Saya akan berbagi materi tentang gereja online. Lebih tepatnya, cara praktis untuk melakukan gereja online.

Pengertian dan Latar Belakang

Gereja online merupakan tata cara ibadah yang menggunakan internet sebagai sarana untuk memfasilitasi kegiatan beribadah. Gereja online ini memiliki tujuan untuk mempermudah pertemuan jemaat. Bisa melalui video, audio, ataupun teks secara online menggunakan internet.

Nah, dari pengertian ini, muncullah beberapa latar belakang. Pertama, sebenarnya, istilah gereja online ini sudah ada sejak lama, terutama di Amerika. Pada awal munculnya internet, banyak kelompok pelayanan rohani yang memulai mengunggah informasi dan khotbah bagi para pengunjungnya. Kemudian, dalam perkembangannya atau dalam pengajarannya  berubah menjadi bentuk video, audio, audio podcast . Gereja online pada masa kini merupakan alternatif bagi pengembangan dari gereja konvensional yang melakukan pertemuan ibadahnya di gedung gereja.

Latar belakang yang kedua itu terjadi karena pandemi virus corona. Kita tahu, bahwa kita dalam masa pandemi Corona sekarang. Pandemi ini memaksa kita untuk melakukan physical distancing, yaitu dengan mengurangi pertemuan-pertemuan besar dan pertemuan-pertemuan kecil. Hal inilah yang mendorong dan memaksa gereja untuk memikirkan kembali bagaimana cara agar jemaat tetap bisa beribadah di rumah masing-masing, atau tetap aman dalam rumah masing-masing.

Latar belakang yang ketiga itu berasal dari instruksi presiden. Instruksi presiden ini sebenarnya masuk juga ke dalam poin yang kedua, terkait pandemi virus Corona. Melalui instruksinya, Presiden menghimbau kepada masyarakat untuk tetap belajar, tetap beribadah, dan tetap bekerja dari rumah. Nah, ketiga latar belakang inilah yang mendorong gereja untuk melakukan revolusi. Dari yang tadinya bersifat offline menjadi online agar jemaat tetap memperoleh berkat-berkat rohani, contohnya dalam kegiatan PA online dan lain sebagainya.

Mengapa gereja harus online?
 
Yang pertama, kita tahu bahwa teknologi itu diciptakan oleh Tuhan, dan seharusnya itu juga bukan hanya berguna untuk gaya hidup, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Jadi, mindset kita itu harus diubah. Jangan hanya menggunakan teknologi untuk kebutuhan hidup sekuler, tetapi gunakanlah juga untuk kebutuhan rohani kita.
 
Dan yang kedua, kita harus memiliki pemikiran bahwa teknologi itu bisa membuat gereja berada di mana saja. Jadi, tidak terbatas oleh gedung gereja yang hanya di situ-situ aja, melainkan bisa di mana saja. Dan, gereja bisa menjangkau siapa saja. Siapa saja disini maksudnya bukan hanya jemaatnya sendiri yang bisa terjangkau oleh gereja tersebut, tetapi juga orang-orang luar atau jemaat dari gereja lain yang mengakses konten yang dibuat oleh gereja. Dan, kapan saja, artinya konten-konten dari gereja itu bisa diakses kapan saja, tidak terbatas oleh waktu. Contohnya, saat kita membuat konten dan mengunggahnya ke Youtube, konten itu tetap bisa dilihat beberapa jam kemudian, bahkan beberapa tahun kemudian.

Yang ketiga, dan menjadi poin penting adalah fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu pengguna internet terbesar di dunia.

Ada sebuah diagram yang menunjukkan bahwa Indonesia itu masuk dalam 64% dari keseluruhan populasi dunia. Indonesia sendiri sudah menggunakan internet. Artinya, ini akan berkembang terus menerus .

Semenjak tahun lalu sampai Januari 2020, sudah bertambah sekitar 25.000 user internet di Indonesia. Sekarang, kurang lebih 17% naik dari angka kemarin. Nah, data-data inilah yang menunjukkan bahwa sebenarnya hampir semua penduduk Indonesia sudah menggunakan internet untuk kebutuhan sehari-hari.

Karena beberapa alasan inilah, saya akan menjelaskan tentang cara praktis untuk memulai gereja online. Jadi, ini adalah materi untuk gereja yang masih baru memulai pelayanan online.

Pertama-tama adalah penting bagi gereja untuk melibatkan pemuda remajanya, sebab pasti setiap gereja memiliki pemuda remaja. Melibatkan para remaja atau pemuda ini artinya memberi mereka kepercayaan. Setelah diberi kepercayaan, biarkan kreativitas mereka bekerja, meski tetap perlu diawasi.  Jadi, biarkan ketua pemuda remaja atau majelis menjadi pengawas mereka. Beri mereka kepercayaan untuk mengelola bagian media sosial. Lalu, biarkan mereka berkreasi sesuai dengan kreativitas mereka masing-masing. Namun, perlu juga membuat semacam peraturan untuk isi konten agar kontennya itu tidak melanggar dari peraturan yang sudah dibuat.

Yang kedua, kita membutuhkan daftar kebutuhan ketersediaan bahan dari tiap-tiap gereja, sebab tiap-tiap gereja pasti memiliki ketersediaan bahan yang berbeda-beda. Nah, anggota gereja perlu duduk bersama untuk merumuskannya.

Ini beberapa contoh kategori-kategori apa saja yang biasanya ada di gereja. Pertama, kategori berdasarkan bahan, seperti teks. Jadi, ada bahan-bahan renungan, mengajar, jadwal harian sepekan, dsb. Jadi, buatlah list bahan-bahan apa saja yang ada di gereja kita masing-masing. Lalu, bahan khotbah. Khotbah itu pasti berupa audio. Bisa juga audio itu dikembangkan. Dari renungan harian yang berupa teks ini bisa menjadi audio tergantung kreativitas dari pemuda remaja masing-masing . Yang ketiga, bahan berupa video. Bahan video bisa berasal dari khotbah atau bahan lainnya.

Selanjutnya, kategori berdasarkan teknologi. Nah, teknologi ini sebenarnya banyak, yaitu media sosial, aplikasi perpesanan yang bisa dipakai, lalu ada jejaring sosial berupa video dan audio. Ini merupakan teknologi-teknologi yang bisa dipakai oleh gereja untuk membagikan bahan-bahan yang tadi sudah mereka masukkan dalam daftar. Nanti, akan saya jelaskan tentang bagaimana cara agar antara teknologi yang dipakai dengan bahan dapat sesuai.

Kategori terakhir itu bisa dari segi pelayanan. Misalkan, ibadah Sekolah Minggu perlu untuk dibuat online. Nah, bisa dibuat beberapa daftar  alternatif . Contohnya, yang berperan penting kepada anak-anak dalam ibadah Sekolah Minggu di WhatsApp adalah orangtua ASM masing-masing, sebab Guru Sekolah Minggu hanya mengarahkan anak-anak dalam tata cara ibadahnya. Lalu, apa aja yang dipelajari? Nah, orangtua di sini harus berperan agar anaknya dapat mengerti apa yang diajarkan oleh para guru Sekolah Minggu. WhatsApp bisa dipakai untuk membuat grup. Grup itu bisa berisi bahan-bahan Sekolah Minggu dan lagu-lagu Sekolah Minggu. Instagram juga bisa dipakai, begitu pula dengan Youtube. Jika gereja ingin menyiarkan kegiatan Sekolah Minggu secara live streaming, Anda bisa mengambil bahan-bahan untuk kebutuhan Sekolah Minggu ini dari situs pepak.sabda.org.

Selanjutnya, bagaimana cara memanfaatkan platform atau teknologi-teknolog tadi agar tepat dan sesuai dengan bahan dan pelayanan yang kita miliki?

Yang pertama, kita buat daftar dan mencocokkan antara bahan dan platform yang akan dipakai. Misalnya bahan berupa teks, kita buat daftar, kira-kira platform apa yang cocok untuk bahan berupa renungan tersebut. WhatsApp dan Facebook adalah jalur yang berdasar pada teks. Instagram tidak termasuk, sebab meski bisa berupa teks, tetapi harus disertai pendukung berupa gambar, video, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, kita seleksi. Seleksinya berdasarkan tujuan awal diadakannya gereja online. Contoh, gereja online awalnya diadakan untuk menjangkau jemaat sendiri dulu. Otomatis kita akan pilih platform yang akan dipakai oleh banyak jemaat. Misalnya, ada dua pilihan, Facebook atau WhatsApp. Karena banyak dari jemaat yang menggunakan WhatsApp, otomatis kita harus menyesuaikan juga dengan konteks jemaat yaitu menggunakan WhatsApp.
Namun, jika tujuannya untuk menjangkau selain jemaat yang ada, yaitu masyarakat luas atau jemaat dari gereja lain, maka seleksinya akan berdasarkan kemudahan platform tersebut ketika digunakan. Jika dibandingkan antara WhatsApp dan Facebook, maka akan lebih baik jika kita memilih Facebook, sebab jalur ini lebih cocok untuk semua kalangan. Jika kita ingin menggunakan WhatsApp, maka kita harus memiliki nomor WhatsApp yang bersangkutan untuk bisa berkomunikasi. Sementara itu, jika kita menggunakan facebook, hanya tinggal mencari nama atau lembaga yang kita inginkan via menu pencarian, dan kita bisa menambahkannya sebagai teman. Inilah yang harus dipikirkan matang-matang agar target tujuan awal tepat pada sasaran.

Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang jenis interaksinya.

Jadi, jenis interaksinya itu ada dua. Yang pertama, synchronous dan asynchronous. Synchronous adalah interaksi yang kita sedang laksanakan sekarang, pada waktu yang bersamaan, tetapi berbeda tempat. Sedangkan, asynchronus itu berbeda tempat dan juga waktu. Contoh, live streaming itu synchronus, karena pada waktu bersamaan kita sedang melihat rekaman. Sementara itu, untuk asynchronus itu seperti saat kita membalas chat, itu dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda.
 
 
Tips sederhana yang bisa dilakukan untuk membuat konten agar bisa menjangkau lebih banyak orang.  
 
Yang pertama, tips dan trik untuk Youtube. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti:
1. Ketika membuat konten gunakanlah bahasa atau kata kunci yang sesuai ketika membuat judul. Usahakan judulnya itu sesuai dengan isi konten. Sebab, tidak sama seperti Google, Youtube akan mencari berdasarkan judul. Jadi, usahakan judulnya sesuai dengan isi konteks dan detail.
 
2. Masukan script atau terjemahan dialog video. Terkadang, orang-orang membuka Youtube, tetapi lupa untuk mengaktifkan suaranya. Jadi, transkrip atau terjemahan itu sangat berguna ketika orang lupa mengaktifkan audio, mereka akan tetap bisa melihat transkripnya. Dan, transkrip ini juga berfungsi untuk menjangkau orang dari luar negeri. Misalnya, sebagai pengguna bahasa Indonesia, kita bisa menambahkan transkrip Inggris untuk masyarakat luar negeri yang hanya mengerti bahasa Inggris. Itu akan sangat membantu.

3. Buatlah thumbnail khusus. Usahakan membuat thumbnail dengan gambar yang menarik perhatian. Ketika mereka melihat thumbnail yang menarik,  akan ada ekspektasi bahwa kontennya pasti bagus. Usahakan thumbnailnya memuat isi konten yang baik.
 
4. Manfaatkan bagian deskripsi. Bagian ini juga sangat penting ketika Anda ingin mengoptimalkan pencarian video Anda di Youtube. Tuliskan deskripsi yang menarik dan mudah dimengerti tentang isi video yang diunggah.
 
5. Anda bisa juga mempromosikannya melalui jalur di luar Youtube, yaitu di Facebook, Instagram, dan Whatsapp agar semakin banyak orang mengetahui keberadaan konten gereja Anda.

6. Kualitas konten. Kualitas konten artinya dari segi audio dan video. Usahakan audionya itu terdengar jelas agar orang yang mendengar video tersebut merasa nyaman dan usahakan detail videonya jelas terlihat  untuk memanjakan mata mereka.

Selanjutnya, tips dan trik untuk instagram.
 
1. Posting konten yang berkualitas secara konsisten. Maksudnya, postinglah bahan-bahan yang bermutu dengan melakukan penjadwalan secara tetap. Jadi, audiens akan ingat dengan konten-konten yang kita posting.

2. Postinglah pada jam-jam followers atau audiens sangat aktif. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan banyak menggunakan texting. Misalnya, terdapat fitur insight di instagram, dari sana kita bisa mengetahui postingan kita dilihat oleh audiens pada hari apa saja. Kita juga bisa tahu apakah postingan itu kebanyakan dilihat oleh audiens perempuan atau laki-laki, bahkan kita juga bisa tahu dari range usia audiens. Dari sana, kita bisa melihat polanya, misalnya untuk postingan a, akan lebih banyak dilihat oleh audiens perempuan, sementara untuk postingan b, lebih banyak disukai pemirsa berusia dewasa, dsb. Dengan melihat pola-pola semacam itu, kita jadi punya rumusan dan strategi untuk membuat dan mengatur bahan postingan.
 
3. Bangunlah interaksi dan engagement, atau sering-seringlah membuat Q and A. Dengan demikian, kita memiliki interaksi dengan followers. Jadi, jangan hanya sekadar rajin mem-posting, tetapi buatlah interaksi dengan audiens. Jika ada yang mengirim pesan via DM, usahakan juga untuk menjawab dan membalasnya. Jawab juga pertanyaan atau pun komentar yang mereka sampaikan melalui kotak komentar. Itu sangat penting untuk membangun interaksi dan engagement.

4. Gunakan hashtag secara benar dan relevan. Hashtag yang benar dan relevan itu maksudnya sesuai dengan isi konten. Misalnya, konten tentang quote. Usahakan membuat hashtag yang sesuai dengan quotenya. Jika quote itu diambil dari ayat Alkitab, maka hashtagnya juga diambil dari ayat Alkitab tersebut. Fungsinya agar ketika audiens searching, mereka akan langsung mendapat rekomendasi-rekomendasi bahan, yang salah satunya mengacu pada konten yang kita miliki.

selanjutnya, tips dan trik untuk Facebook.
 
1. Buatlah Facebook tipe page bukan akun. Sebagai informasi, Facebook memiliki tipe akun dan tipe page. Untuk permulaan gereja online, pakailah facebook tipe page. Ini memudahkan kita untuk tidak perlu konfirmasi orang-orang dalam pertemanan. Sebab, hanya dengan mengikuti page gereja kita, otomatis mereka akan menerima konten-konten yang kita miliki.

2. Pilih tipe dan kategori page Facebook yang tepat. Untuk gereja yang organisasi keagamaan, maka masukkan kategori yang tepat dasn sesuai untuk gereja kita.

3. Pilih tombol CTA sesuai kebutuhan. Tombol CTA itu biasanya terlihat ketika masuk ke Faceboook dengan tipe page, itu ada di bagian atas. Usahakan tombol CTA nya sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
 
Kombinasi gereja online dan offline.

Apakah gereja harus sepenuhnya online atau ketika pandemi ini berakhir kita akan kembali lagi secara offline? Nah, seharusnya ke depan, gereja akan memadukan antara offline dan online. Jadi, gereja bukan beralih dari offline ke online atau pun sebaliknya, tetapi justru gereja berpikir  bagaimana cara menjangkau lebih banyak orang dengan teknologi online, tetapi juga tidak menghilangkan sifat manusia yang alami, yaitu suka bersosialisasi dengan manusia lain. Dengan demikian, kita bukan akan menciptakan gereja yang baru, tetapi mendukung, saling mendukung antara online dan offline. Yang online mendukung yang offline, yang offline mendukung yang online. Jadi, ada sinergi antara keduanya, sehingga banyak orang akan lebih senang untuk ke gereja.

Untuk lebih jelasnya, saya beri contoh, konseling. Nah, konseling ini bisa dibuat secara online, misalnya melakukan layanan konseling via WhatsApp. Namun, apabila melalui layanan via Whatsapp ini masih belum cukup juga, tetap bisa dijadwalkan tatap muka langsung dengan konselor atau pendeta yang bertugas pada waktu yang disepakati bersama, secara real time.

Contoh selanjutnya, kegiatan pendalaman Alkitab. Pendalaman Alkitab juga kurang lebih sama seperti pelayanan konseling tadi. Bisa dibuat grup Whatsapp yang fungsinya untuk berbagi bahan studi atau pun berdiskusi. Alokasikan satu hari yang disepakati untuk bertemu tatap muka. Nah, grup Whatsapp kemudian akan menindaklanjuti pertemuan dengan membahas secara detail dan mendalam tentang apa saja yang anggota PA dapatkan pada pendalaman Alkitab, serta membagikannya kepada anggota grup yang lain secara online. Ini yang tadi saya sebut sebagai kombinasi pelayanan online dan offline.
 
Demikian materi saya. Terima kasih.