Alasan yang pertama adalah banyak gereja yang melakukan pemuridan sebagai penambal. Gambarannya seperti sebuah ember yang bocor, di mana ember yang bocor ini tidak bisa menampung air, tidak bisa berguna, maka harus ditambal. Banyak gereja melakukan pemuridan sebagai penambal. Mengapa? Sebab, jemaat-jemaatnya, terutama jemaat-jemaat yang dewasa, justru pergi ke gereja lain karena tidak ada pembinaan yang cukup. Mereka lapar dan haus untuk bertumbuh, tetapi tidak ada sarana yang tersedia untuk mereka dapat bertumbuh. Jadi, akhirnya mereka berpikir dan mencari-cari sendiri, lalu melihat-lihat beberapa tempat yang lain, dan mendapatkan apa yang mereka cari di sana. Lalu, mereka pergi. Dan, cerita semacam ini banyak sekali terjadi di berbagai tempat.
Kalau kita melakukan pemuridan, maka diharapkan cara ini bisa menjadi penambal. Orang-orang dewasa ini diharapkan bisa tetap tinggal di gereja. Tidak salah melakukan pemuridan karena alasan itu. Akan tetapi, kalau kita hanya ingin melakukan pemuridan sebagai sekadar penambal, maka ketika kita sungguh-sungguh masuk dalam pelayanan pemuridan, kita akan mendapati bahwa tuntutan untuk menjadi serius dalam pemuridan itu sangat besar dan motivasi sebagai penambal akan kalah dengan dengan prioritas-prioritas lain di dalam gereja. Akhirnya, kita akan menurunkan kualitas pemuridan. Pemuridan lalu dibuat dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi tanpa memiliki keseriusan, tidak ada intensionalitas di dalamnya. Akhirnya, bentuk kelompok kecilnya ada, tetapi pemuridan secara esensial tidak terjadi sehingga tidak menghasilkan apa pun.
Alasan kedua, jika kita tidak memiliki fondasi Alkitab tentang pemuridan maka kita melakukan pemuridan sebagai tren. Sekarang kita tahu, bahwa pemuridan itu dilakukan di mana-mana. Ada banyak seminar-seminar besar tentang pemuridan yang diikuti oleh ribuan orang. Dulu, tema-tema pemuridan semacam itu tidak akan akan dihadiri oleh ribuan orang. Akan tetapi, sekarang, hal itu terjadi. Dalam anugerah Tuhan, dalam kasih karunia Tuhan, kita hidup pada masa-masa di mana pemuridan menjadi tren. Banyak orang tentu tidak ingin ketinggalan tren, bukan? Semua orang sudah membicarakan itu, mengapa kita tidak mengikuti yang lain? Ayo kita lakukan, supaya menjadi sama seperti yang lain. Banyak gereja, bahkan sinode-sinode memiliki tema tentang pemuridan yang sedang menjadi tren. Tentu tidak salah jika kita mengikuti tren. Bahkan, sebenarnya adalah baik kalau kita mengikuti tren karena menandakan kalau kita peka dengan apa yang sedang terjadi di sekitar kita, dengan apa yang Tuhan sedang gerakkan di sekitar kita. Akan tetapi, jika hanya mengikuti tren saja, suatu saat tren akan berubah. Saat ini mungkin pemuridan sedang menjadi tren, maka ke depan trennya akan begitu berubah. Dan, begitu tren berubah, maka kita tidak akan melakukan pemuridan lagi demi mengikuti tren.
Alasan ketiga, jika kita melakukan pemuridan yang tidak didasari pada keyakinan alkitabiah, maka kita akan melakukan pemuridan sebagai usaha percobaan. Sebenarnya, itu sesuatu yang baik. Ada keterbukaan untuk melakukan sesuatu yang baru, dan itu sesuatu yang baik. Akan tetapi, kalau tidak didasarkan pada keyakinan Alkitabiah, maka itu hanya berlangsung sebagai percobaan. Dalam konteks percobaan, artinya itu bisa berhasil atau bisa gagal. Kalau berhasil, itu baik. Namun, kalau gagal, apa yang akan dilakukan kemudian? Kita kembali pada apa yang sudah kita ketahui sebelumnya. Kemudian, kita akan memberi kesimpulan bahwa mungkin pemuridan itu cocok untuk gereja tertentu, tetapi tidak untuk gereja yang lain, yang tidak memiliki tradisi dan sejarah pemuridan. Bahaya dari memakai cara ini adalah kita akan berkesimpulan bahwa pemuridan itu merupakan suatu program, suatu proyek, sesuatu yang cocok untuk struktur gereja tertentu dan tidak cocok untuk struktur gereja yang lain, termasuk gereja kita sendiri setelah coba-coba dan gagal. Dan, akhirnya ketika suatu saat ada usaha-usaha menolong gereja untuk kembali masuk dalam pemuridan, akan terjadi resistensi. Akan dikatakan bahwa mereka sudah pernah mencoba, dan gagal. Oleh karena itu, jangan coba-coba lagi, sebab nanti akan kembali gagal.
Untuk itu, dalam melakukan pemuridan, baik sebagai pribadi maupun sebagai gereja, kita perlu memiliki keyakinan Alkitabiah untuk melihat apa yang Alkitab katakan tentang pemuridan. Lalu, apa yang Alkitab katakan sesungguhnya mengenai hal-hal yang sedang kita bicarakan ini? Mari kita melihat dari rencana penebusan Tuhan, mulai dari kisah penciptaan sampai penciptaan kembali, penciptaan sampai penggenapan yang kita lihat dari seluruh kesaksian firman Tuhan.
Kita mulai dari awal, ketika Tuhan menciptakan dunia ini, Tuhan menciptakan segala sesuatu oleh Dia dan untuk Dia. Kolose 1 bicara tentang cosmic Christ, Kristus yang di dalamnya segala sesuatu diciptakan melalui Dia, oleh Dia, dan segala sesuatu diciptakan untuk kita. Jadi, Tuhan menciptakan segala sesuatu, alam semesta ini untuk diri-Nya. Dan, di dalam seluruh hal yang Tuhan ciptakan, adalah manusia. Dan, seperti segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Kata untuk, itu merupakan tujuan. Maka manusia juga diciptakan untuk Tuhan. Hanya saja, berbeda dengan alam semesta dan ciptaan lainnya, manusia diciptakan dengan meniru satu pola terbaik dalam seluruh alam semesta, yaitu diri-Nya sendiri, diri Tuhan sendiri. Tuhan adalah yang terbaik, terindah, termulia dalam seluruh alam semesta, dan ketika manusia diciptakan, manusia diciptakan untuk mencerminkan Allah, seturut dengan gambar dan rupa Tuhan. Artinya, Tuhan yang kudus, maka manusia kudus. Tuhan adil, maka manusia adil. Tuhan penuh kasih, maka manusia penuh kasih. Jadi, manusia mencerminkan siapa Tuhan yang menciptakannya, dan di dalam seluruh keutuhan karakter Tuhan yang dicerminkan manusia itulah yang disebut sebagai kemuliaan Tuhan, The Glory of God. Manusia diciptakan untuk mencerminkan Tuhan dan dengan demikian dia memuliakan Tuhan. Itulah tujuan Tuhan menciptakan alam semesta serta manusia secara khusus, yaitu untuk mencerminkan dan memuliakan Dia.
Apa yang terjadi sesudah penciptaan dan kejatuhan? Roma 3 ayat 22 sampai 23 menyatakan bahwa di dalam kejatuhan manusia yang berdosa ini menggantikan kemuliaan Allah itu dengan sesuatu yang fana, yang bukan Allah. Manusia tidak lagi mencerminkan kasih, keadilan, kebenaran, dan kekudusan Allah. Roma 3 ayat 23 memberikan rangkuman tentang kondisi hidup manusia, yaitu kita semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kita tidak lagi mencerminkan Allah, kita tidak lagi memuliakan Allah, sebab itu adalah sesuatu yang tidak dimungkinkan di dalam keberdosaan dan pemberontakan kita. Itulah kondisi kejatuhan. Roma 1 ayat 32 lebih lanjut mengatakan bahwa kita tidak hanya melakukannya sendiri, tetapi kita seperti mendorong, bersukacita, bahkan menjadi penggembira ketika orang lain berdosa. Mereka tahu bahwa orang-orang yang melakukan demikian, kata Alkitab, akan mendapat hukuman mati. Akan tetapi, mereka tidak hanya melakukannya sendiri, melainkan juga mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. 2 Tesalonika 1 ayat 9 mengatakan bahwa semua orang yang berbuat dosa ini, semua orang yang tidak peduli kepada kemuliaan Allah ini, suatu saat akan dijauhkan dari kemuliaan Allah dari Tuhan dan kemuliaan kekuatan-Nya. Itulah penghukuman kekal, yaitu kondisi di mana manusia dijauhkan dari kemuliaan Allah.
Itu bukan akhir cerita manusia. KIsah tadi merupakan kabar buruk akibat kejatuhan manusia. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan berinisiatif melalui penebusan di dalam Kristus. Di dalam Yohanes 12 ayat 27-28 digambarkan pergumulan Kristus tentang penderitaan dan panggilan-Nya. Jadi, tujuan Kristus masuk ke dalam dunia dan kemudian menjalani jalan salib dan kemudian mati di atas kayu salib adalah bagi kemuliaan Tuhan. Mengapa? Dalam Roma dijelaskan bahwa itu untuk memungkinkan manusia kembali hidup memuliakan Tuhan. Jadi, bukan sekadar kita mendapat tiket gratis masuk surga melalui kematian Kristus, tetapi supaya kita dimungkinkan melakukan sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan tanpa penebusan Kristus, yakni memuliakan Allah.
Setelah kita diselamatkan, Tuhan mau membentuk kita menjadi umat yang hidupnya kembali memuliakan Allah, sebagaimana kita dirancang pada mulanya. Kemudian, di dalam kesaksian Alkitab yang lain, yaitu dalam 1 Korintus 6 ayat 20, dikatakan bahwa kita sudah dibeli, lunas dibayar. Oleh karena itu, satu-satunya urusan kita dalam hidup ini adalah memuliakan Tuhan dengan tubuh kita. Jadi, kembali kita melihat tema kemuliaan Tuhan. Kejatuhan mengatakan bahwa kita sudah tidak lagi mencerminkan kemuliaan Tuhan dan kita sudah kehilangan kemuliaan Tuhan. Kemudian, penebusan membuat kita kembali dimampukan untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan. Kita sudah dibeli lunas dibayar, kita memuliakan Tuhan dengan tubuh kita. Dalam 2 Korintus 3 ayat 18, dikatakan bahwa pertumbuhan kita adalah pertumbuhan untuk semakin mencerminkan kemuliaan Tuhan sebagaimana awal kita diciptakan. Kita diubah dari kemuliaan kepada kemuliaan kepada kemuliaan dalam kemuliaan yang semakin besar. Roma 8 ayat 28-29 dan Efesus 4 mengatakan bahwa hal itu berarti sama dengan kita kembali mencerminkan wajah Kristus. Kita bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus. Mengapa? Karena Kristus adalah gambaran Allah, yang tidak kelihatan, yang bisa kita lihat di dalam Kristus. Jadi keserupaan dengan Allah, keserupaan dengan Kristus adalah satu hal yang sama yang interchangeable. Itulah tujuan dari penebusan.
Mari kita lihat beberapa bagian ayat ini dengan lebih teliti. 2 Korintus 3 ayat 18, kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung. Itu adalah tujuannya. Kita yang tadinya mencerminkan kemuliaan Tuhan, kemudian kehilangan kemuliaan Tuhan; Kita kemudian diselamatkan untuk kembali mencerminkan kemuliaan Tuhan. Dan, karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan-Nya yang semakin besar. Perhatikan kata gambar dan kemuliaan di sini. Bukankah itu hal-hal yang menggemakan sesuatu yang terjadi sejak penciptaan kita diciptakan serupa dengan gambar Allah? Sesuatu yang hilang, kita kembali bisa menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan semakin besar. Itulah perjalanan kita sesudah menerima Kristus.
Efesus 4 dan juga bagian-bagian Alkitab yang lain, yang sama-sama menceritakan tentang tujuan, arah pertumbuhan yang Tuhan terus kerjakan di dalam diri semua orang, yaitu supaya kita sesuai tingkat pertumbuhannya, sampai pada kepenuhan Kristus, dan kita bertumbuh di dalam segala hal, segala aspek untuk semakin mencerminkan Kristus. Mencerminkan Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Mencerminkan Kristus artinya kita mencerminkan Allah, kembali hidup memuliakan Allah, yang serupa dan segambar dengan Dia.
Jika kita bicara tentang bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus, itu berarti bertumbuh di dalam berbagai hal, dalam pengenalan kita akan Tuhan. Kembali kita dibawa untuk mengenal Tuhan. Kemudian, kita memiliki relasi cinta dengan Tuhan, kita mencerminkan karakter-karakter Tuhan, karakter Kristus, dan kita melayani. Hidup yang berpusat pada Tuhan, yaitu untuk mengenal Dia, mengasihi Dia, mencerminkan Dia, dan melayani Dia. Bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus. Itu adalah proyek besar Tuhan yang Tuhan sedang kerjakan. Di dalam teologi, hal itu disebut sebagai sebagai sanctification atau pengudusan. Di dalam pemuridan hal itu disebut sebagai menolong orang bertumbuh menjadi murid Kristus, orang-orang yang serupa dengan Kristus, yang adalah Guru. Murid hidup dengan mengikuti teladan Guru, itulah sanctification dan discipleship. Pemuridan dan pengudusan adalah satu hal yang sama, yang dilihat dari 2 sudut pandang yang berbeda.
Suatu saat, seluruh perjalanan sejarah akan sampai pada penggenapannya di mana Kristus datang kembali dan kita masuk di dalam masa depan yang kekal bersama-sama dengan Dia. Dan, di dalam Wahyu 7 ayat 9 sampai 12, ada puji-pujian dari semua orang dari segala suku bangsa dan bahasa, memuji Tuhan selama lamanya. Manusia yang telah ditebus akan memuliakan Tuhan selama-lamanya. Kemuliaan Tuhan kembali masuk dalam konteks ini. Kita yang tadinya sudah ditebus, kita kemudian dikuduskan. Kita yang dikuduskan nanti akan disempurnakan, dimuliakan, kita akan kembali memuliakan Tuhan. Gambaran tentang surga adalah suatu tempat yang dipenuhi kemuliaan Tuhan. Di surga tidak ada matahari dan bulan, katanya, karena kemuliaan Tuhan, kemuliaan anak domba itu yang menjadi penerangnya. Di sana tidak ada Bait Allah, karena ada kehadiran Allah secara langsung di sana. Tuhan dan kemuliaan-Nya menjadi tema besar di dalam surga. Dalam 1 Korintus 13 ayat 12, dikatakan satu pengharapan yang kita nanti-nantikan.
Sekarang ini di dunia, kita mengenal Tuhan seperti melihat dalam cermin, dalam muka yang berselubung, di dalam gambaran yang samar-samar. Sejauh-jauhnya kita berusaha mengenal Tuhan, kita hanya dapat sedikit saja mengenal Tuhan, dan kita perlu terus bertumbuh di dalamnya. Namun, suatu saat -- dikatakan dalam 1 Korintus 13 ayat 12 -- kita akan berjumpa muka dengan muka dengan Tuhan, kita akan mengenal Dia sebagaimana kita dikenal. Bayangkan berjumpa dengan Tuhan dalam seluruh kemuliaan-Nya. Kita berjumpa dengan pribadi yang kudus luar biasa, adil luar biasa, benar, pribadi yang penuh kasih luar biasa, penuh kasih karunia, dan seterusnya. Pribadi yang demikian kita kenali secara samar di dunia, kita akan jumpai secara langsung. Maka kita akan tunduk menyembah, menghormati, melayani Dia selama-lamanya di surga kekal nanti. Manusia akan mengenal Tuhan secara sempurna dan memuliakan Tuhan secara sempurna di surga nanti. Itulah overview, itulah gambaran tentang apa yang Tuhan sedang rencanakan dari awal sampai akhir dalam kehidupan manusia ini.
Maka, dalam katekismus singkat Westminster, yang pertanyaan pertama di sana adalah, apakah tujuan hidup manusia? Jawabannya, tujuan hidup manusia adalah untuk memulikan Tuhan dan menikmati Dia selama-lamanya. What the chief end of man and women? Man's chief end is to glorify God and to enjoy Him forever. Jadi, itu adalah rangkuman tentang kehidupan manusia. Segala sesuatu dari Dia, oleh Dia, kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Dan, kita melakukannya ketika kita kembali mencerminkan gambar Allah di dalam diri kita.
Sinclair Ferguson, memberikan rangkuman demikian. How do we bring glory to God? (Bagaimana kita membawa kemuliaan bagi Tuhan?) The Bible short answer is: by growing more and more like Jesus Christ. (Jawaban singkat Alkitab adalah: dengan bertumbuh semakin serupa dengan Yesus Kristus, di mana Kristus adalah gambaran Allah). Ini adalah rangkuman dari metanarasi, dari cerita kisah Alkitab. Dan, kita tahu mengenai semua ini, karena Alkitab yang menyaksikannya. Bukan sekadar program-program dari lembaga-lembaga pelayanan tertentu tentang pemuridan, tetapi kita sedang melihat tujuan dan rencana Allah dari awal sampai akhir, tentang Dia menciptakan manusia untuk mencerminkan Dia dan memuliakan Dia. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, manusia tidak lagi mencerminkan gambar Allah, tetapi manusia ditebus supaya kita bisa kembali mencerminkan gambar Allah dalam kemuliaan yang semakin besar, dari kemuliaan sampai kemuliaan. Kemudian, suatu saat nanti dalam penggenapan segala sesuatu, kita dimuliakan, kita diperbarui seutuhnya di dalam seluruh totalitas hidup kita, termasuk dan terutama pengenalan kita akan Tuhan. Dan, kita akan memulikan Tuhan selama-lamanya. Itu adalah narasi besar tentang apa itu yang Tuhan kerjakan di sini.
Dalam Kolose 1 ayat 28-29 kita melihat hasrat Pulus, apa yang menjadi tujuan pelayanan Paulus. Mari kita perhatikan perkataannya, "Kami memberitakan tentang Dia dengan menegur dan mengajar setiap orang dengan segala hikmat sehingga kami dapat membawa setiap orang menjadi dewasa dalam Kristus. Untuk itulah, aku juga bersusah payah, berjuang sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku." Jadi, Paulus mengusahakan dan mempergumulkan sesuai dengan kuat kuasa yang bekerja dengan kuat di dalam dia. Apa yang dia usahakan? Supaya tiap-tiap orang sampai kepada kesempurnaan dalam Kristus. Artinya, dia menolong orang bertumbuh. Paulus sedang mengintegrasikan apa yang dia lakukan dengan apa yang Tuhan kerjakan di dalam seluruh dunia, sepanjang sejarah ini, membawa orang-orang semakin mencerminkan dan memuliakan Allah. Itulah yang diusahakan dan pergumulkan, itulah alasan dia melayani. Sebagian di antara kita mungkin sedang aktif sekali terlibat dalam pelayanan. Apakah alasan kita melayani? Apakah kita merindukan supaya orang-orang semakin serupa dengan Kristus? Atau, kita hanya senang dengan aktivitasnya saja? Ada orang yang hobinya bermain sepak bola, ada orang yang hobinya main game komputer, ada orang yang hobinya pelayanan, apakah arti semua itu? Apakah kita memiliki gairah kerinduan mengusahakan dan mempergumulkan supaya tiap-tiap orang bertumbuh dalam keserupaan dalam Kristus atau menjadi murid Kristus?
Craig Etheredge dalam bukunya "Invest in a Few", mengatakan bahwa seorang murid Kristus memiliki definisi sebagai orang yang memilih untuk mengikut Yesus dan bertumbuh semakin serupa dengan Dia. Jadi, murid Yesus itu bukan orang yang ikut kursus Alkitab tentang Yesus, bukan itu. Murid di di sini adalah orang yang meneladani, meneladani ajaran dan mempelajari kehidupan dari gurunya, yaitu Kristus. Seorang murid adalah seorang yang memilih mengikut Yesus, bertumbuh semakin serupa dengan Yesus sebagai guru. Para teolog menyebut hal ini sebagai sanctification atau pengudusan. Itu merupakan proses perubahan dan pembentukan oleh Roh Kudus di dalam diri orang percaya menuju keserupaan dengan Kristus. Keywordsnya sama dengan apa yang Tuhan sedang kerjakan di seluruh sejarah, apa yang disebut sebagai pemuridan dan juga pengudusan.
Matius 28 ayat 19 sampai 20, adalah ayat yang sangat terkenal yang disebut sebagai Amanat Agung. Di sana kalimat utamanya ini adalah kalimat majemuk, tetapi kalimat utamanya, kalimat induknya adalah matheteusate panta ta ethnos, atau jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Jadi, kita bukan hanya diminta bertumbuh semakin serupa dengan Kristus, tetapi kita diminta menjadi bagian dari proyek Allah di seluruh bumi dalam menjadikan semua suku bangsa sebagai murid-murid Kristus, orang-orang yang serupa dengan Kristus. Itulah yang dikerjakan Paulus. Paulus ingin membawa setiap orang kepada kepenuhan, kesempurnaan dalam Kristus. Dia melakukannya, bahkan di tempat-tempat di mana Injil belum diberitakan. Itu yang menjadi bagian kita sekarang. Menjadi murid Kristus bukan hanya berhenti pada diri kita, tetapi kita yang sudah dimuridkan kemudian menolong orang lain menjadi murid Kristus di antara semua suku bangsa.
Menjadi murid Kristus, menjadikan murid Kristus di antara semua suku bangsa di dunia. Itulah inti dari Amanat Agung.
Kita sudah melihat bahwa keseluruhan Alkitab bukan hanya beberapa ayat di dalam Alkitab saja, yang menceritakan rencana penebusan Tuhan, di mana tema besarnya adalah hidup memuliakan Tuhan dan hidup menyerupai Kristus. Pemuridan, pengudusan, adalah satu proyek besar Tuhan yang Tuhan sedang kerjakan di dalam diri semua orang dan Tuhan mengajak kita untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus. Jadi, ini satu proyek yang Tuhan berikan kepada kita, untuk kita terlibat dan berbagian dengan apa yang Tuhan sedang rencanakan dan kerjakan, dan akan selesaikan dalam sepanjang hidup manusia di alam semesta ini.
Tadi kita sudah melihat alasan untuk melakukan pemuridan sebagai penambal, pemuridan sebagai tren, dan pemuridan sebagai percobaan. Yang sebenarnya semuanya itu baik, tetapi tidak cukup mendasar untuk membuat kita memperjuangkan pemuridan ini. Sementara, jika kita melihat seluruh Alkitab yang baru saja kita bicarakan, maka pemuridan adalah sebuah prioritas, sesuatu yang bukan sekadar program. Baik dari jiwa maupun filosofinya, pemuridan adalah menolong orang-orang bertumbuh di dalam segala hal, ke arah Kristus. Dan, untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus tidak bisa dengan cara yang sporadis. Perlu ada intensionalitas atau sesuatu yang bertujuan, bukan hanya kelompok-kelompok kecil yang sporadis. Jangan ketika kita membuat kelompok kemudian kita sebut itu sebagai pemuridan. Ada banyak kelompok kecil yang tidak bisa disebut sebagai pemuridan. Pemuridan dan kelompok kecil bukan hal yang sama. Harus dilihat dulu, apakah pada intensionalitas ada tujuan yang jelas, ada strategi proses yang jelas untuk menolong orang menjadi murid Kristus? Dan, tidak hanya berhenti sampai di situ, orang juga mesti diperlengkapi untuk bisa memuridkan orang lain. Itulah yang di sebut sebagai pemuridan, atau menolong orang bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Pemuridan atau pengudusan merupakan hal yang sangat sentral dari berita Injil, dari berita Alkitab. Dan, kalau itu adalah hal yang sentral dari Alkitab, demikian juga seharusnya merupakan hal yang sentral bagi pelayanan gereja.
Mari kita masing-masing bertanya, apakah pemuridan merupakan sesuatu yang bersifat pilihan? Ataukah itu sesuatu yang sentral dalam tugas dan panggilan gereja? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan mempengaruhi setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin gereja dalam hal komitmen, prioritas, serta penyediaan sumber daya, dan sumber dana yang diberikan. Kalau ini menjadi sentral, maka ketika hal itu berkonflik dengan beberapa prioritas-prioritas yang lain, ini harus mendapatkan jalan tol, jalan utamanya. Kalau itu berbenturan dengan komitmen waktu, komitmen biaya, komitmen yang lain-lain, maka bisa diatur supaya yang utama itu menjadi yang utama, yang tidak utama menjadi yang tidak utama, dan tidak dibalik-balik. Akan tetapi, kalau kita tidak melihat pemuridan sebagai sesuatu yang sentral, sebagaimana yang Alkitab katakan, maka kita akan terus-menerus berdebat tidak ada habisnya dalam masalah komitmen, prioritas, sumber daya, sumber dana, bahkan untuk masalah ruangan yang dipakai dalam kesibukan dari para pengerja dan aktivis gereja dan sebagainya, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika pemuridan tidak ditangkap sebagai suatu prinsip yang biblical, prinsip-prinsip Alkitab di mana prioritasnya sangat jelas, maka kita tidak akan melakukan pemuridan. Atau jika dilakukan pun maka hanya akan sekadar jadi program saja, tetapi secara esensi itu tidak sedang terjadi.
Robert E. Coleman di dalam bukunya The Master Plan of Evangelism mengatakan bahwa setelah dia mempelajari kehidupan Tuhan Yesus, maka pertanyaan kunci yang dia katakan, dituliskan di bagian awal bukunya adalah, "Apakah pelayanan yang sedang kita kerjakan ini sedang menghasilkan murid Kristus yang dewasa dan misioner, yang bisa membawa berita ini kepada suku-suku bangsa, di antara banyak orang yang bukan hanya di dalam sendiri?" Orang dewasalah yang menjadikan semua bangsa murid-Nya, murid Kristus yang dewasa dan misioner. Apakah itu yang sedang terjadi atau pelayanan yang sedang kita lakukan itu sekadar menghasilkan konsumen-konsumen layanan kerohanian yang setia? Apakah yang sedang kita kerjakan? Dan, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat serius yang perlu kita jawab sebagai orang-orang yang sedang melayani Tuhan dalam berbagai level, berbagai bidang. Apakah kita sedang menghasilkan apa yang seharusnya dihasilkan? Murid Kristus yang dewasa, murid Kristus yang bisa memuridkan orang lain lagi, atau hanya sekedar konsumen-konsumen setia?
Pelipatgandaan pekerja adalah jiwa dari pemuridan. Ketika kita dimuridkan, kita diminta untuk memuridkan orang lain sampai ke segala suku bangsa. Jadikanlah semua suku bangsa murid-Ku. Dalam hal ini kita melihat ada dua penekanan. Penekanan yang pertama adalah kita menjadi murid yang mencerminkan Tuhan yang memuliakan Tuhan. Kalau kita tidak melakukan pemuridan maka analoginya kita menjadi seperti sepeda tidak memiliki roda belakang, alias tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sepeda itu memiliki roda depan dan roda belakang, kecuali tentu sepeda akrobat. Guna roda belakang adalah memberikan daya memberikan pendorong, itu yang kita kayuh. Roda depan gunanya adalah untuk memberikan, mengarahkan, itulah misi dan pemuridan. Jadikanlah murid di antara semua bangsa. Itu melihat dua aspek dari Amanat Agung ini. Jadikanlah murid, kita perlu menolong jemaat-jemaat untuk menjadi orang-orang yang dewasa di dalam Kristus, kalau tidak ada orang yang dewasa, bagaimana orang bisa bermisi, bagaimana orang bisa menjangkau, bagaimana orang bisa bertanggung jawab atas kehidupan rohani orang lain, jika dirinya sendiri tidak bertumbuh. Jadi tanpa pemuridan, misi tidak akan berjalan, karena siapa yang mau pergi, seperti roda, ada roda depannya nggak ada roda belakangnya nggak ada roda pendorongnya. Akan tetapi, demikian juga sebaliknya. Tanpa misi, maka pemuridan hanya akan berputar-putar dalam dirinya sendiri. Tidak pernah diarahkan untuk membawa berita ini kepada semua suku bangsa. Pemuridan tanpa misi, pemuridannya hanya akan berkumpul di antara orang-orang Kristen, membahas materi-materi Kristen, menyanyikan lagu-lagu Kristen, di antara orang-orang Kristen sendiri, dengan harapan orang-orang Kristen ini menjadi lebih Kristen untuk kalangan sendiri. Itu bukan discipleship, tetapi recycleship. Jadi, semuanya dipakai untuk kalangan sendiri saja, dan begitu seterusnya. Pemuridan membutuhkan misi untuk punya arah. Jika tidak, pemuridan hanya akan menjadi kegiatan yang berputar-putar saja. Misi membutuhkan pemuridan yang menjadi daya bagi misi. Dua-duanya diperlukan bagi keseimbangan dan pergerakan.
Kita ingin persekutuan tubuh Kristus menjadi tempat-tempat di mana orang-orang menjadi dewasa, dan bukan hanya menjadi dewasa, tetapi orang-orang yang diperlengkapi dan diutus untuk membawa suku-suku bangsa, segala bidang profesi, segala bidang dalam masyarakat yang mereka jumpai. Mereka menjadi orang-orang yang berjumpa dengan Kristus, bertumbuh dewasa dalam Kristus, kemudian juga diperlengkapi untuk menyebar lagi ke dalam lingkungan, jaringan, dan komunitasnya. Itu yang terjadi pada gereja mula-mula, sehingga gereja itu menjungkirbalikkan banyak hal. Kita perlu kembali kepada gairah, kepada keyakinan, kepada pengalaman-pengalaman pribadi langsung mengenai pemuridan ini. Dan, apa dasar dari itu semua? Keyakinan Alkitabiah kita. Tanpa keyakinan Alkitabiah, kita tidak akan sampai ke sana.
Kita juga melihat bahwa ada banyak terjadi kemacetaan dalam pelayanan. Sering kali, kalau kita telusuri-telusuri masalahnya adalah SDM. Kita tidak memiliki orang-orang yang cukup berkualitas, cukup berkomitmen di situ, serta cukup dewasa. Dan, ketika kita ingin agar orang-orang ini mengisi berbagai tempat di berbagai pelosok dunia, pada berbagai bidang dalam masyarakat, mereka harus dewasa, mereka harus dimuridkan, mereka harus mengenal misi Tuhan, dan mereka perlu mengenali tempat dan panggilan mereka. Untuk itu, kita tidak bisa melalaikan pemuridan. Kalau kita tidak melakukan pemuridan, bagaimana bisa terbentuk orang dewasa dalam gereja? Kalau kita tidak melakukan pemuridan, bagaimana orang menempati tempat dan panggilannya? Oleh karena itu, kalau kita tidak melakukan pemuridan, kita sedang melumpuhkan diri kita sendiri sebagai gereja.
Pemuridan bukan pilihan. Pemuridan adalah keyakinan Alkitabiah, bahwa ketika orang-orang menjadi murid Kristus, dia bukan hanya sekadar menjadi dewasa, tetapi juga menjadi sarana untuk menolong orang lain menjadi dewasa. Dan, itulah sebabnya kita harus meyakini pemuridan sebagai suatu prioritas yang besar. Dan, pemuridan ini harus mengarah kepada misi, harus mengarah pada memperlengkapi orang-orang untuk mengenali tempat dan panggilannya, lalu mengerjakannya dengan setia di dalam dunia yang Tuhan berikan. Kalau sekadar untuk mengelola gereja, itu sebenarnya panggilan yang baik juga. Akan tetapi, apakah di dalam gereja ini orang-orang bertumbuh menjadi dewasa? Dan, apakah orang-orang yang tadinya tidak bertumbuh ini kemudian akhirnya bertumbuh dan mulai bisa mengambil tanggung jawab rohani dalam pertumbuhan orang lain? Jika orang-orang yang semacam ini dilipatgandakan, maka itulah yang Paulus katakan. "Itulah yang kupergumulkan, itulah yang kuusahakan dengan segala tenaga sesuai dengan kuat kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku, agar tiap-tiap orang sampai dengan kesempurnaan di dalam Kristus." Dan, ketika mereka sampai di sana, mereka akan bisa menolong orang lain untuk melakukan perjalanan yang sama.