat fungsi yang Tuhan ingin agar gereja laksanakan. Nah, bagaimana dengan fungsi atau panggilan yang kedua? Nah, di dalam ibadah ini kita bertumbuh di dalam iman dan di dalam firman, dan ini merupakan bagian yang kita semua masih menjalankannya dengan baik.
Instruction (Pengajaran)
Banyak sekali fungsi atau tugas dalam aspek ini yang di-pending atau belum dijalankan oleh gereja. Atau, kalau pun dijalankan, masih secara minimal atau sebisanya. Contohnya adalah pemuridan. Mungkin, sekarang banyak sekali kelompok-kelompok pemuridan yang macet, atau berhenti sama sekali. Namun demikian, sekolah Minggu masih dijalankan. Puji Tuhan! Untuk katekisasi, ada beberapa gereja yang menjalankan katekisasi via Zoom atau dengan bahan-bahan yang dibagikan lewat WA.
Yang hampir tidak ada adalah Pemahaman Alkitab. Saya khawatir, bahkan sebelum pandemi pun gereja tidak menjalankan Pemahaman Alkitab bagi jemaatnya. Jadi, jemaat tidak diajar bagaimana untuk menggali Alkitab. Seperti yang sudah dibahas di SABDA Live beberapa waktu yang lalu, seminar, pelatihan, dan mentoring sudah diadakan. Namun, kebanyakan bukan oleh gereja-gereja, tetapi oleh yayasan-yayasan sehingga banyak jemaat yang ikut seminar, training, atau mentoring yang diadakan oleh yayasan dan STT yang menyelenggarakan itu. Dari seminar dan pelatihan itu, banyak orang mulai mengenal banyak sekali bahan-bahan atau materi Pemahaman Alkitab yang dibagikan oleh yayasan-yayasan atau sekolah-sekolah teologia.
Nah, formasi rohani dan disiplin rohani saya kira tidak dipantau oleh gereja. Jemaat hanya disuruh berdoa, tapi untuk formasi rohani belum benar-benar dijalankan. Bahkan, sebelum pandemi pun gereja jarang menjalankan formasi rohani dan mengajarkan disiplin rohani. Kalau pun ada, itu tidak terlalu banyak. Padahal, kalau gereja menjalankan aspek Instruction ini dengan baik, gereja akan bertumbuh dalam pengetahuan dan dalam pengerian. Ini adalah sesuatu yang sangat penting banget.
Fellowship (Persekutuan)
Inti dari fellowship atau persekutuan adalah relasi di dalam kasih Kristus. Jadi, masing-masing jemaat bisa merasakan keindahan persekutuan di dalam Tuhan. Ada kelompok kecil, ada tumbuh bersama, ada ibadah keluarga, ada persekutuan wanita pria, ada persekutuan doa, kelompok diskusi yang dijalankan. Apakah selama masa pandemi, gereja tetap menjalankan kelompok-kelompok ini? Mungkin 50:50, tapi kalau saya bikin survey dibawah 50:50. Kalau pun ada dalam konteks yang sangat minimalis gitu ya. Jadi, kelompok kecil banyak yang di-pending, kelompok tumbuh bersama juga tunggu sampai nanti bisa bertemu, ibadah keluarga dipaksa supaya jemaat bisa terus melaksanakan kebaktian, tapi keluarga jadi tergopoh-gopoh karena kepala keluarga tidak pernah dilatih atau diajari oleh gereja tentang bagaimana memimpin ibadah di dalam keluarga.
Persekutuan doa masih dijalankan lewat WA dengan membentuk kelompok-kelompok WA, tapi dalam konteks yang sedikit hanya orang-orang tertentu saja yang mengikutinya. Kemudian, ada kelompok diskusi. Nah, kelompok diskusi ini saya kira gereja jarang menjalankannya karena di dalamnya banyak sekali alasan-alasan; tidak ada pemimpinnya, bahannya tidak ada, dan macam-macam. Kalau gereja yang Alkitabiah menjalankan ini, maka jemaat akan bertumbuh dalam kasih dan pelayanan karena di dalam kelompok ini mereka bisa saling berbagi, saling sharing, dan saling menolong. Tanpa kontak satu dengan yang lain, akan sulit bagi jemaat bisa bertumbuh. Tidak ada jemaat yang bisa bertumbuh sendiri, bisa belajar mengasihi tanpa ada orang lain yang menjadi objek kasih kita. Jadi, apakah selama masa pandemi ini gereja menjalankan fungsi Fellowship ini?
Evangelism (Penginjilan)
Gereja yang Alkitabiah adalah gereja yang menjalankan penginjilan; menjalankan Amanat Agung, menjalankan penjangkauan, menjalankan pelayanan sosial, dan menjalankan pelayanan diakonia ke luar. Banyak gereja, bahkan sebelum masa pandemi pun, tidak menjalankan penginjilan. Gereja menjadi terlalu nyaman melayani diri sendiri, pelayanan ke dalam terus menerus dan lupa menjalankan misi yang paling penting, yang Tuhan inginkan bagi dunia yaitu menjangkau mereka. Karena itu, pelayanan yang kita sudah kerjakan, saya kira akan sangat baik kalau diteruskan. Kalau belum, ini saatnya gereja bergumul kembali. Saya kira ada tujuan ketika Tuhan memberikan pandemi, untuk gereja kembali menjalankan fungsinya secara penuh itu. Jika jemaat melakukan ini, maka jemaat akan bertumbuh dalam jumlah dan dalam pengaruh. Banyak gereja yang saat ini bergumul dengan jumlah anggota gereja. "Jumlah gereja kami tidak tambah-tambah atau bahkan mungkin berkurang, khususnya anak-anak muda." Ini jelas berbanding proporsional dengan usaha yang dilakukan gereja untuk penjangkauan, apakah sudah dijalankan? Pertanyaannya, apakah nanti di masa depan gereja akan tetap akan ditinggalkan seperti sekarang ini? Kalau Tuhan sudah mengingatkan, mengapa kita tidak cepat-cepat kembali dan menjalankan fungsi ini supaya gereja juga bertumbuh di dalam jumlah jemaat?
Menurut saya, pelayanan online adalah salah satu cara untuk kita bisa melakukan pelayanan dengan lebih relevan lagi. Kenapa gereja sulit untuk melakukan hal ini? Padahal, cara-cara konvensional yang biasa dilakukan gereja, sekarang tidak bisa lagi dikerjakan dengan maksimal jika kita tidak memiliki cara atau strategi baru. Gereja sudah terlalu stuck, stuck dengan hal-hal yang sekarang ada. Sekaranglah saatnya, dengan pandemi ini, gereja membentuk dan mendefinisikan ulang pelayanan-pelayanan yang dilakukannya. Karena itu, jangan hanya melakukan ibadah online, itu tidak cukup! Bagaimana kita bisa menolong gereja-gereja kita untuk mengkombinasikan offline dan online sehingga empat fungsi ini bisa berjalan dengan baik sehingga gereja Anda pasti akan mengalami pertumbuhan, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Berikut ini, saya akan membagikan wawasan ke depan untuk bagaimana gereja bisa mengadopsi semua pelayanan yang selama ini mungkin belum dilakukan secara maksimal, atau kalau pun sudah dilakukan maksimal, bisa lebih lagi maksimal dilakukan dengan bantuan teknologi atau secara online.
Instruction, Anda bisa melakukan pemuridan, training, dan pendidikan secara digital.
Fellowship, Anda bisa membentuk grup-grup atau persekutuan secara digital yang lebih memudahkan untuk menjalankan apa yang Tuhan inginkan. Kemudian, Anda juga bisa melakukan pelayanan penjangkauan secara digital. Untuk menjalankan pelayanan yang mungkin selama ini sulit dilakukan secara personal, seperti pelayanan misi, kini bisa dibantu dengan cara digital. Nah, apakah berarti kita akan pindah semua ke digital? Tidak. Keduanya tetap harus dijalankan, karena harus ada keseimbangan di antara dua hal ini. Misalnya, seperti ibadah online. Nanti kalau sudah diperbolehkan untuk ibadah secara offline, apakah ibadah online dihapus? Tidak harus. Anda tahu, ada banyak sekali alasan mengapa ibadah online masih bisa dijalankan bahkan bisa meng-enhance, atau memajukan pelayanan yang sekarang sudah ada. Bayangkan, ada banyak lansia yang sekarang tidak bisa pergi ke gereja. Ada banyak perusahaan, yang karena imbauan social distancing, tidak bisa sekaligus mempekerjakan seluruh staf mereka untuk bekerja seperti dulu, hanya bisa separuh. Akibatnya, perusahaan harus memberlakukan banyak shift kerja dan mengakibatkan banyak sekali staf yang mendapat jadwal kerja yang berbeda dari sebelumnya, bahkan ada juga yang mendapat shift pada hari Minggu. Hal ini membuat staf-staf tersebut tidak bisa menghadiri ibadah secara offline. Selain itu, orang yang sakit juga tidak bisa hadir dalam ibadah sehingga ibadah online bisa menolong mereka. Ada juga jemaat yang harus bepergian karena tugas, baik tugas kantor maupun tugas keluarga, sehingga melalui ibadah online mereka tetap bisa mengikuti ibadah.
Kedua jalur pelayanan ini bisa dijalankan untuk menggaet lebih banyak jemaat dibandingkan hanya menggunakan jalur offline saja. Apalagi untuk gereja yang hanya punya satu kali jam ibadah, apalagi jika ibadahnya pukul 6 pagi! Ya, banyak anak muda mengeluh bagaimana bisa datang pukul 6 pagi untuk mengikuti kebaktian, padahal pilihannya hanya itu. Untuk menjawab masalah ini, mengapa tidak melakukan ibadah online untuk menjangkau mereka juga? Sebab, jika ibadah online itu dijalankan dengan benar dan baik, ibadah online itu akan menarik jemaat untuk datang ke ibadah offline. Percayalah, jika ibadah online dijalankan dengan benar, dengan baik, maka ibadah offline juga akan terdukung dengan baik. Mungkin tidak setiap minggu mereka harus bertemu di gereja, tapi mungkin sebulan sekali mengadakan persekutuan ibadah online, sehingga mereka yang biasa online, bisa bertemu sebulan sekali untuk sharing, untuk bisa membuka wawasan dan lain-lain itu ya. Dan, Bapak, Ibu, yang lain juga seperti itu.
Kalau pengajaran, bisa menggunakan discipleship secara online melalui seminar atau training online bagi jemaat sehingga memudahkan. Namun, diberikan ruang untuk bertemu sebulan sekali untuk membagikan apa saja yang sudah dilakukan selama online. Hal ini juga bisa dilakukan untuk persekutuan dan penginjilan. Untuk penginjilan, mungkin pelatihannya bisa dilakukan secara online, tapi ketika praktik, mereka harus keluar dan bertemu sehingga kedua-duanya bisa dilakukan dengan baik.
Nah, sebagai yayasan yang menyediakan bahan digital pendukung, SABDA juga menyediakan bahan-bahan digital yang bisa digunakan oleh gereja. Ada banyak sharing yang mengatakan bahwa gereja susah payah menyediakan konten atau membuat konten. Sebenarnya, gereja tidak perlu membuat konten, gereja bisa meminta tolong kepada gereja lain yang memiliki bahan-bahan digital, atau bersinergi dan berkolaborasi dengan yayasan-yayasan yang menyediakan bahan digital sehingga gereja tidak perlu membuat digital sendiri. Di SABDA ada banyak sekali bahan digital yang bisa gereja gunakan, Anda bisa memilih bahan mana yang sesuai dengan visi-misi, pengajaran, atau doktrin gereja Anda. Jadi, ada banyak sekali pilihan. Untuk ibadah online, Yayasan Lembaga SABDA sudah menyediakan situs Alkitab, aplikasi Alkitab, software Alkitab, kidung gereja, dan situs GEMA (Gudang Elektronik, Media dan Audio). Di situs GEMA ada begitu banyak bahan-bahan multimedia sehingga jika ada pendeta yang kesulitan untuk membuat rekaman, Anda bisa menggunakan bahan dari situs itu. Situs-situs ini kami sediakan agar para pendeta bisa mempersiapkan khotbah mereka dengan baik. Ada bahan-bahan online yang ada disana sehingga persiapan Anda bisa dilakukan dengan sangat baik.
Kemudian, digital discipleship untuk pemuridan dan pengajaran, SABDA juga menyediakan situs e-learning yakni PESTA, Murid 21, #AyoPA, dan PA21. Situs-situs ini menyediakan bahan yang begitu banyak untuk menolong Anda menemukan dan menyeleksi bahan-bahan yang bisa dipakai untuk pemuridan digital atau untuk training. Jadi, bisa mengambil bahan dari SABDA, lalu melakukan training untuk gereja Anda sendiri, untuk internal. Anda boleh melakukan itu, sangat sangat boleh. Jika sampai terpaksa tidak ada yang membawakan training, Anda bisa mengambil video-video yang ada di SABDA untuk memberikan training kepada jemaat.
Kemudian, untuk digital group, ada komunitas-komunitas SABDA, yaitu komunitas diskusi. Kalau gereja Anda belum bisa melakukan diskusi sendiri, jemaat bisa bergabung dengan SABDA untuk menjalankan diskusi. Nah, jemaat yang sudah bergabung dengan diskusi ini akan mengetahui, "Oh caranya seperti itu menjalankan diskusi." Lalu, dia bisa belajar dan berkonsultasi dengan SABDA dan melakukan diskusi sendiri. Untuk anak, remaja, wanita, ada banyak sekali bahan yang bisa dipakai untuk melakukan fellowship secara digital dengan jemaat. Jadi, kalau secara offline dikelola oleh gereja, mungkin secara online bisa dikelola oleh para aktivis.
Kemudian, untuk bidang misi, SABDA juga menyediakan e-Misi, IT4GOD, dan digital ministry, ada penjangkauan khusus untuk menjangkau mereka yang belum terjangkau. Lalu, ada doa suku-suku yang bisa dibagikan kepada jemaat supaya mereka, walaupun belum bisa mengutus pengerja misi atau mempunyai proyek misi gereja, tetap bisa mendoakan proyek-proyek misi yang dijalankan oleh yayasan-yayasan yang lain.
Ada sangat banyak bahan yang tersedia di SABDA untuk pelayanan gereja Anda. Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika gereja tidak bisa melakukan semuanya. Lagi pula, dari pemaparan-pemaparan SABDA Live selama ini, salah satu hal yang kita pelajari adalah bahwa gereja tidak mungkin bisa melakukan semua pelayanannya sendiri, gereja harus mau terbuka dan berkolaborasi dengan yayasan lain. Selain SABDA, ada banyak yayasan lain yang yang menyediakan bahan-bahan digital untuk bisa dipakai. Jadi, ini sudah menjadi salah satu gagasan yang cukup banyak bagi Anda untuk menjalankan pelayanan gereja di masa yang akan datang. Pelayanan online dan offline berjalan bersama dan gereja Anda akan menjadi lebih besar daripada sebelumnya sebelum masa pandemi.
Berikut ini ada ayat Alkitab yang sangat saya sukai, dari Roma 11:36
"Sebab, segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin."
Mari kita lakukan pelayanan gereja sebaik mungkin untuk kemuliaan bagi nama Tuhan. Tuhan sangat senang dan sangat disenangkan dengan usaha kita untuk menjangkau siapapun yang Tuhan percayakan, baik jemaat yang ada, baik aktivis, baik orang-orang yang belum percaya. Dua-duanya menjadi target yang Tuhan ingin kita jangkau.
Nah, jika Anda berkata, "Duh, banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan." Berikut ini ada ayat yang selalu menguatkan saya ketika ditekan oleh begitu banyaknya tugas, stres, dan rasa letih yang luar biasa. Coba renungkan apa yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 11:27
"Aku sudah berjerih payah dan bekerja berat, tetap terjaga, kelaparan dan kehausan, sering tidak punya makanan, dalam kedinginan, dan tanpa pakaian."
Ketika saya membaca ayat ini, beban yang saya rasakan belum ada apa-apanya dengan Paulus rasakan. Jadi, jika Anda merasa begitu letih saat mengerjakan semua pelayanan ini, lihatlah apa yang Paulus lakukan, dia menjadi contoh bagi kita. Kiranya artikel ini sungguh menolong gereja untuk tidak hanya puas dengan ibadah online. Lakukanlah pelayanan secara penuh seperti yang diinginkan oleh Tuhan. Amin.