Kata produktif saat ini tiba-tiba mencuat menjadi satu keyword yang sangat banyak dibahas. Sebab, pada masa pandemi ini banyak pekerja, entah itu karyawan swasta maupun pemerintah, yang harus bekerja secara online dari rumah. Bekerja dari rumah itu sendiri menjadi satu tantangan yang besar, sebab kondisi di rumah tidak sama seperti di kantor. Terlalu banyak distraction, terlalu banyak hal-hal yang dilihat, selain juga mobilitas di rumah menjadi lebih luas dibandingkan kantor yang lebih terbatas. Sering kali, karena tidak ada yang mengawasi, tidak ada yang memantau, akhirnya hidup menjadi sangat bebas dan luas, sehingga kita tidak bisa mengendalikan diri dengan banyak hal. Ingin makan bisa, ingin bermain-main dengan anak atau hewan peliharaan bisa, mengurus hobi juga bisa. Akhirnya, hidup menjadi lebih terpecah-pecah, sehingga konsentrasi untuk bekerja menjadi semakin sulit. Belum lagi kalau tiba-tiba isteri, suami, orang tua, atau anak minta tolong, sehingga di tengah-tengah pekerjaan kita harus mengalami banyak distraksi. Hidup produktif kemudian benar-benar menjadi suatu tantangan. Tidak heran jika pada saat ini banyak sekali tersedia bahan-bahan yang terkait dengan keywords produktif, kerja, distraksi, dsb di internet.

Kita akan melihat beberapa hal yang perlu kita sorot, yaitu apa itu hidup produktif? Jangan sampai kita mengejar produktivitas menjadi tujuan hidup, sementara ada banyak hal lain yang penting untuk kita pikirkan khususnya sebagai orang Kristen.

Pertama, kita akan melihat hidup sebelum pandemi. Sebelum pandemi, pemerintah kita membuat banyak sekali program untuk menuju perubahan dan kemajuan, termasuk pembangunan infrastruktur dan ekonomi yang sedang digalakkan. Saat ini kemungkinan adalah saat yang paling blooming untuk Indonesia, karena negara kita sedang melakukan berbagai pembangunan yang luar biasa. Kita mencoba bekerja secepat mungkin, seefisien mungkin, senyaman mungkin. Bahkan ada banyak sekali kantor-kantor yang me-redesign kantornya agar karyawan lebih nyaman bekerja. Belum lagi, kita juga punya pilihan yang lebih banyak, karena lowongan tersedia banyak sekali dalam berbagai sektor, termasuk bisnis online atau bisnis pribadi yang menjadi online. Jadi, ada banyak sekali tawaran dari dunia yang membuat kita memiliki banyak pilihan. Itu sebabnya, ada banyak karyawan yang masuk dan berhenti dari pekerjaannya. Mereka bekerja di satu tempat selama beberapa bulan, kemudian nanti pindah lagi ke tempat kerja lain. Ada banyak pilihan untuk bekerja serta masih ada kesempatan untuk mengembangkan diri di banyak tempat, sehingga kita bisa lebih bebas dalam menentukan pilihan karir atau kerja.

Tujuan utama kita sebelum mengalami pandemi ini adalah untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Sebab, ada banyak tawaran, ada banyak kesempatan bisnis dan kesempatan kerja, bahkan untuk melakukan pekerjaan freelance di samping pekerjaan full time yang sudah dimiliki. Alasan yang lain lagi adalah mengejar sebanyak mungkin pengalaman selama masih ada banyak kesempatan. Jadi, banyak tujuan yang lebih utama lagi adalah supaya dapat kedudukan tinggi, setinggi mungkin. Kalau bisa menjadi pimpinan, mengapa tidak? Kesempatan-kesempatan itu sangat menantang, sehingga kalau sudah terpenuhi dari sisi materi, memiliki kedudukan tinggi, maka wajar jika kemudian banyak yang ingin menikmati hasil semaksimal mungkin dengan membeli berbagai jeni gadget atau hal-hal seperti pakaian atau barang-barang yang memuaskan keinginan, makan di berbagai cafe, dan berwisata. Tak heran juga jika ada banyak tempat wisata di berbagai daerah yang dikunjungi oleh banyak orang.

Namun, saat pandemi tiba, tiba-tiba itu hampir semuanya berhenti. Pergi ke kantor atau bekerja menjadi sulit. Usaha menjadi macet sehingga ada yang terkena PHK atau dirumahkan, ada yang harus ganti pekerjaan, atau ada yang sama sekali tidak bisa beraktivitas, seperti yang terjadi pada restoran, tempat wisata, bioskop, dsb. Banyak owner dari usaha semacam itu juga harus berganti pekerjaan atau usaha untuk mendapatkan uang, dan terpaksa merumahkan semua pekerjanya atau bahkan tidak mempekerjakan stafnya lagi. Perubahan ini sangat membingungkan. Hidup setelah pandemi kemudian tidak lagi bertujuan untuk bekerja sekeras mungkin, melainkan mencoba untuk tetap bertahan hidup. Memang, tidak semua mengalami hal yang sama. Ada bisnis-bisnis, usaha-usaha, atau pekerjaan yang menjadi sangat populer sekali justru selama masa pandemi, khususnya dalam bidang kesehatan, pendidikan yang berupa jasa, atau berbagai aktivitas dan usaha jasa yang memberikan pelayanan secara online dan lain-lain. Jadi, ada yang bertahan dan mengalami kemajuan sehingga bisa meneruskan hidup, bahkan lebih baik. Akan tetapi, sebagian besar tidak. Mereka hanya bisa bertahan, menunggu apakah kantor akan buka lagi, apakah tempat usaha atau tempat kerjanya akan kembali beraktivitas lagi. Selain itu, banyak orang juga mencoba untuk bisa beraktivitas secara aman agar tidak tertular covid-19. Kalau masih bisa bekerja, itu merupakan suatu anugerah. Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan keluarga. Meski ada banyak orang bisa bekerja di luar, tetapi mereka ingin keluarga tetap berkumpul sehingga kalau terjadi sesuatu mereka bisa saling melindungi.

Di atas semua itu, tantangan yang sangat besar bagi semua orang yang biasa aktif bekerja adalah bagaimana bisa tetap hidup produktif di tengah situasi yang sulit. Jadi, kata hidup produktif itu sebenarnya dalam rangka untuk menolong kita agar dapat melihat kembali. Pandemi ini memaksa kita mendefinisikan ulang kata produktif. Jika kita  masih bisa hidup dan tidak terkena COVID-19, tetapi kemudian kita melihat ada keluarga yang meninggal atau kehilangan pekerjaan karena Covid-19 dan menjadi korban dari pandemi ini, maka hidup produktif menjadi satu tantangan. Jika kita tidak bisa mengatasinya kita akan menjadi stress bahkan depresi dengan melihat keadaan atau masa depan yang terlihat suram.

Bagaimanapun, kita harus mencoba untuk tetap bisa melanjutkan hidup dengan baik. Semua orang, baik yang masih single maupun yang sudah menikah, sekarang memiliki tantangan seperti itu. Ada 2 cara yang biasanya menjadi respons. Yang pertama, menjadi stress, menjadi malas, putus asa, lalu akhirnya tidak melakukan banyak hal, hanya menunggu atau mengalir saja. Masalahnya, jika hidup hanya mengalir saja, tetapi keadaan tidak menjadi lebih baik, itu akan sangat mengkhawatirkan. Sebab, kita akan ikut mengalir ke tempat yang salah. Untuk itu, kita sekarang perlu memikirkan ulang tentang apa pentingnya hidup? Apa artinya hidup? Apa tujuan hidup? Bagaimana kita dapat mengisi hidup secara bermakna? Apa arti hidup produktif?

Lalu, di sisi lain, dunia memberi masukkan kepada kita dengan menyatakan bahwa hidup produktif adalah hidup yang sukses. Sukses dari mana? Dari hasil kerja yang sangat keras. Lalu, apa yang diinginkan? Untuk mendapat hasil sebanyak mungkin. Selama masih muda, orang ingin mendapatkan hasil sebanyak mungkin. Uang, kedudukan, kekuasaan, adalah hal-hal yang dikejar oleh dunia. Hidup produktif berdasarkan pandangan dunia artinya sukses. Orang bekerja keras agar menghasilkan uang, kekuasaan, dan materi untuk dinikmati, serta mencapai cita-cita yang diinginkan.

Lalu, apa sebenarnya definisi produktif dari pandangan Kristen?

Mari lihat dalam Injil Matius. Di sana, ada satu pertanyaan luar biasa, yang ditanyakan oleh seorang yang memiliki uang, memiliki kedudukan, memiliki kuasa, yaitu seorang Farisi: "Guru, perintah manakah yang terpenting dalam hukum Taurat?" Yang menanyakan hal ini bukan orang biasa, tetapi orang yang benar-benar sudah menikmati hidup, sebab mereka dipandang penting dalam masyarakat, memiliki uang banyak, dan memiliki kuasa. Pertanyaan ini rupanya masih penting ditanyakan kepada Yesus, walaupun tujuannya untuk mencobai Tuhan Yesus. Namun, secara objektif, kita bisa melihat bahwa ini pertanyaan yang penting untuk semua orang. Lalu, Tuhan menjawab bahwa ada dua hal yang sangat penting. Dari semua hal di dunia ini, hanya ada 2 perintah yang paling penting yang harus kita jalankan selama hidup. Perintah yang pertama dan utama adalah mengasihi Tuhan Allah. Dan, yang tidak kalah penting adalah perintah kedua, yaitu untuk mengasihi sesama manusia. Tuhan Yesus sendiri menganggap bahwa keduanya adalah hukum yang paling penting di seluruh dunia. Apa pun keadaannya, ada pandemi atau tidak ada pandemi, ada gempa bumi atau tidak, ada kesempatan atau tidak, itulah yang penting. Mengasihi Tuhan, mengasihi sesama.

Ini berarti seluruh waktu, seluruh talenta, seluruh relasi, seluruh pekerjaan, seluruh energi, seluruh antusiasme, dan semua mimpi kita yang terbaik adalah untuk 2 kepentingan. Satu, untuk memuliakan Tuhan. Lalu, yang kedua adalah untuk sesama. Nah, jika kita mengatakan bahwa kita mengasihi dunia, bagaimana kita memuliakan Tuhan? Bagaimana membuat Tuhan senang? Kemudian yang kedua, adalah untuk kebaikan sesama. Mengasihi sesama artinya kita selalu melihat apa yang dibutuhkan sesama. Apa yang bisa kita bantu untuk sesama? Apa yang bisa kita kontribusikan bagi masyarakat orang lain di sekitar dan orang-orang yang kita bisa sentuh. Harta, relasi pekerjaan, energi, antusiasme, dan mimpi harus kita persembahkan untuk Tuhan dan untuk sesama.

Lalu, bagaimana mengukur produktivitas? Produktivitas dalam hal ini bukan dalam hal banyaknya waktu, tenaga, materi, usaha, atau apa pun yang kita berikan, tetapi yang terbaik. Dikatakan sebelumnya, bahwa kita harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap pikiran. Demikian juga dengan mengasihi sesama, kita harus mengasihi sesama dengan segenap hati, segenap jiwa, dan dengan segenap pikiran. Itu ukuran produktivitas. Memberikan yang terbaik dan memberikan produktivitas yang maksimum artinya kita melakukannya dengan segenap jiwa, segenap hati, dan segenap pikiran. Jadi, bukan hanya secara kuantitas, sebab kuantitas pun tidak menjamin bahwa itu dilakukan sepenuh hati.

Namun, jangan sampai kita terjebak pada tipuan produktivitas. Nah, ada enam tipuan produktivitas yang bisa kita ketahui. Berikut adalah penjelasannya.

Yang pertama, produktivitas tidak berorientasi pada diri. Jadi, kalau kita produktif tetapi hanya ditujukan untuk diri sendiri, maka itu tidak sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Sebab, orientasi produktif dari kaca mata Kristiani itu bukan kepada diri, tetapi kepada Tuhan dan sesama. Jika hanya untuk kenikmatan diri sendiri, untuk membesarkan diri sendiri, atau untuk maunya sendiri, maka kita sedang menuju ke tempat yang sia-sia. Sebab, jika itu hanya ditujukan untuk diri sendiri, apa gunanya?

Yang kedua, produktivitas itu bukan untuk materi. Artinya, produktivitas itu tidak selalu menghasilkan materi. Nah, ketika kita tidak berorientasi kepada materi, orientasi kita harus berpindah. Ke mana? Kepada Tuhan. Materi itu sendiri pasti akan kita dapatkan karena itu berkat dari Tuhan. Tuhan mengatakan kalau kita bekerja pasti kita akan mendapatkan upah. Namun, itu berasal dari Tuhan, bukan menjadi satu tujuan. Sebab, tujuannya adalah demi kemuliaan Tuhan. Ketika kita menyenangkan Tuhan, maka Tuhan akan memberkati kita.

Ketiga, produktivitas itu bukan untuk kalangan tertentu. Artinya, produktifitas ini bukan hanya untuk orang yang bekerja di kantor, bukan untuk direktur, bukan hanya untuk manager, atau orang-orang yang punya kedudukan. Tidak. Semua orang, bahkan orang yang tidak bekerja di kantor pun dituntut untuk menjadi produktif. Semua orang percaya, termasuk ibu rumah tangga atau orang yang memiliki disabilitas, yang tidak bisa bekerja dan harus tinggal di rumah, itu pun diminta untuk menjadi produktif. Sebab, Tuhan sudah memberikan kepada masing-masing kita hal yang Tuhan inginkan. Jadi, semua orang percaya produktifitasnya harus diukur sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan.

Yang keempat, produktivitas bukan berarti melakukan sebanyak mungkin. Produktif itu bukan melakukan sebanyak mungkin, tetapi melakukan apa yang benar. Produktivitas adalah melakukan apa yang benar, dengan cara yang benar, dengan tujuan yang benar, dengan motivasi yang benar, dan dengan tuntunan dari firman Tuhan.

Yang kelima, produktivitas bukan berarti hanya berlaku dari jam 8 sampai jam 5 sore saja. Yang dituntut dari produktifitas adalah setiap saat kita melakukan pekerjaan atau sesuatu dengan maksimal, di mana pun, kapan pun, bahkan ketika tidak dilihat orang atau atasan kita.

Yang terakhir adalah produktivitas bukan untuk mendapatkan, melainkan untuk memberi. Jadi, produktif itu bukan supaya kita mendapat sebanyak mungkin. Akan tetapi, apa yang kita dapatkan dari produktivitas itu agar kita bisa memberikannya kepada yang lain, untuk menolong orang lain, untuk melakukan pekerjaan Tuhan, untuk menolong orang yang kekurangan, untuk menolong keluarga, dan lain-lain.  

Bagaimana kita bisa hidup produktif selama masa pandemi?

Berikut adalah beberapa tip yang bisa dilakukan.

Yang pertama, berdoa untuk hikmat dan perlindungan. Sebab, hanya Tuhanlah yang sanggup memberikan pertolongan setiap saat. Mari kita bertanya kepada Tuhan, sehingga kita bisa membuat rencana dan mendapat perlindungan sebaik-baiknya, agar apa yang kita rencanakan berhasil.

Kedua, buat rencana jangka pendek. Pandemi membuat berbagai perubahan terjadi dengan sangat cepat. Dari minggu ke minggu, selalu ada hal yang baru dan yang berubah. Jangan membuat rencana jangka panjang selama masa pandemi. Rencana praktis jangka pendek jauh lebih baik untuk disiapkan dibanding rencana jangka panjang agar kita bisa fleksibel mengikuti situasi dan kondisi yang terjadi. Jadi, buatlah rencana yang kira-kira visible, misalnya rencana mingguan, bahkan harian, atau mingguan. Paling panjang mungkin satu bulan. Sebab, dalam satu bulan sangat mungkin terjadi banyak perubahan

Ketiga, menjaga diri untuk selalu sehat. Masa pandemi ini mendorong kita untuk selalu memiliki imunitas yang tinggi. Untuk itu  makanlah makanan yang bergizi, terapkan pola hidup sehat, serta cukup istirahat.

Keempat, menghitung waktu dan mengatur hidup. Seperti dikatakan dalam Efesus 5 bahwa waktu-waktu itu jahat. Kita harus selalu memperhitungkan waktu supaya tidak terjadi kebocoran, terutama karena disebabkan oleh karena gaya hidup yang tidak teratur. Sebab, kehidupan yang tidak teratur akan membuat kita menyia-nyiakan waktu yang seharusnya dapat dilakukan untuk hal-hal yang berguna dan bermakna bagi Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, hitunglah waktu dengan mengevaluasinya setiap hari. Apakah kita sudah menggunakan waktu kita dengan tepat dan bijaksana setiap hari?

Kelima, hidup dalam sukacita. Hidup yang produktif bukan berarti hidup yang sangat serius, kerja terus menerus tanpa henti, dan mengabaikan banyak hal. Jangan lupa, kita juga harus menikmati sukacita dari Kristus. Di dalam Amsal dikatakan bahwa jika kita sudah bekerja keras, tetapi kalau Tuhan tidak memberkati, maka kerja keras kita akan sia-sia. Jadi, nikmatilah sukacita yang Kristus berikan dengan mengucap syukur dan menikmati anugerah Tuhan. Setiap detik hidup kita adalah anugerah, sebab Dia selalu menjaga kita setiap hari. Oleh sebab itu bersukacitalah. Dengan cara apa? Mengucaplah syukur untuk apa pun yang Tuhan sudah berikan.

Keenam, buatlah rencana jangka panjang. Ini sepertinya kontradiktif dengan nomor 2. Namun, yang dimaksud dengan rencana jangka panjang di sini maksudnya adalah rencana tentang tujuan hidup kita pada akhirnya. Apa sebenarnya panggilan Tuhan untuk kita? Apa tujuan hidup kita di dunia? Tuhan pasti punya rencana, karena Tuhan menciptakan kita untuk tujuan-Nya. Nah, mari kita gumulkan, apa tujuannya bagi kita secara pribadi. Itulah rencana jangka panjang kita. Selalu bergumul setiap hari, apakah panggilan Tuhan benar-benar terjadi dalam hidup kita? Apalagi yang harus kita kembangkan? Ke mana Tuhan ingin menggiring kita? Panggilan Tuhan bukan hanya satu, lalu berhenti di situ. Tidak. Namun, panggilan Tuhan itu sifatnya bertahap. Mari kita terus menggumulkan panggilan hidup kita, ke mana nanti Tuhan akan mengarahkan kita.

Sebagai penutup, terutama untuk orang-orang muda yang sering kali memboroskan waktu. Firman Tuhan menyatakan bahwa tangan orang rajin akan memerintah. Arti tangan yang rajin itu adalah orang yang rajin bekerja, atau orang yang selalu produktif. Dia akan diberi berkat, karena dia bisa mengatur, memberi dampak, serta mengatur orang lain. Akan tetapi, orang yang malas akan menjadi pekerja paksa. Artinya apa? Dia akan menjadi orang suruhan terus menerus. Diperintah ke sini, ke sana, sebab mereka tidak memiliki inisiatif, tidak memiliki keterampilan, tidak rajin belajar, tidak rajin menimba ilmu, tidak rajin menolong orang, tidak rajin bekerja. Itu sebabnya, dia akan menjadi orang suruhan. Namun, orang yang rajin atau orang yang produktif, akan memerintah. Artinya, mereka akan mendapat kedudukan, akan diberi kepercayaan. Amsal 12:24 kiranya boleh menolong kita untuk mengingat bahwa waktu yang kita miliki itu akan sia-sia jika tidak kita pergunakan dengan baik dan bijaksana, untuk membuat dampak dan bermakna. Kita tentu tidak ingin menjadi orang yang hanya diombang-ambingkan oleh keadaan.