Eksposisi Narasi adalah sebuah metode sederhana tapi mendasar agar kita dapat menggali cerita dalam Alkitab selama melakukan kegiatan pendalaman Alkitab pribadi maupun berkelompok. Materi ini dikembangkan oleh Langham Preaching Indonesia sudah sejak lama, tetapi disesuaikan kembali sejak pandemi merebak dan orang-orang harus lockdown di rumah masing-masing. Penyesuaian terhadap metode ini diperlukan untuk dapat dipakai juga oleh para hamba Tuhan di pedalaman. Bagi jemaat di kota-kota besar, lockdown mungkin tidak menjadi masalah. Namun lain halnya dengan jemaat di pedesaan atau pedalaman yang tidak mempunyai akses internet memadai. Kebaktian hari Minggu pun harus dilakukan di rumah masing-masing dengan segala keterbatasan bahan, teknologi, dan waktu serta tenaga hamba Tuhan yang melayani.
Langham Preaching Indonesia rindu untuk membekali setiap kepala keluarga agar dapat membuat renungan sendiri. Dengan demikian setiap keluarga Kristen dapat mendirikan rumah tangga dan keluarganya di atas batu karang yang kokoh, yaitu Firman Tuhan. Sehingga diharapkan setiap rumah tangga dan keluarga Kristen dapat bertahan melewati masa-masa sulit seperti pandemi ini. Tuhan pasti rindu melihat setiap keluarga bersekutu dan hidup berlandaskan firman-Nya.
Allah kita adalah Allah yang mau berbicara kepada kita. Seperti Bapa yang ingin mendidik anak-anaknya secara langsung. Ia bahkan mengutus Yesus yang adalah Firman untuk menjelma menjadi manusia dan hidup serta berbicara secara langsung kepada manusia. Roh Kudus pun diberikan-Nya untuk menuntun kita memahami kehendak Allah dan juga Firman-Nya yang tertulis di dalam Alkitab.
Sejak dulu, Allah ingin berbicara kepada umat manusia melalui kehidupan bangsa Israel. Sebelum ada gulungan tulisan dan buku, cerita-cerita tersebut diwariskan turun temurun secara lisan. Begitu pula pada saat ini, Allah sering berbicara kepada kita dengan bernarasi. Oleh sebab itu melalui metode Eksposisi Narasi, kita dapat belajar menggali cerita dalam Alkitab untuk mengerti kehendak Allah bagi kita. Berikut adalah 7 langkah dalam metode Eksposisi Narasi:
1. Pilihlah satu narasi cerita Alkitab
Usahakan memilih cerita yang tidak terlalu panjang. Jika memang kisahnya panjang, kita dapat membaginya menjadi beberapa bagian. Tujuan kita adalah menghafal cerita tersebut, jadi pastikan agar ceritanya tidak terlalu panjang.
2. Membaca dan memahami cerita
Saat membaca suatu cerita Alkitab, bacalah dengan tujuan memahami alur ceritanya (plot). Cermati pula hal-hal yang dijabarkan dengan terperinci dan hal-hal yang disebutkan sambil lalu.
3. Membagi cerita menjadi beberapa bagian
Tujuan membagi cerita ke dalam beberapa bagian adalah supaya memudahkan kita mengingat urutannya dengan benar. Setelah dibagi, tetapkan satu kata kunci untuk masing-masing bagian. Kata kunci ini dapat berupa kata kerja, kata benda, atau frase kata apapun yang menjadi inti dari bagian cerita tersebut.
4. Pilih satu bagian penting untuk direnungkan
Dalam perenungan, kita dapat memilih untuk fokus pada satu bagian saja yang kita anggap paling penting. Jadi pilih satu bagian yang penting dan alasan mengapa bagian itu penting.
5. Cari kaitan bagian penting tersebut dengan kita secara pribadi.
Kita menganggap sesuatu sebagai hal yang penting, sedikit banyaknya pasti karena hal itu memiliki kaitan pribadi dengan kita.
6. Memilih fokus dari satu cerita sebagai klimaks
Semua cerita Alkitab adalah baik dan penting. Tetapi untuk membuat suatu klimaks supaya menarik, kita pilih satu bagian yang menurut kita penting.
7. Aplikasi
Kita mencari pelajaran dari cerita Alkitab tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Demikianlah 7 langkah sederhana dari metode Eksposisi Narasi. Dengan struktur yang sederhana ini, harapannya metode ini dapat dilakukan di rumah-rumah oleh orang awam yang tidak mengenyam pendidikan teologi sekalipun.
Berikut contoh dari penggunaan metode Eksposisi Narasi ini langkah demi langkah:
Misalkan kita ambil cerita Alkitab dalam Matius 8:14-17. Pertama-tama kita perlu membaca dan berusaha untuk memahami konteksnya. Kemudian kita dapat membagi cerita ini ke dalam beberapa bagian, misal 4 bagian. Kemudian kita pilih kata kunci untuk setiap bagian tersebut.
- Bagian pertama adalah Yesus ke rumah Petrus bertemu dengan ibu mertua yang sakit demam (Kata kunci: rumah).
- Bagian kedua adalah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus, lalu ibu mertua Petrus melayani Dia (Kata kunci: menyembuhkan).
- Bagian ketiga adalah Yesus menyembuhkan banyak orang sakit dan membebaskan orang yang kerasukan roh jahat (Kata kunci: banyak orang).
- Bagian keempat adalah penggenapan firman bahwa Yesus yang memikul dan menanggung penyakit kita (Kata kunci: penggenapan).
Kemudian langkah selanjutnya adalah menceritakan kembali dan merenungkan cerita tersebut. Misalnya, setelah direnungkan kita memilih bagian 1 yang akan menjadi fokus. Konteks ceritanya pada saat itu adalah Yesus mau datang ke rumah ibu mertua Petrus yang pastinya sudah tidak muda lagi. Sakit yang dialaminya adalah demam yang tidak tergolong penyakit berat. Namun Yesus tetap mau datang untuk melakukan pelayanan ke rumah murid-Nya. Hal ini penting karena menunjukkan Yesus tidak hanya melayani di depan orang banyak, namun juga pelayanan dari rumah ke rumah untuk penyakit yang tergolong tidak berat.
Kemudian kita perlu mencari keterkaitan hal tersebut dengan diri kita, yang dalam hal ini berarti Yesus peduli pada setiap kita dan masalah sekecil apapun yang kita hadapi. Ia peduli dan mau kita melibatkan-Nya dalam hidup kita. Selanjutnya, kita perlu merenungkan apa yang dapat diterapkan dari pelajaran yang diperoleh dari cerita Alkitab tersebut.
Namun, ternyata metode ini tidak berhenti sampai pada langkah ketujuh saja. Langkah berikutnya adalah bagaimana kita mencari peran Tuhan di dalam cerita Alkitab. Alkitab adalah cerita milik Tuhan. Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya di dalam cerita-cerita tersebut. Jika kita membaca atau menceritakan cerita Alkitab, lalu peran Allah belum terlihat melalui cerita itu, maka cerita tersebut belum selesai.
Jadi terdapat suatu kepastian bahwa dalam setiap cerita pasti ada peranan atau pekerjaan Allah yang bisa kita lihat. Hal ini adalah suatu kepastian, walaupun tidak ada nama Allah yang disebutkan dalam cerita tersebut. Allah yang dimaksud di sini adalah Allah Bapa, Tuhan Yesus, maupun Roh Kudus. Dengan kepastian bahwa setiap cerita pasti memiliki pelajaran dari Allah untuk kita petik, maka kita bisa yakin bahwa cerita dan kehidupan kita sehari-hari juga penuh dengan peranan, perkataan, pekerjaan atau bahkan juga didikan Allah.
Dengan menggunakan metode Eksposisi Narasi ini, cerita Alkitab yang sama sekalipun akan dapat memberikan pelajaran yang berbeda ketika di lain kesempatan kita membacanya dan berfokus pada bagian penting yang berbeda. Jadi mari kita bercerita dengan baik dan benar, dan yang terpenting tidak lupa menceritakan peranan Tuhan di dalam setiap cerita tersebut.