Pada artikel ini, kita akan membahas tentang hubungan antara Alkitab pada era digital dengan kecerdasan digital dan sebagai orang Kristen, DQ seperti apa yang menjadi sasaran kita? SABDA sudah 25 tahun melayani dalam pelayanan digital, melayani para generasi digital dan masyarakat digital. Dan dalam menjalankan pelayanan ini, SABDA tentunya tidak hanya berjalan dan bergerak sendiri. SABDA menggandeng masyarakat pada era digital saat ini, mengedukasi mereka, dan menolong gereja supaya memiliki mindset yang benar terhadap teknologi. Dan mindset yang SABDA gunakan terhadap teknologi, yang juga menjadi visi dari yayasan lembaga SABDA adalah IT4GOD (IT for GOD).

IT for God artinya adalah teknologi berasal dari Tuhan dan harus dipakai untuk kemuliaan Tuhan. Dan landasan yang SABDA gunakan adalah Kolose 1:16-17. Selama 25 tahun ini, mindset SABDA terhadap teknologi tidak pernah berubah, dan tentunya ini tidak selalu berjalan mulus, SABDA menjalankannya dengan penuh pergumulan dan tantangan. Tetapi SABDA sangat sadar, bukan hanya SABDA yang mengalami hal tersebut, masyarakat pada era digital ini juga mengalami tantangan yang luar biasa, dikarenakan dampak pergeseran mindset terhadap teknologi.

Dampak ini sangat terlihat pada masa pandemi saat ini. Banyak sekali perusahaan, organisasi, dan gereja yang harus jungkir balik, harus putar arah melakukan tanggap cepat. Dari berpikir secara tradisional menjadi berpikir secara digital. Karena kalau tidak, usaha atau organisasi mereka akan mati. Dampak ini juga secara jelas terlihat dalam kecerdasan dasar manusia. Jika dahulu IQ, EQ, bahkan SQ merupakan kecerdasan yang harus diperhatikan manusia untuk mencapai kesuksesan dalam hidup mereka, kecerdasan pada era digital juga harus dilengkapi dengan kecerdasan digital. Kecerdasan digital ini adalah kebutuhan utama dari identitas budaya manusia pada zaman ini, baik generasi X,Y, Z maupun alfa semua harus berusaha mencapai kecerdasan digital yang baik, agar dapat menjadi warga negara digital yang sehat. Kecerdasan digital pun, sangat memengaruhi seluruh bagian kehidupan manusia, termasuk IQ, EQ, dan SQ.

Sebagai orang Kristen pada era digital ini, ketika berbicara tentang kecerdasan digital, apa yang kita pikirkan, bagaimana kita mengadaptasi, dan bagaimana kita menerapkan digital quotient atau kecerdasan yang harus dimiliki oleh seorang warga negara digital untuk menjalani hidup digital yang sehat, secara khusus sebagai orang Kristen? Dalam hal IQ, berbicara dari mindset sekulernya, baik itu tentang pikiran, kepandaian, dan kebijaksanaan yang berasal dari kedagingan manusia untuk kepentingan diri. Semuanya berfokus untuk pengembangan diri, kemajuan diri, dan kompetensi. Tetapi ketika kita berbicara IQ dari sudut pandang atau dari segi kekristenan, kita juga berbicara tentang, bagaimana IQ tersebut dapat kita pakai untuk kemuliaan Allah. Karena sebagai orang percaya, kita pasti sudah mengetahui, bahwa pikiran dan kepandaian yang kita miliki, itu semua berasal dari Kristus, berarti harus menuju kepada Kristus, dan harus kita gunakan untuk kemuliaan Allah.

Sama halnya dengan EQ, secara sekuler EQ juga berbicara tentang kasih, emosi, dan relasi. Semuanya itu kembali kepada hubungan sesama manusia yang bersifat kedagingan, dunia, dan kepentingan diri sendiri. Tetapi ketika kita berbicara tentang EQ dari sudut pandang atau mindset Kristen, kita berbicara tentang kasih, hati Allah, yang mencerminkan apa yang Allah inginkan untuk kemuliaan-Nya. Sama halnya dengan SQ, SQ itu dimiliki oleh agama manapun, tidak hanya Kristen saja. Secara umum, SQ berbicara tentang kebaikan, bagaimana setiap orang memiliki moral-moral yang baik dalam hidup mereka, sehingga mereka bisa punya nilai-nilai yang baik untuk menjalankan kehidupan di dunia ini. Tetapi sebagai orang percaya, pengembangan spiritual quotient kita seharusnya adalah tentang Kristus, menjadi serupa dengan Kristus, dan bukan tentang aku.

Sebagai orang percaya pada era digital ini, seperti apa DQ yang harus kita miliki? Bagaimana seharusnya mindset kita sebagai orang percaya sehubungan dengan DQ? Secara umum DQ memiliki 2 aspek yaitu, values dan skill, yang kita butuhkan untuk menjalani kehidupan sebagai warga negara digital. Dalam dunia digital, nilai DQ kita harus tinggi, supaya tidak tergilas dan tidak sesat. Tetapi kita harus melihat dan menyadari, bahwa nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang dibangun dalam teori DQ ini, berdasarkan pada mindset yang sekuler atau duniawi. Nilai-nilai dunia akan membawa seseorang kepada kepentingan diri sendiri. Sebagai orang percaya, bagaimana kita harus mendasarkan DQ kita? Tentunya dengan mendasarkannya kepada Kristus. Mindset kita terhadap kecerdasan harus didasarkan pada identitas kita dalam Kristus.

Sehubungan dengan DQ, bagaimana seharusnya kita menghidupi identitas kita dalam Kristus pada era digital ini? Kita tahu bahwa teknologi sumbernya dan tujuannya untuk Tuhan. Jadi, semua teknologi harus digunakan untuk Tuhan dan harus didasarkan kepada kebenaran firman Tuhan. Berdasarkan DQ umum, ada 8 keterampilan digital yang harus dimiliki oleh warga negara digital untuk meningkatkan nilai DQ. Dan, apa yang dikatakan firman Tuhan tentang 8 hal ini?

1. Identitas
Meski dalam dunia digital, kita harus selalu ingat bahwa identitas kita adalah ciptaan baru dalam Kristus. Seperti yang tertulis dalam 2 Korintus 5:17, dengan tepat mengatakan kepada kita, siapa yang ada dalam Kristus ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu dan sesungguhnya yang baru sudah datang.

2. Penggunaan waktu (Time management)
Dalam penggunaan waktu, kita perlu memiliki hikmat karena waktu yang ada itu adalah waktu dari Tuhan, yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Jadi, kita harus bisa mengatur waktu kita dengan baik. Seperti yang tertulis dalam Efesus 5:16, pergunakanlah waktu yang ada karena hari ini adalah jari-hari yang jahat.

3. Etika
Dalam dunia digital, sebagai orang percaya, kita perlu menjaga etika. Seperti yang dikatakan dalam Kolose 3:23, apa pun juga yang kita perbuat, kita harus berbuat itu dengan segenap hati kita seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Ini akan menjadi pagar yang sangat penting bagi kita, untuk berhati-hati dalam bertindak.

4. Keamanan
Sebagai orang percaya, kita perlu memperhatikan keamanan pada era digital karena dunia digital ini adalah dunia yang gelap dan jahat. Ketika kita tidak memperhatikan keamanan kita, maka kita bisa tergilas di dalamnya dan tersesat. Namun, yang menjadi dasar amannya di sini adalah dalam Tuhan, bukan dalam dirinya sendiri. Seperti yang tertulis dalam Yosua 1:7, sangat jelas dikatakan bahwa kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa, janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.

5. Privacy
Sebagai orang percaya, kita harus menyadari sepenuhnya bahwa privasi kita adalah privasi yang tersembunyi bersama Kristus dalam Allah, ke mana pun kita pergi. Sebagai warga negara digital, dengan kesadaran ini, kita akan berhati-hati dengan privasi kita maupun privasi orang lain. Seperti yang tertulis dalam Kolose 3:3, sebab kamu sudah mati dan hidupmu tersembunyi bersama Kristus dalam Allah.

6. Berpikir kritis
Sebagai orang percaya, dalam dunia digital, kita haruslah berpikir kritis. Apa pun yang kita kembangkan, apa pun yang kita pikirkan, semua harus berdasarkan kepada kebenaran firman Tuhan dan harus didasarkan kepada Alkitab.

7. Duta Allah
Sebagai orang percaya, kita adalah duta Allah, wakil Kerajaan Allah. Baik dalam dunia nyata, maupun dalam dunia digital, kita harus ingat, rekam jejak-jejak kita adalah rekam jejak yang harus membawa orang lain menuju Kristus.

8. Kepedulian
Dalam hal kepedulian, kita harus selalu ingat bahwa Allah kita adalah Allah yang peduli. Jadi, mari sebagai orang yang percaya dalam dunia digital, kita harus mengembangkan rasa kepedulian kita berdasarkan kasih Allah, mencerminkan kasih Allah kepada orang lain dan itu harus berdampak pada orang lain.

Berdasarkan firman-Nya, pada era digital ini, kita harus memiliki christian digital quotient atau kecerdasan digital kristiani, yang dapat menolong kita menjadi warga negara digital yang cerdas ini, yang mencerminkan karakter Kristus, yang memuliakan Tuhan.

Untuk mendapatkan christian digital quotient yang tinggi dan yang baik dalam kehidupan kita, digital biblical quotient atau DBQ (Firman Tuhan) adalah jawabannya. Supaya kita bisa mencapai arah menjadi serupa dengan Kristus, kita harus hidup berdasarkan kebenaran firman Tuhan sehingga kita akan menjadi orang percaya pada era digital, yang memiliki tingkat kecerdasan digital yang tinggi, yang didasarkan kepada firman Tuhan. Target kita adalah menjadi orang Kristen yang cerdas pada era digital, dan hal itu juga yang akan membawa kita semakin serupa dengan Kristus, itulah yang dinamakan CDQ.

Biblical quotient terdiri dari biblical intelligent, biblical literacy, dan juga biblical responsibility. Dan, jika ketiganya ini dikombinasi, maka akan bertumbuh dengan baik, dan kita akan memiliki biblical motority atau kedewasaan Alkitab. Kedewasaan Alkitab akan membawa kita semakin serupa dengan Kristus. Dan, inilah yang menjadi DBQ kita, biblically relevant life in a digital world. Kita memiliki digital bible quotient dan memiliki kedewasaan Alkitab pada era digital ini. Dan, ketika kita bisa mencapai DBQ, kita akan menjadi orang Kristen dengan digital quotient yang tinggi. Kita akan melihat bahwa gereja kita dapat menjadi gereja yang pintar dan kita juga bisa menjadi orang-orang Kristen yang pintar dengan berlandaskan Alkitab pintar. Dengan Alkitab pintar (smart bible), kita bisa menjadi orang sangat luar biasa pada era digital ini.

Banyak generasi digital sekarang ini mengalami buta Alkitab. Dan, ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya orang Kristen yang memandang segala sesuatunya, termasuk memandang dunia digital dengan cara pandang dunia, dan bukan dari kacamata Alkitab. Buta Alkitab, akan mengakibatkan banyak orang percaya tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang firman Tuhan. Dan, akhirnya, tidak dapat hidup bertanggung jawab sesuai dengan firman Tuhan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Yang pertama, orang Kristen tidak lagi membaca Alkitab, tidak lagi rutin membaca Alkitab, dan tidak ada lagi disiplin untuk membaca Alkitab. Yang kedua, kalaupun mereka membaca Alkitab, mereka hanya sekadar membaca.

Kebutaan kita terhadap Alkitab akan semakin parah, ketika kita tidak memahami peran utama Alkitab. Kita hanya melihat Alkitab sebagai literatur, sebagai cerita, padahal Alkitab itu adalah otoritas hidup kita, dialah yang menuntun kita, menjadi panduan hidup kita, dan terang kehidupan kita. Baik dalam dunia secara nyata maupun dalam era digital, kalau sudah buta Alkitab, apakah CDQ dan DBQ dapat tercapai? Hasilnya, mungkin orang percaya makin pintar digital, tetapi tersesat dalam gelapnya dunia digital. Oleh karena itu, orang percaya atau generasi digital harus didasari oleh firman Tuhan.

Dalam perkembangannya, Tuhan juga menuntun SABDA, untuk bergerak dalam gerakan #AYO PA! Melalui gerakan ini, orang percaya pada era digital ini bisa memiliki digital bible quotient yang tinggi, sehingga bisa menghasilkan christian digital quotient yang tinggi pula. Gerakan #AYO PA! ini adalah gerakan untuk mendidik masyarakat digital, agar memiliki pondasi dengan digital tools, digital method, dan digital resources. Filosofi dari setiap simbol ayo pa ini tidaklah sembarangan. Tanda pagar mewakili dunia digital, kata ayo adalah ajakan yang penuh semangat dan antusias, sedangkan kata PA adalah Pendalaman Alkitab. Yang artinya, dengan penuh antusias kami mengajak kita semua untuk bertumbuh melalui pendalaman Alkitab, pemahaman Alkitab, dan penggalian Alkitab setiap hari. Sedangkan tanda seru artinya adalah sesuatu yang harus kita lakukan sekarang dan tidak dapat ditunda.

SABDA sudah membuat banyak sekali konten untuk belajar Alkitab. Bahannya banyak, metodenya ada, semua itu dibuat untuk belajar Alkitab lewat situs, aplikasi, alkitab audio, dan bot. Semuanya dilakukan dari berbagai jalur, supaya tidak ada alasan lagi bagi orang percaya untuk tidak belajar firman Tuhan. Selain itu, kita juga bisa belajar Alkitab dengan cara yang menyenangkan dan dengan berbagai macam media. Sehingga semua ekosistem ini di buat menjadi satu ekosistem, yaitu Alkitab yang terbuka, Alkitab digital untuk generasi digital, yang menjadi dasar dari Alkitab pintar. Alkitab pintar pada era digital sudah siap sehingga memungkinkan setiap orang percaya dapat memiliki christian digital quotient yang tinggi dan digital biblica quotient yang tinggi untuk menolong kita terus mengalami pertumbuhan rohani setiap harinya. Alkitab pintar tujuannya bukan supaya kita pintar, tetapi supaya kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, dan agar kita tidak tersesat dalam dunia digital saat ini.