Persekutuan Evangelisasi Anak (PEA) adalah sebuah lembaga pelayanan anak di Indonesia yang berdiri pada 11 Oktober 1963 di bawah naungan Yayasan Persekutuan Untuk Pekabaran Injil (YPUPI). YPUPI ini juga menaungi lembaga lainnya seperti Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus, Lembaga Rekaman Injil Indonesia, Lembaga Pengembangan Pelayanan Sunda (budaya Sunda). Pendiri PEA adalah Ibu Adelaide Johnson-Heath dari Amerika. Beliau mengabdikan dirinya untuk melayani anak-anak, guru-guru sekolah minggu, dan para pelayan anak di seluruh Indonesia. Tujuan didirikannya PEA adalah untuk memberitakan Injil kepada anak-anak sedini mungkin. Fokus PEA kepada anak-anak berlandaskan pada 2 Timotius 3:15. Ayat tersebut mengatakan, "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus."
Mengapa PEA melayani anak-anak?
1. Merupakan perintah Tuhan
2. Anak-anak sejak kecil terbuka untuk mendengar berita Injil. Dan, menurut Matius 18, anak-anak punya kesanggupan yang sangat besar untuk percaya kepada Tuhan Yesus.
3. Anak-anak rentan diserang oleh lingkungannya sendiri.
4. Menyelamatkan seseorang pada masa kanak-kanaknya berarti menyelamatkan seluruh masa hidupnya.
5. Menggenapi firman Tuhan dalam Matius 18:14, "Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.
Untuk melakukan misi PEA ini di dalam pelayanan anak, terdapat beberapa program yang disusun sebagai berikut:
1. Program pertama, PEA melakukan pelayanan langsung kepada anak melalui program yang bernama Pondok Gembira. Pondok Gembira adalah kegiatan komsel anak seminggu sekali di luar hari Minggu. Pondok Gembira ini dilakukan di rumah-rumah anak secara bergantian untuk melengkapi pelayanan anak di gereja.
2. Program kedua, PEA melakukan pembinaan guru. Program ini berfokus untuk melatih guru dalam mengajar. Pembinaan ini diadakan di Bandung dua kali dalam setahun. Setiap kalinya, terdiri dari 15-16 pertemuan. Dalam pembinaan ini, PEA melengkapi guru sekolah minggu dengan dasar-dasar pelayanan anak.
3. Yang ketiga, PEA mengadakan seminar Paskah setiap tahunnya. Dalam kegiatan ini, PEA mengundang semua guru sekolah minggu se-Bandung. Meskipun demikian, banyak peserta dari luar kota yang juga mengikuti acara setahun sekali ini. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperlengkapi setiap guru sekolah minggu untuk melayani anak-anak dalam masa Paskah. Agar setiap guru dilengkapi dengan dasar-dasar teologia yang benar, dan juga dilengkapi dengan cerita baru serta alat peraga baru untuk melayani anak-anak.
4. Yang keempat, PEA mengadakan program teacher training. Tujuan dari kegiatan ini adalah melengkapi guru sekolah minggu yang terpanggil dan berkarunia untuk menjadi trainer guru sekolah minggu lainnya. Kegiatan ini diharapkan dapat mempersiapkan guru-guru sekolah minggu untuk menjadi trainer-trainer (pembina) sekolah minggu di daerahnya masing-masing.
5. Yang kelima, PEA mengadakan diklat Natal. Melalui diklat Natal, PEA berusaha menolong guru-guru sekolah minggu untuk mempersiapkan alat peraga, ide kegiatan untuk perayaan Natal bersama anak, dan lain sebagainya.
6. Yang keenam, PEA melakukan pelayanan keluar pulau dan juga keluar kota. PEA sangat terbuka untuk bekerja sama dengan gereja-gereja atau lembaga Kristen lain yang juga melayani guru dan anak. Fokus PEA adalah melatih sebanyak mungkin guru di daerah-daerah, bukan hanya KKR dan PI anak. Dengan melatih para guru di daerah-daerah, diharapkan para guru tersebut dapat menjadi tim lokal yang siap memperlengkapi guru-guru baru.
Selain program-program di atas, operasional kegiatan PEA juga didukung oleh kantor-kantor cabang yang tersebar di banyak kota di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Medan, dan Manado.
Begitu banyak ribuan anak di Indonesia yang perlu mendapatkan pelayanan dan menantikan berita kasih Tuhan. Ada banyak anak-anak di sekitar kita menantikan Tuhan. Jadi, pelayanan anak merupakan ladang yang sangat luas. Dalam Matius 9:37, "Tuaian memang banyak. tetapi pekerja sedikit." Tetapi ayat 38 berkata, "mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Ini yang juga menjadi bagian dari panggilan PEA. PEA memperlengkapi guru untuk menjadi pekerja-pekerja yang melayani anak.
Hal pertama yang menjadi dasar pelayanan misi untuk anak-anak adalah panggilan dari Tuhan. Pelayanan anak begitu luas, maka perlu banyak karunia dan talenta yang mengerjakannya. Dalam 1 Korintus 12:1 berbicara tentang karunia. Pada ayat 28 dikatakan, "Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai Rasul, kedua sebagai Nabi, ketiga sebagai Pengajar..." Dalam Efesus 4, Tuhan yang memberikan rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pengajar di tengah-tengah jemaat. Jadi, penting bagi kita untuk mengenali panggilan kita. Menurut firman Tuhan kedudukan pelayan anak di hadapan Tuhan sangatlah terhormat. Matius 18:5 mengatakan, "Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Tuhan memberikan kepercayaan besar bagi kita untuk menjangkau anak-anak.
Yang kedua, kita harus mengenali karunia kita. Apakah karunia kita sebagai pengajar, sebagai orang yang mengembangkan kreativitas, sebagai orang yang mengembangkan pelayanan digital, dsb.. Setiap orang punya karunia yang berbeda, sehingga memiliki posisi yang berbeda di dalam pelayanan. Penjangkauan terhadap anak-anak adalah visi dari Tuhan seperti tertera dalam Lukas 19:10, "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Sementara itu, terdapat pula misi dari Tuhan yang tercantum dalam Amanat Agung (Matius 28:18-20). Anak-anak adalah bagian dari Amanat Agung dan bagian dari misi Tuhan. Sebab itu, penting sekali kita menyadari bahwa kita perlu mengambil bagian dalam penjangkauan terhadap anak-anak.
Yang ketiga itu, kita perlu tahu hal apa yang perlu dikerjakan. Apa saja yang perlu dilakukan untuk menjangkau anak-anak.
Yang keempat, diperlukan komitmen. Pelayanan anak tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Terkadang pelayanan ini dapat berlangsung bertahun-tahun, maka dari itu diperlukan komitmen yang kuat. Komitmen ini juga diperlukan untuk melahirkan murid-murid atau orang-orang yang mau melanjutkan penjangkauan anak (pelipatgandaan pekerja). Jadi, dalam mengerjakan pelayanan anak harus disertai juga dengan konsistensi. Komitmen dan konsistensi ini dapat terasa lebih ringan dijalani apabila kita benar-benar memiliki passion dan panggilan dalam melayani anak-anak.
Bagaimana memulai pelayanan misi terhadap anak-anak?
Terkadang kita berpikir bahwa pekerjaan misi harus sesuatu yang besar dan harus pergi ke tempat yang jauh. Tetapi ternyata tidak. Misi pelayanan anak dapat dimulai dengan menggunakan kesempatan yang ada. Misalkan kita berprofesi sebagai guru les privat, maka pelayanan anak dapat dimulai dari sana. Ajak anak-anak les untuk berkomunikasi di luar jam les, kemudian ajak berkegiatan di luar jam les. Tentunya perlu membina hubungan baik juga dengan para orang tua mereka. Kegiatan di luar jam les dapat diarahkan untuk melakukan pelayanan khusus seperti pondok gembira. Selain itu, dalam setiap pertemuan les, para guru juga dapat mengarahkan anak-anak untuk mendengarkan Injil. Pada intinya, gunakan semua kesempatan yang ada. Tidak harus menunggu jumlah anak-anak yang dilayani banyak. Begitu pula pelayanan terhadap para guru sekolah minggu, tidak perlu membuat acara besar dengan sejumlah besar guru yang diundang mengikuti training. Layani seberapapun yang bersedia dilayani.
Hal yang juga penting adalah bersedia melakukan kerjasama dengan siapa saja. Baik dengan teman, gereja, sekolah, lembaga, dan organisasi lain.
Kemudian, hal yang juga tidak kalah penting adalah melatih guru. Perlu disadari bahwa melakukan pelayanan misi anak tidak dapat dilakukan sendiri. Melalui lembaga PEA, guru-guru dilatih untuk menyiapkan anak-anak mengenal misi. Pelatihan guru dilakukan dengan kursus/latihan pengajar. Terdapat training baca tulis untuk guru-guru TK dan tidak hanya untuk guru-guru Kristen saja. Jadi, PEA mempunyai paket khusus untuk training guru.
Selanjutnya, perlunya menanamkan visi misi kepada anak-anak melalui pengajaran firman Tuhan dan aktivitas di sekolah minggu. Pengajaran ini berdasarkan kurikulum yang terstruktur. Diperlukan pula bahan-bahan bebas pakai untuk menyusun bahan belajar, yang juga dapat diperoleh dari bahan-bahan yang SABDA sediakan. PEA berusaha menanamkan misi kepada anak-anak melalui pengajaran firman Tuhan. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak-anak merespon panggilan Tuhan di ladang misi.
Pelayanan apa saja yang sudah PEA lakukan?
PEA melatih anak-anak untuk menyampaikan Injil dalam bahasa mereka. Jadi, menanamkan kerinduan bermisi kepada anak-anak sejak dini. Mengajarkan bahwa di dunia ini ada begitu banyak orang yang terhilang dan membutuhkan kasih Tuhan Yesus.
PEA juga melayani anak-anak berkebutuhan khusus melalui ibadah setiap hari Sabtu. Anak-anak berkebutuhan khusus ini diajak berdoa bagi jiwa-jiwa. Anak-anak tersebut juga berhasil menghafal ayat hafalan dengan menyusun alat peraga yang disediakan. Ada beberapa kakak pembimbing yang memiliki karunia untuk melayani anak berkebutuhan khusus. Melalui kakak-kakak pembimbing tersebut, anak-anak tersebut mendengarkan berita Injil dan bahkan mereka punya hati memikirkan orang lain juga.
Berikutnya adalah menantang anak-anak untuk merespons panggilan Tuhan melalui beragam aktivitas. Setiap guru sekolah minggu, penginjil, dan hamba Tuhan lainnya dilatih untuk menyampaikan Injil secara sederhana kepada anak-anak. Terdapat 7 kartu Injil yang sederhana dan jelas dalam bahasa anak yang dapat menjadi acuan agar anak-anak dapat menyampaikan Injil di depan teman-temannya. Lalu anak-anak juga didorong untuk menyampaikan Injil kepada orang tuanya atau adik kakaknya di rumah. Hal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Rasul Paulus berkata bahwa kita harus menanamkan hati Tuhan pada anak-anak dengan berbagai cara.
PEA mengembangkan sebuah alat bantu untuk anak-anak mengenal misi dan mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang. Terdapat satu buku doa kecil berisi pokok-pokok doa bagi anak-anak. Jadi, anak-anak didorong untuk senang berdoa, baik berdoa untuk keluarganya, negara, gereja, orang-orang sakit, dan untuk suku-suku yang ada di Indonesia, bahkan untuk suku-suku yang ada di dunia.
PEA juga mengadakan SIL (Sekolah Injil Liburan) atau SAL (Sekolah Alkitab Liburan), atau retreat anak-anak. Dalam kegiatan ini, kita memperkenalkan misi kepada anak-anak melalui pendekatan budaya. Misalnya, satu ruangan kelas didekorasi dengan menggunakan atribut budaya suku tertentu. Kemudian anak-anak masuk ke ruangan tersebut dan diperkenalkan budaya suku tersebut. Kemudian anak-anak diajak untuk berdoa bagi suku tersebut. Hal lain yang juga dapat dilakukan adalah mendekorasi ruangan seperti ruang keluarga, dengan guru-guru berperan sebagai ayah dan ibu. Lalu anak-anak yang datang berperan sebagai anak-anak dalam keluarga tersebut, kemudian mereka diajak berdoa. Hal ini mengajarkan anak-anak nyaman untuk berdoa kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. Jadi, ada banyak cara yang dapat dikerjakan untuk menanamkan misi pada anak-anak. Kita hanya perlu kreatif dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyampaikan hati Tuhan pada anak-anak.
Apa yang hendak kita wariskan kepada anak-anak?
Yang pertama, mari kita wariskan iman kepada Kristus Yesus kepada mereka sejak masa kanak-kanak mereka. Untuk itu, kita perlu membekali para guru yang mengajar anak-anak tersebut. Kualifikasi pertama yang harus dimiliki seorang guru bukanlah gelar sarjana. Namun yang terutama adalah bahwa seorang guru haruslah percaya kepada Tuhan Yesus dan memiliki kesanggupan untuk memberitakan Injil kepada anak-anak.
Yang kedua, wariskan firman Tuhan dalam Alkitab. Zaman sekarang ini, begitu banyak serangan pada anak-anak agar mereka tidak mencintai firman Tuhan dan tidak suka membaca Alkitab. Bahkan banyak guru sekolah minggu yang belum rajin untuk membaca Alkitab. Jika gurunya belum mencintai firman Tuhan, lalu bagaimana kita mau mewariskan kecintaan kepada firman Tuhan pada diri anak-anak? Dalam setiap kegiatan anak, ajarkan firman Tuhan. Jangan hanya mengisi kegiatan anak-anak dengan cerita lucu, atau film bagus. Anak-anak sudah haus sudah dan dahaga akan firman Tuhan dan kebenaran untuk bekal mereka menjalani hidup mereka.
Yang ketiga, wariskan pelayanan. Pelayanan kepada anak-anak sangat luas dan tidak selalu harus menjadi pencerita/guru yang terlibat langsung dengan anak-anak. Ada orang yang harus bekerja di belakang layar, mengelola banyak hal untuk sekolah minggu. Ada orang yang harus menyiapkan alat peraga, ada orang yang harus menyiapkan audio visual, ada orang yang harus bermain musik, ada orang yang harus menjadi Worship Leader. Dan pelayanan-pelayanan tersebut harus diwariskan kepada anak-anak. Kita harus secara konsisten memperkenalkan pentingnya pelayanan misi terhadap anak-anak. Dengan demikian, sejak kecil anak-anak tahu pentingnya partisipasi dirinya dalam setiap kegiatan. Harapannya, kesadaran ini akan terbawa hingga ia dewasa dan kemudia ia bersedia melayani anak-anak di masa depan.
Hal terakhir yang juga tidak kalah penting dalam pelayanan misi anak adalah bahwa misi bukan sekadar pergi dari satu kota ke kota lain. Misi bukan dinilai dari banyaknya kita melayani mengajar anak, tetapi misi adalah bagaimana kita meninggalkan jejak-jejak kehidupan kita dalam hidup anak-anak. Misi berbicara tentang bagaimana menjadikan Tuhan Yesus semakin cemerlang sementara kita sendiri semakin tidak kelihatan. Dalam Filipi 3:10 tertulis demikian, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya." Melalui ayat ini, kita diingatkan untuk menjadi serupa dengan Dia di dalam kematian-Nya, bersekutu di dalam penderitaan-Nya. Jadi, jika kita masuk di dalam dunia misi anak dan merasa pelayanan kita tidak dihargai, atau ketika kita tidak dianggap, ingatlah ayat ini. Meskipun sulit bagi kita untuk memaknai dan menghidupinya, tetapi itu panggilan kita di dalam bermisi dan melayani anak-anak. Jadi, biarlah apa yang kita lakukan di dalam pelayanan anak tidak membuat kita tinggi hati. Kiranya kita tetap fokus mengerjakan panggilan kita untuk memperkenalkan anak-anak kepada Injil dan memuridkan anak-anak yang mau pergi memberitakan Injil. Mari berdoa dan turut mengambil bagian dalam melayani anak-anak di sekitar Anda.